Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa bersikap positif terhadap pengintegrasian nilai-nilai religi dan praktis pada
konsep ekosistem.
D. Pembahasan
1. Hasil Belajar Biologi Siswa
Deskripsi data pretes kelas eksperimen diperoleh X 48,5 dan X kontrol 44,96 dan melalui post test yang dilakukan kepada kelas eksperimen
diperoleh X 71,62 dan pada kelas kontrol diperoleh X 56,19. Skor rata-rata post test
biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih besar daripada skor rata-rata post test biologi
siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis antara variabel
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD X dan hasil belajar biologi siswa Y diperorleh t
hitung
sebesar 3,77 yang lebih besar dari t
tabel
= 2,00 3,77 2,00 Berdasarkan perhitungan analisis data melalui uji hipotesis dengan uji-t, maka perbedaan skor hasil belajar biologi
siswa dari kedua kelompok tersebut signifikan. Pada kelompok eksperimen, guru menyampaikan materi secara garis
besar dan menggunakan contoh perumpamaan supaya siswa lebih mudah mengingat dan memahami apa yang disampaikan. Siswa diberikan tugas dan
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut secara berkelompok sehingga memacu mereka untuk saling membantu teman kelompok
memahami konsep yang dipelajari. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD melatih siswa untuk lebih aktif juga memacu siswa saling berlomba
dan bersaing untuk memperoleh kelompok terbaik. Hal tersebut memotivasi siswa untuk memperoleh nilai sebaik-baiknya. Metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat menciptakan suasana yang berbeda sehingga siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Pemberian
penghargaan juga menjadi alasan mereka untuk menjadi yang terbaik.
Pada kelompok kontrol karena metode yang digunakan adalah metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu ceramah dan tanya jawab dapat
membuat siswa merasa bosan dan jenuh. Pendekatan ekspositori cenderung individualis karena mereka hanya mendengarkan penjelasan guru, tidak ada
diskusi kelompok dan kerjasama antar sesama siswa yang dapat melatih mereka untuk aktif mengemukakan pendapat. Oleh karena itu siswa kurang
terpacu untuk termotivasi dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Prayekti mengemukakan bahwa keterampilan
siswa selama pembelajaran tidak banyak berbeda di antara kelas-kelas sampel, umunya siswa yang pandai cenderung lebih egois dan individual, tetapi
setelah mengetahui bahwa penghargaan akan diberikan oleh guru jika terjadi kerjasam yang baik dalam kelompok, maka siswa menyadari pentingnya
kerjasama dalam kelompok sehingga tidak ada lagi siswa yang ingin menonjolkan diri.
1
Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu
memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari pembelajaran kooperatif, antara lain: 1
siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2 siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi, 3 meningkatkan ingatan siswa, dan 4 meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
2
Hal yang sama disampaikan oleh Newman dan Thompson bahwa STAD memiliki dampak yang positif terhadap pembelajaran karena dapat
meningkatkan prestasi akademik siswa, hubungan yang baik antar sesama siswa, kebersamaan, saling mendukung, dan lain-lain.
3 1
Prayekti, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berorientasi pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team Achievement Division
, Jurnal Tekeldikdas, Vol. 2, No.1, Juli 2002 : 121-134, h. 132
2
Doantara Yasa, Metode Pembelajaran Kooperatif, http : www. Ipotes.wordpress.com
9 Januari 2009
3
Kagan, Spencer. Cooperative Learning, http:
www.KaganOnline.com 9 Januari
2009
2. Respons Siswa terhadap Pembelajaran bernuansa Nilai