BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Teori Konstruktivisme
a. Konstruktivisme
Teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Seperti yang dikutip Poedjiadi 1999 dalam Hamzah, Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri
merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan.
1
Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi
kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
2
Pandangan konstruktivis Abruscato dan Slavin dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak-anak
1Hamzah, Teori Belajar Konstruktivisme,
http:akhmadsudrajat.wordpres.com20080820teori-belajar-konstruktivisme 9 Januari 2008
2 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2007, h. 37
diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
3
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan
konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
4
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru. 4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah. 6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Menurut konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat temporer, terus berkembang, terbentuk dengan mediasi masyarakat dan budaya.
Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika seseorang mengalami tempaan kognitif. Melalui
3 http:www.damandiri.or.idfileyusufunsbab2.pdf
9 Januari 2009 4
http:www.wikipedia.orgkonstruktivisme
9Januari 2009
perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang
bersangkutan memperoleh pengalaman kongkrit, wacana kolaboratif, dan kegiatan melakukan refleksi.
5
Jadi pengetahuan seseorang akan terus berkembang apabila selalu memperoleh pengalaman untuk mengasah struktur
kognitif dalam dirinya. Menurut rujukan konstruktivisme setiap orang yang belajar
sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri.
6
Dalam hal ini siswa harus aktif untuk dapat mengembangkan pengetahuan mereka.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa
tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di
atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
7
Implikasi dari pandangan dengan konstruktivisme di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti pendidikan sains Piaget
mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang
5 A. Syukur Ghazali
,
Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa,
JURNAL PENDIDIKAN PEMBELAJARAN, VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2002, h. 116
6 Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: UM Press, 2005, h.
169 7
Hamzah, Op Cit.
menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga di sini peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosa dan fasilitator
belajar siswa.
8
Pembelajaran dan perspektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti. Pertama, pembelajaran konstruktivisme berkaitan dengan
pengetahuan awal prior knowledge siswa. Kedua, pembelajaran konstruktivisme mengandung kegiatan pengalaman nyata experience.
Ketiga, dalam pembelajaran terjadi interaksi sosial social interaction. Keempat, pembelajaran konstruktivisme membentuk kepekaan siswa
terhadap lingkungan sense making.
9
Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anakyang dikutip Poedjiadi 1999 adalah sebagai berikut: 1 tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan
setiap persoalan yang dihadapi, 2 kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan
dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan 3 peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah
berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
10
Menurut Vygotsky, implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif, dengan siswa
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif masing-masing zona perkembangan terdekat mereka.
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa itu dapat meningkatkan motivasi, hasil
8 Nuryani Rustaman, Op Cit., h. 171
9 Ibid
10 Hamzah, Op Cit.
belajar dan menyimpan materi pelajaran yang lebih lama karena ia mengkonstruk pemahamannya dari pengalaman sendiri.
11
SainsIPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian, pemahaman, serta penyempurnaan
jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik alam sekitar. SainsIPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu
cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh.
12
Metode Science mengajar kita bagaimana cara memecahkan masalah, bagaimana
mengambil kesimpulan, dengan cara yang teratur, dan menghemat tenaga, pikiran dan waktu.
13
Oleh karena itu, siswa harus membangun atau mengkonstruk pengetahuan yang belum mereka ketahui di alam agar mereka
dapat memahami apa yang mereka cari tentang sainsIPA itu sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran sainsIPA tidak hanya mengembangkan
aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan ilmiah tetapi juga mengajarkan siswa untuk berpikir dalam mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri.
b. Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA