e. Pembelajaran IPA dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan Metode Ekspositori
Berbagai upaya dilakukan sebagai langkah untuk menyempurnakan kurikulum serta peningkatan kualitas pembelajaran sains untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPA yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division STAD menjadi salah satu alternatif
metode untuk meningkatkan hasil belajar IPA terutama biologi. Dengan adanya model pembelajaran ini akan menarik minat siswa dalam proses
pembelajaran dan membantu para siswa untuk mencapai proses IPA, keterampilan IPA, sikap ilmiah, sikap demokratis dan penerapannya di dunia
nyata. STAD dapat menyajikan proses belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan karena siswa bisa lebih dekat dan akrab dengan teman sebaya
mereka di kelas karena pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok. Kebanyakan sekolah menggunakan metode ekspositori yang metodenya
berupa metode ceramah, tanya jawab dan juga di dukung oleh metode demonstrasi. Akan tetapi dalam metode tersebut peranan guru lebih dominan
karena siswa hanya mendengarkan dan hanya menerima pengetahuan tanpa adanya proses pencarian dan membangun pengetahuan.
2. Nilai-nilai Sains
a. Pengertian Nilai
Menurut Mardiatmaja nilai adalah suatu hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas
manusia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi atau yang berguna untuk suatu tujuan.
41
Manan berpendapat bahwa nilai adalah serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk
menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat
41 Susriyati Mahanal, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup PLKH sebagi
Pendidikan Nilai, Pendidikan Nilai, Tahun 2, No. 1 Nopember 1996, h. 74
diukur.
42
Pendapat Milton yang dikutip Kosasih 1985 bahwa memaknai nilai sebagai suatu kepercayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem
nilai seseorang mengenai apa yang pantas atau tidak pantas dilakukan seseorang. Dengan demikian nilai dimaknai sebagai standar penuntun
perilaku dalam kehidupan seseorang. Fraenkel 1977:6-7 mengatakan bahwa nilai adalah ”an idea, a
concept about what some one thinks is important in life”. Ide atau konsep tentang apa yang difikirkan dan dianggap penting oleh seseorang ini akan
menjadi standar berperilaku. Jika Fraenkel lebih memandang nilai itu berada pada fikiran manusia, maka lain lagi dengan Al-Ghazali. Al-Ghazali
memandang bahwa keberadaan nilai itu ada dalam lubuk hati serta menyatu raga di dalamnya menjadi suara dan mata hati atau hati nurani.
43
Definisi-definisi di atas menyimpulkan bahwa nilai adalah serangkaian sikap yang dapat dijadikan sebagai standar berperilaku serta
menyatu dalam hati nurani. Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai konsepsi tersirat atau
tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan
tujuan akhir tindakan. Bertens 1999 menganalisis ciri-ciri nilai ke dalam tiga kategori, yaitu: pertama, nilai itu berkaitan subyek. Kedua, nilai tampil
dalam suatu konteks praktis, ketika subyek ingin membuat sesuatu. Ketiga, nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambahkan subyek pada sifat-sifat yang
dimiliki obyek.
44
Menurut Ivone Ambroise 1987, ”value is an abstract reality”. Maksudnya nilai yang abstrak itu dapat dilacak dari tiga realitas, yaitu pola
tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap dari individu pribadi atau kelompok. Karena itu di dalam suatu masyarakat terdapat banyak individu
42 Mega Iswari, Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-
Globalisasi, Jurnal Pedagogi, Vol II No. 1 Juni 2001, h. 3 43
Sa’dun Akbar, Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai, Pendidikan Nilai Tahun 1 No. 2 Mei 1996, h. 69
44 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Nilai, bandung: Alfabeta, 2004, h. 13
dan banyak kelompok, maka nilai-nilai itu tidak perlu sama bagi seluruh masyarakat, dan ketidaksamaan nilai itu bisa memacu timbulnya konflik.
45
Pendidikan nilai salah satu jenis pendekatannya adalah pendekatan penanaman nilai yaitu suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai sosial dalam diri anak. Menurut Superka et al. 1976, tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial
tertentu oleh anak, berubahnya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.
46
Nilai-nilai ditanamkan pada seseorang melalui proses sosialisasi, melalui sumber berbeda-beda: keluarga, lingkungan sosial, lembaga
pendidikan, agama, media massa, tradisi dan sebagainya. Dengan penanaman nilai, maka siswa akan lebih memahami apa yang dikandung oleh suatu
materi atau pelajaran supaya mereka juga dapat menerapkan nilai-nilai yang telah mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari.
b. Nilai Sains