4.4. Rekomendasi
Dampak erosi tanah di luar lahan pertanian off site merupakan dampak yang sangat  besar  pengaruhnya.  Sedimen  hasil  erosi  tanah  dan  kontaminan  yang  terbawa
bersama  sedimen  dapat  menimbulkan  kerugian  dan  biaya  yang  sangat  besar  dalam kehidupan.  Bentuk  dampak  off  site  antara  lain  adalah:  i  pelumpuran  dan
pendangkalan  waduk;  ii  tertimbunnya  lahan  pertanian  dan  bangunan; iii memburuknya kualitas air dan iv kerugian ekosistem perairan Arsyad, 1989.
Partikel-partikel tanah yang terangkut dalam proses erosi dapat menimbulkan sejumlah  dampak  di  antara  waktu  ketika  mereka  meninggalkan  lahan  hingga  ke
tempat  pengendapannya  yang  permanen  Clark  II,  Haverkamp    Chapman,  1985. Banyak  dampak  yang  terjadi  dapat  diamati  pada  badan-badan  air  yang  ada  seperti
sungai,  danau,  atau  waduk;  sehingga  dampak  yang  ditimbulkan  disebut  dampak instream. Sedangkan dampak  yang lain dapat terjadi  sebelum partikel-partikel tanah
tersebut  mencapai  badan-badan  air  atau  sesudahnya  seperti  dijumpai  pada  kejadian banjir,  penggunaan  air  untuk  kebutuhan  domestik,  irigasi,  atau  yang  lain;  sehingga
dampak yang ditimbulkan disebut sebagai dampak off-stream. Pengendalian  erosi  juga  sangat  bergantung  kepada  pengelolaan  yang  baik
melalui  upaya  penutupan  lahan  atau  penanaman  penutupan  tanah  yang  baik  disertai dengan penyeleksian tindakan pembajakan atau pengolahan tanah yang tepat. Dengan
demikian, konservasi tanah sangat bergantung pada tindakan tindakan agronomis dan pengololaan  tanah  yang  baik.  Tindakan  mekanik  bisa  memainkan  peranan  sebagai
penunjang Rahim, 2000 seperti Gambar 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan mekanis dalam mengendalikan erosi tanah digunakan melalui upaya upaya  seperti:  1  pengoperasian  pembajakan  dan  penanaman  menurut  kontur,
2  pembuatan  sengkedan  menurut  kontur,  3  pembuatan  terasering  dan 4 pembuatan jalan air. Pengusahaan lahan dengan metode pertama menurut Morgan
1988  dapat  mengurangi  hingga  50  persen  erosi  tanah  dari  lahan  yang  miring dibandingkan dengan pengusahaan menurut arah lereng.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Beberapa Tindakan Mekanis dalam Mengurangi Erosi
Universitas Sumatera Utara
Konsep  penanganan  erosi  dengan  skala  prioritas  untuk  sub  DAS  Batang Angkola sangat diperlukan dan harus didahului penanganannya dengan evaluasi dan
indentifikasi  dari  unit  unit  lahan  maupun  kawasan  yang  paling  rawan  dan  sangat rentan terjadinya erosi.
Ketersediaan  dana,  sumber  daya  manusia,  sarana  pendukung,  kebijakan pemerintah,  maupun  partisipasi  segala  lapisan  masyarakat  dan  organisasi  non
pemerintah  sangat  diharapkan  dalam  menciptakan  suatu  program  penanganan  dan pengelolaan terpadu terhadap bahaya erosi.
Hal  lain  yang  perlu  diperhatikan  kembali  yaitu  tentang  aspek  tata  ruang  dan konservasi  lahan  terhadap  pengelolaan  lahan  hutan  log  dan  kebun  campuran.
Tindakan konservasi dan pengelolaan tanaman yang benar harus dilaksanakan secara cermat dan berkesinambungan, karena masih terdapat beberapa kawasan rawan erosi
dan jenis tanaman yang belum sesuai peruntukkannya dengan kondisi lahan maupun kawasan yang dikelola.
Untuk  mendukung  keberhasilan  pengelolaan  erosi,  sesuai  dengan  usulan konsep  yang  direncanakan,  ada  beberapa  hal  yang  dirasakan  cukup  penting  yang
dapat menunjang kelancaran pelaksanaan, antara lain: 1.  Dukungan  pemerintah  setempat,  menyediakan  anggaran  untuk  membantu
program pelaksanaan dapat berlangsung berkesinambungan. 2.  Khususnya pemerintah melalui dinas-dinas terkait  yang terlibat langsung dengan
program  pengendalian  erosi,  sangat  diharapkan  kemampuannya  untuk memberikan  penyuluhansosialisasi  tentang  dampak  bahaya  erosi,  memberikan
Universitas Sumatera Utara
rekomendasi  tentang  cara  cara  pembuatan  bangunan  bangunan  pengendali  erosi, saluran  pembuangan  air  drainase,  cara  bercocok  tanam,  pola  dan  jenis
tanamannya. 3.  Dalam hal konservasi, dinas terkait dapat memberikan informasi lokasi yang perlu
dibuat  terasering,  bangunan  pengendali,  drainase,  reboisasi,  dan  penghijauan. Tanaman  keras  yang  sesuai  untuk  keperluan  reboisasi  Subagyono,  2003  antara
lain;  pohon  jati  Tectona  grandis,  mahoni  Swietenia  macrophylla,  sonokeling Dalbergia  latifolia,  kayu  putih  Melaleuca,  rasamala  Altingia  excelsa.
Sedangkan tanaman penghijauan antara lain; karet Hevea  braziliensis, cengkeh Augenia aromatica, kayu manis Cinnamumum spp, jambu mente Anacardium
accidentale, durian Durio zibethenus, dan nangka Artocarpus intergra. 4.  Khusus  untuk  pengendalian  erosi  sercara  praktis  perlu  juga  disampaikan  kepada
para  pengelola  lahan  untuk  menunjang  operasional  di  lapangan  antara  lain, penggunaanpemilihan  bibit  tanaman  yang  sesuai  kondisi  lahan,  waktu  bercocok
tanam dan waktu pemberian pupuk. 5.  Aspek  hukum,
yaitu  adanya  peraturan  perundangan yang  mengatur
penyelenggaraan pengelolaan DAS.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari  hasil  analisis  maupun  evaluasi  data  primer  maupun  sekunder  yang digunakan dalam studi ini dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1.  Laju  erosi  permukaan  lahan  pada  Sub-DAS  Batang  Angkola  dengan  metode pendekatan  USLE  dalam  rentang  waktu  tahun  1996-2004,  laju  erosi  potensial
yang  terjadi  adalah  sebesar  185,68  tonhathn  atau  10,316  mmthn  dan  termasuk dalam kategori kelas erosi IV berat.
2.  Debit sedimen melayang sebesar 129,73 tonhari, hal ini menunjukkan nilai debit yang terjadi relatif besar.
3.  Evaluasi  dan  identifikasi  unit  lahan  terhadap  kelas  bahaya  erosi  aktual menunjukkan 8,19 luas sub DAS berada dalam kelas I kategori sangat ringan,
23,24  kelas  II  kategori  ringan,  24,54  kelas  III  kategori  sedang,  36,41 kelas IV kategori berat, dan sisanya 7,50 kelas V kategori sangat berat.
4.  Dengan mengubah dan menurunkan nilai faktor C dan P dalam persamaan USLE, laju  erosi  permukaan  pada  Sub-DAS  Batang  Angkola  dapat  ditekanditurunkan
menjadi sebesar 5.186 mmtahun atau setara dengan 93.35 tonhatahun dan kelas bahaya erosi menjadi kelas III sedang.
Universitas Sumatera Utara