Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya mempunyai bakat dan kelebihan tersendiri, bakat itu diasah dan dicari melalui pendidikan karena pendidikan merupakan unsur dari pencarian jati diri, penalaran ilmu, pengetahuan dan bakat sampai akhirnya manusia menemukan dan bisa menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan mejadi lebih baik di masa yang akan datang. Untuk itu pendidikan diharuskan dapat dirasakan oleh setiap manusia dimanapun berada, karena tujuan dan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama. Unsur-unsur itu pada dasarnya tidak berbeda meski tempat dan waktunya berlainan. 1 1 . Paulo Frere, Ivan Illich, dkk, Menggugat Pendidikan : Konsevatif, Liberal, Anarkis, Yogyakarta: Pustaka Pelajara, Cetakan VI, 2006, hal 135. Pendidikan juga dipandang sebagai pencipta sumber daya manusia SDM suatu bangsa dalam rangka mempersiapkan masa depan generasi muda yang lebih baik menuju kearah yang bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara mencapai kemampuan dan daya saing bangsa pada lingkungan regional dan global. 2 Pemerintah telah menyiapkan kementrian pendidikan nasional untuk mengatur dan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali untuk pendidikan inklusif. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pendidikan yang layak. Hak untuk memperoleh pendidikan mekekat pada semua orang tanpa terkecuali, termasuk anak penyandang Kemajuan suatu bangsa terletak pada sejauhmana pencapaian yang diberikan pendidikan itu kepada setiap warga negara agar terciptanya warganegara yang berpendidikan menuju kemajuan dan kemandirian serta dapat bersaing dengan bangsa lain di dunia. Negara ataupun pemerintah mempuyai peranan dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan pendidikan hak kepada setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan memberikan yang mudah dan layak. Sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Dasar : tahun 1945 UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa :setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan pada ayat 2 pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 2 . Wardiman Djojonegoro, Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996, hal. 2 Universitas Sumatera Utara cacat, keterbelakangan mental dan keterbelakangan fisik, karena pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berbeda dengan pendidikan anak normal, didasari kenyataan tersebut pemerintah menyediakan pendidikan inklusif bagi anak yang mempunyai keterbelakangan mental atau sering kita sebut anak cacat. Pendidikan inklusif adalah, pendidikan yang merangkul semua tanpa terkecuali. Inklusif berasumsi bahwa hidup dan belajar bersama adalah suatu cara yang lebih baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak yang diberi label atau tanda sebagai yang memiliki perbedaan. Inklusif dapat dipandang sebagai proses untuk menjawab dan merespon keragaman diantara semua individu melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya dan masyarakat serta mengurangi eksklusif hidup dan belajar berbeda baik dalam maupun dari kegiatan pendidikan. Sesuai hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan yang telah diterapkan dalam undang-undang pendidikan No.12 tahun 1954 memuat ketentuan tentang pendidikan dan pengajaran luar biasa. Mulai saat itulah sekolah bagi penyandang cacat disebut Sekolah Luar Biasa SLB. Peranan pemerintah dalam hal ini telah menyiapkan Direktorat Pendidikan Luar Biasa, untuk mengatur, menyelenggarakan, menfasilitasi pendidikan inklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Sekolah sebagai elemen proses pendidikan merupakan. Media atau tempat bagi anak berkebutuhan khusus untuk dididik dan dilatih. Nilai penting yang melandasi Universitas Sumatera Utara suatu sekolah inklusif adalah, bahwa mengajar yang baik adalah mengajar yang penuh gairah, yang mendorong agar setiap anak dapat belajar, membentuk lingkungan yang sesuai, dorongan dan aktivitas yang bermakna, disebabkan didalam sekolah inklusif atau yang lebih populer disebut Sekolah Luar Biasa harus dihadapkan kepada anak yang berkelainan. Istilah berkelainan dalam pengertiannya dikonotasikan sebagai suatu kondisi yang menyimpang dari rata-rata umumnya. Dalam hal ini pendidikan luar biasa inklusif istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukkan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya. 3 berdasarkan pengertian tersebut anak yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik meliputi kelainan indra penglihatan tuna netra, kelainan indra pendengaran tuna rungu, kelainan kemampuan bicara tunawicara dan kelainan fungsi anggota tubuh tuna daksa, anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak yang memiliki mental lebih super normal yang dikenal sebagai anak berbakat atau anak unggul dan anak yang memiliki kemampuan mental sangat rendah sub normal yang dikenal sebagai anak grahita. 4 Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi yang terletak di jalan Karya Ujung Medan merupakan sekolah yang langsung dibawah 3 . Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal.2. 4 . Ibid, Hal. 3 Universitas Sumatera Utara koordinasi Depdiknas Sumatera Utara, secara struktural, memiliki tujuan untuk mengajar serta mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus, mempunyai visi mewujudkan pelayanan yang optimal bagi anak yang berkebutuhan khusus sehingga dapat berkreasi, beradaptasi, mandiri, mengatasi hidupnya berdasarkan pada nilai budaya dan agama, adapun misinya adalah : 1. Memperluas kesempatan bagi anak yang berkebutuhan khusus untuk memperluas pendidikan luar biasa sesuai dengan potensi dan kemampuan dasar yang dimiliki. 2. Meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan prestasi, mengaktifkan kegiatan agama, menciptakan rasa rindu datang ke sekolah, mengikuti perkembangan zaman. Sebagaimana diketahui bersama bahwa SLB-E Negeri Pembina ini merupakan kateogori sekolah jenis kecacatan tunalaras nakal, jahat adapun sekolah luar biasa di Indoensia dapat dibedakan menurut jenis kecatatan anak didik, yakni: 1. Sekolah Luar Biasa Bagian A SLBA untuk anak tunanetra Buta 2. Sekolah Luar Biasa Bagian B SLBB untuk anak tuna rungu Tuli, Bisu 3. Sekolah Luar Biasa Bagian C SLBCuntuk anak tuna gahita terbelakang mental, lemah pikiran 4. Sekolah Luar Biasa Bagian D SLBD untuk anak tuna daksa caca tubuh Universitas Sumatera Utara 5. Sekolah Luar Biasa Bagian E SLBE untuk anak tuna laras nakaljahat Berdasarkan penilaian tersebut di atas penulis ingin menulis tentang perkembangan Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Jalan Karya Ujung di Medan 1984-1999. Adapun alasan penulis memulai penulisan tahun 1984 dikarenakan pada tahun itulah sekolah tersebut awalnya berdiri, dan diakhiri pada tahun 1999, dikarenakan sekolah luar biasa-E Pembina Tingkat Propinsi mengalami perkembangan berupa : Fasilitas, bertambahnya guru-guru pengajar, dan peningkatan pelayanan terhadap anak-anak tula laras nakal, jahat, tetapi sudah dapat menerima anak-anak dengan ketunaankecacatan jenis lainya sebagai murid untuk bersekolah di SLB-E Negeri Pembina, karena itulah pada saat ini sekolah tersebut memiliki banyak anak berkebutuhan khusus untuk disekolahkan disana, sehingga menyulut peningkatan fasilitas berupa sarana dan prasarana dari pemerintah dan merupakan salah satunya sekolah luar biasa percontohan bagi sekolah sekolah lain sejenis yang ada di Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah