Adapun kriteria kedalam tanah adalah, bila tanah mempunyai lapisan dengan kedalaman  90 cm dinyatakan tanah bersolum dalam, 50 -  90 cm tanah bersolum
sedang, 25 -  50 cm tanah bersolum dangkal dan apabila  25 cm dinyatakan sebagai tanah bersolum sangat dangkal.
2.4.2.   Klasifikasi Bahaya Erosi
Klasifikasi bahaya erosi ini dapat memberikan gambaran, apakah tingkat erosi yang  terjadi  pada  suatu  lahan  ataupun  DAS  sudah  termasuk  dalam  tingkatan  yang
membahayakan atau belum, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.9 berikut:
Tabel 2.9. Klasifikasi Bahaya Erosi Kelas Bahaya Erosi
Tanah Hilang tonhatahun
Keterangan
I  15
Sangat Ringan II
15-60 Ringan
III 60-180
Sedang IV
180-480 Berat
V  480
Sangat Berat
Sumber: B.A. Kironoto, 2003
Jadi jika besarnya erosi yang terjadi dari hasil perhitungan USLE lebih besar dari  nilai  T,  maka  faktor  C  dan  P  atau  keduanya  harus  diubah.  Yaitu  dengan
mengubah jenis tanaman dan pola tanam danatau dengan tindakan konservasi tanah, dengan demikian sehingga nilai hasil erosi, A  T.
2.5. Dampak dan Bencana Erosi
Pada  kenyataannya  bahwa  kerusakan  akibat  erosi  yang  ditimbulkan  oleh pengaruh  kegiatan  manusia  lebih  besar  dari  pada  kerusakan  akibat  erosi  yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh kekuatan alam. Maka dapat dipastikan bahwa selama manusia belum mengetahui  dan  menyadari  bahaya  yang  ditimbulkan  erosi,  seperti  tidak  akan  ada
artinya segala usaha yang dilakukan untuk menanggulangi erosi dengan cara-cara lain PU. Pengairan, 1997.
Masalah  erosi  dan  sedimentasi  sangat  erat  hubungannya  dan  pengaruh masing-masing  dapat  saling  memberatkan.  Dalam  skala  khusus  dampak  yang
ditimbulkan  oleh  erosi  adalah  terhadap  kerusakan  permukaan  lahan  tanah  seperti menurunkan  permeabilitas  tanah,  hilangnya  unsur  hara  ataupun  berkurangnya
infiltrasi  air  permukaan  kedalam  tanah.  Pada  sisi  lain  secara  umum  dampak  yang ditimbulkan  oleh  erosi  permukaan  merupakan  awal  dari  proses  terjadinya  sedimen
melalui  aliran  sedimen  dari  permukaan  lahan  yang  telah  terkikis.  Hal  ini  akan berpengaruh pada kapasitas tampungan sungai, waduk akan semakin berkurang yang
pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan jika terjadi banjir.
2.6. Pengendalian Erosi
Suatu tindakan dan  kesadaran  mempertahankan keberadaan vegetasi  penutup tanah adalah cara yang paling efektif dan ekonomis dalam usaha mencegah terjadinya
dan  meluasnya  erosi  permukaan.  Menurut  Chay  Asdak  2002  berikut  ini  adalah beberapa tuntunan praktis tentang cara melakukan pencegahan erosi:
1.  Menghindarkan praktek bercocok tanam yang bersifat menurunkan permeabilitas tanah.
Universitas Sumatera Utara
2.  Mengusahakan  agar  permukaan  tanah  sedapat  mungkin  dilindungi  oleh  vegetasi berumput atau semak selama dan serapat mungkin.
3.  Menghindari  pembalakan  hutan  dan  penggembalaan  ternak  berlebihan  di  daerah dengan kemiringan lereng terjal.
4.  Merencanakan dengan baik pembuatan jalan di daerah rawan erositanah longsor sehingga aliran air permukaan tidak mengalir ke selokan-selokan di tempat rawan
tersebut. 5.  Menerapkan  teknik-teknik  pengendali  erosi  pada  lahan  pertanian,  dan
mengusahakan peningkatan laju infiltrasi. Suatu  tindakan  pengendalian  erosi  dengan  metode  konservasi  tanah  dapat
dilaksanakan  dengan  manfaat  langsung  dengan  memahami  proses  dan  mekanisme terjadinya erosi. Teknik-teknik konservasi bertujuan dan dirancang untuk:
1.  Mencegah erosi percikan akibat curahan air hujan langsung atau melalui air lolos. 2.  Meningkatkan  kekasaran  permukaan  tanah  untuk  menurunkan  kecepatan  aliran
air permukaan. 3.  Memperpendek  panjang  lereng  dan  mengurangi  kemiringan  lereng,  dan  dengan
demikian, mereduksi kekuatan aliran air permukaan. 4.  Memperbesar  laju  infiltrasi  air  hujan  sehingga  dapat  memperkecil  jumlah  dan
kecepatan air larian. 5.  Mencegah terkonsentrasinya aliran air permukaan membentuk saluran-saluran air
yang kondusif terhadap terbentuknya erosi parit.
Universitas Sumatera Utara
Untuk  mencegah  dan  mengendalikan  erosi  permukaan  ini,  harus  sesuai dengan  kondisi  lahan  yang  ditinjau  dan  memakai  ketetapan-ketetapan  dalam
persamaan  USLE  terutama  dalam  hal  faktor  C  pengelolaan  tanaman  dan  faktor  P tindakan khusus konservasi tanah.
Pengendalian  erosi  dapat  dilakukan  dengan  menurunkan  nilai  C  dan  P.  Pada prinsipnya  harus  diketahui  keadaan  tataguna  lahan  eksisting  dan  peruntukan  lahan
terhadap  suatu  kawasan  fungsional.  Adapun  kriteria  penentuan  status  kawasan menurut Departemen Kehutanan adalah sebagai berikut ini Asdak, 2002
a. Kawasan Lindung Suatu  lahan  dengan  faktor  fisiknya  memenuhi  kriteria  salah  satu  atau
beberapa syarat di bawah ini: 1.  Mempunyai kemiringan lereng  45.
2.  Tanah  dengan  klasifikasi  sangat  peka  terhadap  erosi  dan  mempunyai kemiringan lereng  15.
3.  Merupakan jalur pengaman aliran sungai, sekurang-kurangnya 100 m di kiri- kanan alur sungai.
4.  Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 m dari pusat mata air. 5.  Berada pada ketinggian ≥ 2000 dpl.
6.  Guna keperluan khusus ditetapkan pemerintah sebagai kawasan lindung.
Universitas Sumatera Utara
b. Kawasan Penyangga Suatu lahan dengan memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
1.  Keadaan  fisik  areal  memungkinkan  untuk  dilakukan  budidaya  pertanian secara ekonomis.
2.  Lokasinya  secara  ekonomis  mudah  dikembangkan  sebagai  kawasan penyangga.
3.  Tidak merugikan dari segi ekologilingkungan hidup. c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Suatu  lahan  yang  sesuai  untuk  dikembangkan  usaha  tani  tanaman  tahunan tanaman perkebunan dan tanaman industri. Selain itu areal tersebut harus memenuhi
kriteria umum untuk kawasan penyangga. d.
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim Suatu  lahan  dengan  kriteria  seperti  dalam  penetapan  kawasan  budidaya
tanaman  tahunan  serta  terletak  di  tanah  milik,  tanah  adat,  dan  tanah  negara  yang seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim.
Dalam  kajian  ini  dengan  mengacu  pada  kriteria  di  atas,  arahan  penggunaan lahan  didasarkan  pada  Arahan  Penggunaan  Lahan  dari  Balai  DAS  Serayu  Opak
Departemen  Kehutanan  Yogyakarta.  Singkatan  atau  inisial  kawasan  untuk penggunaan lahan adalah sebagai berikut:
A = kawasan lindung
B = kawasan penyangga
C = kawasan budidaya tanaman tahunan
Universitas Sumatera Utara
D = kawasan budidaya tanaman semusim.
T3 = penyempurnaan teras dengan penanaman kakao, kopi, atau rumput.
L8 = pengaturan drainase, saluran, jalan dan halaman.
V2b =  pola  tanam  tumpang  gilir  crop  rotation  tembakau  dengan,  jagung,
kacang tanah + mulsa sisa tanaman. V3
= hutan produksi terbatas. V5a
= hutan rakyat dengan jenis tanaman pokok albizia, mahoni, sengon, jati dan murbei.
V6a = kebun campuran dengan tanaman pokok kakao, kopi, kelapa, cengkeh.
V6b =  agroforestry  dengan  jenis  tanaman  pokok  albizia,  mahoni,  sengon,  dan
jati. KC
= kebun campuran, TG: tegalan, SB:  semak belukar, HT: hutan, SI: sawah beririgasi, ST: sawah tadah hujan, PK: pemukimankampung, ke: kelapa,
ch: cengkeh, kl: ketela, sgn: sengon, mli: melinjo, ps: pisang, dr: durian, jt:  jati,  ar:  aren,  km:kayu  manis,  kp:  kapulaga,  pan:  panili,  tb:  tebu,  rb:
rambutan, jb: jambu, kle: kedele, bw: bawang, kk: kakao,  kt:kentang, jg: jagung, jh:jahe, cb: cabai.
2.7. Sedimentasi