Prinsip Motivasi Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok Prinsip Keterampilan Prinsip Penamaan dan Penyempurnaan Sikap

5. Prinsip Motivasi

Prinsip Motivasi ini lebih menitik beratkan pada cara mengajar dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak berkelainan contoh, Bagi anak tuna netra, mempelajari orientasi dan mobilitas yang ditekankan pada pengenalan suara binatang akan lebih menarik dan mengesankan jika mereka diajak kekebun binatang. Bagi anak Tuna Grahita, untuk menerangkan makanan empat sehat lima sempurna, barangkali akan lebih menarik jika diperagakan bahan aslinya kemudian diberikan kepada anak untuk dimakan, daripada hanya berupa gambar-gambar saja.

6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok

Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah satu dasar mendidik anak berkelaianan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat lingkungan, tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal. Oleh karena itu Sifat seperti ego sentris atau egoistis pada anak tuna rungu karena tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada anak tuna laras perlu diminimalkan atau hilangkan melalui belajar dan bekerja kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan tersebut diharapkan mereka dapat memahami bagai mana cara bergaul dengan dengan orang lain secara baik dan wajar.

7. Prinsip Keterampilan

Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain berfungsi : Selektif, Edukatif, Rekeatif dan terapi, juga dapat dijadikan Universitas Sumatera Utara sebagai bakal dalam kehidupannya kelak. Selektif berarti untuk mengarahkan minat, bakat, keterampilan dan perasaan anak berkelainan untuk berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk bekerja. Rekreatif berarti unsur kegiatan yang diperagakan sangat menyenangkan bagi anak berkelainan. Terapi berarti aktivitas keterampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana habilitas akibat kelainan atau keturunan yang di sandangnya.

8. Prinsip Penamaan dan Penyempurnaan Sikap

Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik sehingga perlu di upayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain. Misalnya blindism. Pada tuna netra, yaitu kebiasaan menggoyang-goyangkan kepala ke kiri dan kekanan, atau menggoyang-goyangkan badan yang dilakukan secara tidak secara tidak sadar atau anak Tuna Rungu memiliki kecenderungan rasa curiga pada orang lain akibat ketidakmampuannya merangkap percakapan orang lain. 4.3 Peranan Terhadap Masyarakat. Anak berkelainan tidak terlepas dari hakekatnya sebagai makhluk sosial, mahluk yang tidak dapat hidup sendiri, mahkluk yang harus membutuhkan peran serta keluargaorangtua, dan tidak terlepas juga dari masyarakat. Oleh karena itu sekolah sebagai wadah tempat anak berkelainan dilatih agar dapat diterima ditengah-tengah masyarakat, sebagai manusia yang Universitas Sumatera Utara mempunyai Ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk digunakan menjadi bekal mereka kelak setelah tamat dari sekolah. Adanya stigma buruk masyarakat akan anak-anak cacat menjadi tantangan dan juga tugas yang harus di emban sekolah untuk memberikan akses bagi anak murid untuk dapat diterima dimasyarakat, sebagai bagian dari Bangsa dan warga negara. Untuk itu sekolah mempunyai peran strategis untuk menjembatani hubungan yang sinergis antara anak-anak berkelaianan dengan masyarakat, salah satu hal penting yang harus di kedepankan sekolah bagi masyarakat adalah memberikan kesadaran kokutif kepada masyarakat, bahwasanya mereka merupakan bagian dari Bangsa dan Warga negara. Dalam hal ini SLB-E Negeri pembina, tidak terlepas, berperan aktif didalamnya. Peranan sekolah terhadap masyarakat yakni memberikan informasi berupa pengetahuan akan anak-anak berkelainan kepada masyarakat, agar masyarakat dapat menerima dan sadar serta peduli akan pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah sejauh ini telah bekerjasama dengan departemen sosial, organisasi anak-anak cacat, yayasan swasta yang bergerut di bidang pendidikan khusus dan lembaga pendidikan umum lainnya. 33 Masyarakat di indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya belum sepenuhnya dapat menerima anak berkebutuhan khusus, ini dapat dilihat dari sedikitnya akses atau wadah bagi anak barkebutuhan khusus untuk diterima dilingkungan sosialnya. Mulai dari skala kecil yaitu keluarga, 33 . Hasil Wawancara dengan Bapak Komarudin, Tanggal 5 Oktober, Pukul 14.00 Wib. Universitas Sumatera Utara lingkungan sosial masyarakat, sampai bangsa dan negara. Sebagai salah satu solusi untuk masalah tersebut, sekolah Luar Biasa-E Negeri pembina sampai sejauh ini selalu mempublikasikan serta mensosialisasikan Pendidikan Luar Biasa melalui siaran Radio, Televisi, Surat kabar atau media-media lainya. 34

4.4 Tantangan dan Permasalahan yang dihadapi