Kerangka Teori 1. Teori Ekonomi Politik

14 1. Secara Teori, penelitian ini diharapkan mampu menganalisis dan memberikan informasi tentang pengaruh Globalisasi terhadap Kebijakan Ekonomi Politik. Hal yang dikaji adalah Keterkaitan antara Globalisasi dan Kebijakan Ekonomi Politik dengan Maraknya Pembangunan Ritel di Kota Medan 2. Secara Lembaga, penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi bahan rujukan tentang Studi Interlinkages antara Globalisasi dan Kebijakan Ekonomi Politik dengan Pembangunan Ritel Modern secara khusus di kota Medan, bagi akademisi terlebih dalam membantu mempelajari kajian Ekonomi Politik dan kajian Kebijakan Publik. Terkhusus bagi mahasiswai Departemen Ilmu Politik, FISIP USU 3. Bagi masyarakat, penelitian ini semampunya dapat memberikan informasi dan sebagai bahan bacaan tentang Pengaruh Globalisasi terhadap Kebijakan Ekonomi Politik, bagi pemerintah dan masyarakat kota Medan. F. Kerangka Teori F.1. Teori Ekonomi Politik Proses perkembangan ekonomi politik sesungguhnya banyak ditentukan oleh empat variabel dasar yakni, ekonomi, politik, struktur sosial dan kebudayaan. 65 Tetapi pada perkembangan yang lebih lanjut, variabel- variabel tersebut seakan terpisah dan muncul sendiri-sendiri secara monodisiplin. Sedangkan untuk ekonomi politik sendiri juga membentuk 65 Ibid. Hlm. 1. Universitas Sumatera Utara 15 paradigmanya sendiri, baik kontensi maupun kontektualitas yang berskala domestik maupun internasional. Sebagai suatu disiplin ilmu, ekonomi politik lahir dari pemikiran untuk menemukan sinergi, mengisi kekosongan yang tidak dijumpai dalam disiplin ekonomi dan disiplin politik. Istilah ekonomi politik diambil dari bahasa Yunani, polis yang berarti kota dan oikonomike yang maknanya mengacu pada manajemen rumah tangga. Kombinasi kedua kata ini menunjukkan eratnya keterkaitan antara fakta-fakta produksi, keuangan dan perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang moneter, fiskal dan komersial. Untuk memahami ekonomi politik secara umum, dapat diperhatikan pendapat beberapa orang pakar, diantaranya : a. Lord Robbin 66 , mengatakan bahwa ekonomi politik dapat mengandung dua versi. Pertama, versi ekonomi politik klasik yang memberi pengertian ekonomi politik sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh dari pembahasan, sejak ilmu ekonomi itu sendiri sampai dengan teori-teori kebijakan ekonomi yang meliputi analisis dari bekerjanya ekonomi pasar, alternatif sisitem kebijakan dan prinsip-prinsip keuangan negara. Kedua, ekonomi politik versi modern yaitu ekonomi politik yang membahas bagaimana sistem ekonomi itu bekerja, dapat bekerja, harus dibuat bekerja dan memungkinkan diriya bekerja. 66 Ibid. Hlm. 20. Universitas Sumatera Utara 16 b. Paul Samuelson 67 , menyebut ekonomi politik sebagai sebuah studi mengenai sistem ekonomi itu sendiri, yang diartikan sebagai cara suatu masyarakat mengatasi masalah ekonomi fundamental yang serupa dimanapun. Jadi, menurut Paul bahwa ekonomi politik adalah praktek dari ilmu ekonomi itu sendiri. c. Warren F. Ilchman dan Norman T. Uphoff 68 , berpendapat bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social science of public purpose . Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas negara dalam masyarakat. Dikatakan bersifat ekonomi karena membahas masalah alokasi dan pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk di dalamnya sumber- sumber sosial dan politik. d. Martin Staniland mengatakan dalam bukunya What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment , bahwa ekonomi politik adalah studi tentang teori sosial dan keterbelakangan. 69 Ekonomi politik tidak dapat dipandang melalui masalah intelektual saja, melainkan juga terkait dengan ideologi dan budaya yang sangat beragam. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kita harus melihat ekonomi politik dari dua level pengamatan, yaitu dari sisi isi content dan dari sisi konteks context . Dari sisi isi ada beberapa macam teori ekonomi politik. Kriteria untuk mengidentifikasi ialah : apakah teori 67 Ibid. Hlm. 20-21. 68 Ibid. Hlm. 21. 69 Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik . Jakarta : Erlangga. Hlm. 8. Universitas Sumatera Utara 17 tersebut memperlihatkan suatu hubungan yang sistematis antara peristiwa- peristiwa ekonomi dengan proses-proses politik atau tidak. Hubungan sistematis antara ekonomi dan proses politik tersebut dapat dilihat dari tiga kemungkinan sebagai berikut 70 ; Pertama , terdapat hubungan kausal antara ekonomi dan proses politik. Ini lazim disebut sebagai model ekonomi ekonomi politik “deterministik”. Model ini mengasumsikan bahwa ada hubungan deterministik antara ekonomi dan politik, di mana politik menentukan aspek-aspek ekonomi dan institusi-institusi ekonomi menentukan proses-proses politik. Kedua, ada hubungan timbal balik antara ekonomi dan proses politik. Ini yang disebut dengan model ekonomi politik “interaktif”, yang menganggap fungsi-fungsi politik dan ekonomi berbeda, tetapi saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga, terdapat hubungan perilaku yang berlanjut atau kontinu a behavioral continuity antara ekonomi dan politik. Dilihat dari sisi konteks, teori-teori ekonomi politik tersebut secara kasar dapat dibagi atas dua kelompok saja. Kelompok pertama disebut Liberal, sedangkan kelompok lainnya adalah pengkritik kelompok Liberal. 71 Aliran Liberal mencakup ekonomi politik Liberal Klasik, ekonomi politik Neoklasik, ekonomi politik Baru dan Neoliberalisme, adalah kelompok yang sangat menekankan alasan-alasan logika ekonomi rasional dan proses mekanisme pasar. Sedangkan aliran kedua adalah aliran pengkritik Liberal mencakup Marxisme, Aliran Kelembagaan, Strukturalis, dan Dependensia, yang lahir dari dialektika pemikiran Marxisme yang banyak menggunakan 70 Ibid. Hlm. 13. 71 Ibid. Hlm. 14. Universitas Sumatera Utara 18 analisis konflik dan kekuasaan dalam menelaah keputusan ekonomi yang merupakan hasil dari proses politik. Sesuai dengan pemahaman yang tertera diatas, bahwa ekonomi politik mencakup sistem kebijakan, praktek ekonomi, alokasi dan pertukaran sumber-sumber yang langka termasuk sumber sosial dan politik serta masalah keterbelakangan. Semua hal ini, jika ditelaah, mengarah kepada hubungan timbal balik antara negara dan masyarakat, kemudian hubungan timbal balik antara negara dan negara lainnya ketergantungan. Negara-negara yang tidak memiliki sumber daya yang memadai membutuhkan sokongan dari negara lain, atau paling tidak, mengadakan kerjasama bilateral ataupun multilateral agar kebutuhan masyarakat dan negara terpenuhi. Seiring dengan berjalannya bantuan ataupun kerjasama antar negara, muncullah sebuah arus global yang memungkinkan terjadinya perdagangan bebas, yang kemudian disebut sebagai globalisasi. Di bawah ini akan dijelaskan konsep globalisasi. F.1.1. Globalisasi F.1.1.1. Pengertian Globalisasi Globalisasi berarti suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak nampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata. Dalam keadaan global, tentu apa saja dapat masuk sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol. Terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, makna globalisasi memiliki dimensi luas dan kompleks yaitu bagaimana suatu negara yang memiliki batas-batas teritorial dan kedaulatan tidak akan berdaya untuk Universitas Sumatera Utara 19 menepis penerobosan informasi, komunikasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasan. Esensi globalisasi pada dasarnya adalah peningkatan interaksi dan integrasi di dalam perekonomian baik di dalam maupun antar negara, yang meliputi aspek-aspek perdagangan, investasi, perpindahan faktor-faktor produksi dalam bentuk migrasi tenaga kerja dan penanaman modal asing, keuangan dan perbankan internasional, serta arus devisa. Globalisasi bukan sekadar keterbukaan suatu negara terhadap arus modal atau valuta asing, atau liberalisasi perdagangan internasional melainkan bahwa mitra dagang suatu negara bersifat multilateral dan didominasi oleh kekuatan global sehingga transaksi setiap negara secara individual dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh. 72 Kennedy dan Cohen menyimpulkan transformasi ini telah membawa bangsa-bangsa dalam suatu jaringan kinerja network yang mendunia atau global. 73 Ciri globalisasi adalah adanya pembagian kerja di dalam produksi karena perusahaan multinasional mengorganisir proses produksinya lintas negara yang didasarkan pada sumber-sumber daya ekonomi yang terpencar-pencar di seluruh dunia. Ciri globalisasi berikutnya adalah adanya mobilitas dana internasional dalam jumlah besar yang dikendalikan oleh arbitrase dana. Dua kata kunci di dalam globalisasi yakni interaksi dan integrasi. 72 Mahmud Thoha. 2002. Globalisasi, Krisis Ekonomi dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan . Jakarta : Pustaka Quantum. Hlm. 3. 73 Elly M Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial- Teori, Aplikasi dan Pemecahannya . Jakarta : Kencana. Hlm. 691. Universitas Sumatera Utara 20 Menurut Group of Lisbon, globalisasi dapat ditengarai dari dua aspek yaitu ruang lingkup dan intensitasnya. 74 Pada satu sisi, globalisasi merupakan satu himpunan atau rangkaian proses yang cakupannya meliputi sebagian besar belahan dunia atau beroperasi di seluruh dunia, oleh karena itu mempunyai konotasi spasial atau ruang. Pada sisi lain, globalisasi juga mempunyai implikasi pada intensifikasi, interaksi, interkoneksi, atau dependensi antara negara-negara dan masyarakatnya yang merupakan komunitas dunia. Dengan demikian seiring dengan semakin meluasnya rentangan atau lingkupnya, maka proses globalisasi juga semakin mendalam. Menurut Malcolm Waters, globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial- budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran orang. 75 Emmanuel Ritcher berpendapat, globalisasi adalah jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar- pencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. F.1.1.2. Fenomena Globalisasi Fenomena globalisasi yang sedang diperhadapkan kepada umat manusia semenjak abad ke-20 dapat ditandai oleh beberapa hal, di antaranya adalah 76 a. Arus Etnis , ditandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja dan pendatang. Arus manusia ini telah melewati batas-batas teritorial negara. 74 Mahmud Thoha. Loc.cit. 75 Jurnal yang ditulis oleh Rowland B.F. Pasaribu. 2012. Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi Indonesia . Hlm. 469. 76 Ibid. Hlm. 472. Universitas Sumatera Utara 21 b. Arus Teknologi , ditandai dengan mobilitas teknologi, munculnya multinational corporation dan transnational corporation yang kegiatannya dapat menembus batas-batas negara. c. Arus Keuangan , yang ditandai dengan makin tingginya mobilitas modal, investasi, pembelian melalui internet penyimpanan uang di bank asing. d. Arus Media , yang ditandai dengan makin kuatnya mobilitas informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Berbagai peristiwa di belahan dunia seakan-akan berada di hadapan kita karena cepatnya informasi. e. Arus Ide , yang ditandai dengan makin derasnya nilai baru yangmasuk ke suatu negara. Dalam arus ide ini muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari masyarakat internasional. Isu-isu ini merupakan isu internasional yang tidak hanya berlaku di suatu wilayah nasional negara. F.1.1.3. Trens Era Globalisasi Era globalisasi yang akan terus berlanjut dalam abad 21, pada mulanya merupakan wujud perubahan dan perkembangan sistem informasi, telekomunikasi serta transportasi dengan fenomena yaitu dapat mempersingkat jarak dalam hubungan antar negara atau antar wilayah dalam batas ruang dan waktu. Perkembangan demikian, dimungkinkan oleh kemajuan-kemajuan yang cepat dan menakjubkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut dapat dicapai berkat adanya kemampuan ekonomi dunia melalui aliran modal tanpa batas untuk mendukungnya. Sebagaimana yang sedang kita saksikan, adanya keterkaitan antara kedua faktor Iptek dan kemampuan ekonomi ini telah menimbulkan perubahan-perubahan yang cepat dan luar Universitas Sumatera Utara 22 biasa di seantero dunia, serta tingkat kompetisi yang tinggi, dan tidak terkecuali pada masyarakat Indonesia. Adapun beberapa trens tentang globalisasi, dapat dijelaskan sebagai berikut 77 : a. Perubahan Akseleratif, yaitu merupakan perubahan yang sangat cepat dalam segala bidang terutama yang berhubungan dengan interdependensi atau ketergantungan dengan ekonomi, teknologi informasi dan komunikasi di antara negara-negara di dunia. b. Aliran Modal Tanpa Batas, yaitu tumbuhnya iklim investasi yang mencakup berbagai produk. Banyak perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan ekspansi ke negara-negara lain untuk mendapatkan komponen-komponen produk yang tidak lagi dari anak perusahaannya, tapi dapatjuga dari perusahaan-perusahaan lain sehingga terwujud produk barang jadi. c. Ekonomi Pengetahuan, yaitu bahwa globalisasi telah membawa hubungan ekonomi antar bangsa yang ditandai saling ketergantungan antara negara-negara maju dan negara berkembang dengan segala implikasi yang ditimbulkannya. Hal ini menjadi kajian ilmu pengetahuan bagi para akademisi, ekonom, perumus kebijakan baik pemerintah maupun dunia usaha. d. Hiper Kompetisi, yaitu segala daya upaya yang dilakukan baik dari dunia usaha, dunia industri maupun pemerintah yang selalu berkompetisi untuk memperoleh simpati dan segmen pasar yang 77 Ibid. Hlm. 473-474. Universitas Sumatera Utara 23 sebanyak-banyaknya. Pemanfaatan media komunikasi dan informasi sangat gencar dalam publikasi untuk menawarkan produk-produk unggulan yang berkualitas dengan segala kelebihannya sesuai dengan trens yang ada di dalam masyarakat. e. Global dan Kompleks, yaitu segala hal yang terkait dengan transnasional produk telah terjadi saling ketergantungan yang memerlukan tingkat manajemen tinggi dan kompleks. Oleh sebab itu, globalisasi telah memberikan implikasi analisis pemikiran yang integrated dan komprehensif. Trens atau karakteristik globalisasi abad 21 dapat digambarkan sebagai berikut : Perubahan Akseleratif Global dan Aliran Modal Kompleks Tanpa Batas Hiper Ekonomi Kompetisi Pengetahuan Gambar 1.1. Trens globalisasi abad 21 Abad 21 Universitas Sumatera Utara 24 F.1.1.4. Pelaku Atau Subjek Globalisasi Para pelaku atau subjek dari globalisasi yang berperan dalam tumbuh-kembangnya tatanan dunia global, dapat digambarkan sebagai berikut 78 : a. Negara-negara yang dipetakan secara dikotomis, yaitu negara-negara besar dan negara-negara kecil, negara-negara maju dan negara- negara berkembang, negara- negara yang kuat dan yang lemah secara ekonomi, negara-negara yang berdiri sendiri atau yang bergabung dengan negara lain, dan lain sebagainya. b. Organisasi-organisasi antar pemerintah IGO atau International- Govermental Organizations seperti ASEAN, NATO, Europian Community dan lain sebagainya. c. Perusahaan internasional yang dikenal dengan Multinational Corporation MNC atau Transnational Corporation atau Global Firms . Perusahaan-perusahaan ini dengan modalnya yang besar dan bersifat deteritorialis meluaskan jaringannya ke segala penjuru dunia. Pemerintah, pada khususnya negara-negara berkembang merasa perlu mendapatkan modal dan teknologinya. d. Organisasi internasional atau transnasional yang non pemerintah INGO - International Non-Governmental Organizations seperti Palang Merah Internasional di dirikan tahun 1867, Workingmen’s Association Sosialist International tahun 1860-an, International Women’s League for Peace and Freedom . Organisasi konvensional 78 Ibid. Hlm. 475-476. Universitas Sumatera Utara 25 seperti: Vatikan, Dewan Gereja-gereja Sedunia, Rabiyatul Islamiyah. Yang modern seperti Amnesty International , Green- Peace International , World Conference on Religion and Peace , World Federation of United Nations Associations, Trans-Parency International , Worldwatch, Human Rights Watch dan Refugee International . Organisasi global ini lebih tepat disebut aktivis professional. Pendapat umum dan kebijakan dunia ternyata banyak sekali dipengaruhi oleh organisasi aktivis ini. Gagasan-gagasan mereka banyak disalurkan melalui media massa elit dunia, seperti International Herald Tribune , The Guardian, Times , dan The Economist . e. Organisasi-organisasi non formal, rahasia dan setengah rahasia. seperti: mafia, teroris, pembajak, penyelundup, preman global, tentara bayaran, hacker computer. F.2. Teori Kebijakan Publik Istilah kebijakan cenderung disepadankan dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan wisdom maupun kebajikan virtues . Bagi para policy maker dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan membingungkan. Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan. Setiap defenisi bisa memberi penekanan yang berbeda-beda, yang tergantung kepada orang yang mengartikannya, dan setiap orang tentu memiliki latar belakang yang Universitas Sumatera Utara 26 berbeda, sehingga tidak mengherankan jika poin-poin yang ditekankan dalam memberi defenisi bagi kebijakan. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB memberikan definisi kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya yang seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu program, mengenai aktivitas- aktivitas tertentu atau suatu rencana. 79 Thomas Dye mengatakan bahwa kebijakan adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan. 80 James E. Anderson sebagai pakar kebijakan publik mendefinisikan kebijakan sebagai hal yang telah ditetapkan oleh bada-badan dan aparat pemerintah. 81 Richard Rose, sebagai seorang pakar ilmu politik menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan menurutnya dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Sementara Laswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan 79 Solichin Abdul Wahab. 2004. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara . Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 2. 80 Drs. AG. Subarsono, M.Si., MA. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 2. 81 Ibid. Hlm. 2. Universitas Sumatera Utara 27 menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan, berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek. 82 Studi mengenai kebijakan publik dapat dipahami dari dua prespektif. 83 Pertama, perspektif politik, bahwa kebijakan publik di dalam perumusan, implementasi, maupun evaluasinya pada hakikatnya merupakan pertarungan berbagai kepentingan publik di dalam mengalokasikan dan mengelola sumberdaya resources sesuai dengan visi, harapan, dan prioritas yang ingin diwujudkan. Kedua , perspektif administratif, bahwa kebijakan publik merupakan ikhwal yang berkaitan dengan sistem, prosedur, dan mekanisme, serta kemampuan para pejabat publik official officers di dalam menterjemahkan dan menerapkan kebijakan publik, sehingga visi dan harapan yang ingin dicapai dapat diwujudkan di dalam realitas. Memahami kebijakan publik dari kedua perspektif tersebut secara berimbang dan menyeluruh akan membantu kita lebih mengerti dan maklum mengapa suatu kebijakan publik tersebut meski telah terumuskan dengan baik namun di dalam implementasinya sulit terwujudkan. F.2.1. Kerangka Kerja Kebijakan Publik Kerangka kerja kebijakan publik akan ditentukan oleh variabel berikut 84 : 1. Tujuan yang akan dicapai. Ini mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka akan semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. 82 Said Zainal Abidin. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. Hlm. 21. 83 Dr. H. Tachjan, M.Si. 2006. Implementasi Kebijakan Publik . Bandung : AIPI Puslit KP2W Unpad. Hlm. V. 84 Subarsono. Op.cit. Hlm. 7-8. Universitas Sumatera Utara 28 Hasil 2. Preferensi nilai. Suatu kebijakan yang mengandung variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai. 3. Sumberdaya yang mendukung kebijakan. 4. Kemampuan atau kualitas aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. 5. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan. 6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dapat bersifat top- down approach atau bottom-up approach, otoriter atau demokratis. F.2.2. Proses Kebijakan Publik Proses ini adalah serangkaian aktivitas intekektual yang dilakukan daam proses kegiatan yang bersifat politik. Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, penilaian kebijakan evaluasi. Dalam pandangan Ripley 85 , tahapanproses kebijakan publik adalah sebagai berikut: 85 Ibid. Hlm. 11. Penyusunan Agenda Agenda Pemerintah Universitas Sumatera Utara 29 Diikuti Hasil Diperlukan Hasil Diperlukan Gambar 1.2. Tahapan Kebijakan Publik Ripley F.2.3. Ekonomi Politik dalam Sebuah Kebijakan Publik Keterkaitan suatu sistem ekonomi dan proses politik merupakan dua sisi dari satu mata uang, sehingga disiplin ilmu ekonomi dan ilmu politik tidak dapat dipisahkan begitu saja. Dalam negara manapun suatu pertukaran pasti terjadi, maka tidak ada negara yang tidak memiliki pasar. Akan tetapi, pasar harus tetap di- governed dalam suatu sistem kekuatan kelembagaan yang bernama negara, bahkan negara dapat mendikte tingkat suplai uang, suatu sistem accounting dalam pertukaran yang saat ini dianggap paling efisien. Untuk dapat mengerti dan memahami mengapa pemerintah harus mengatur pasar, mengapa dan bagaimana para politisi sibuk dan getol sekali pada nuansa pemerataan pendapatan, atau bagaimana Formulasi Legitimasi Kebijakan Evaluasi thd implementasi, kinerja dampak kebijakan Implementasi Kebijakan Kebijakan Baru Kebijakan Kinerja Dampak Kebijakan Tindakan Kebijakan Universitas Sumatera Utara 30 kekuatan pasar dapat mempengaruhi hasil akhir atau outcome politik, falsafah ilmu ekonomi dan ilmu politik tidak hanya harus dipahami secara lebih menyeluruh, tetapi juga harus diletakkan pada perspektif teori yang sama. Perspektif teori itulah yang kemudian dikenal dengan ekonomi politik. Ekonomi politik dimaksudkan untuk membahas keterkaitan antara berbagai aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi produksi, investasi, pembentukan harga, perdagangan, konsumsi, dan lain- lain. Penelusuran mendalam tentang ekonomi politik biasanya didekati dari format dan pola hubungan antara pemerintah, swasta, masyarakat, partai politik, organisasi buruh, lembaga konsumen, dan sebagainya. 86 Ekonomi politik jelas tidak dapat dipisahkan dari suatu kebijakan publik, mulai dari proses perancangan, perumusan, sistem organisasi dan implementasinya. Sesuai dengan perkembangan ekonomi politik, kebijakan publik, terutama tentang ekonomi adalah suatu pilihan terbaik yang diperoleh melalui suatu perjuangan para kelompok kepentingan, yang berlangsung pada suatu setting institusi politik yang sedang berkuasa saat ini, bukan semata setting pasar. Artinya, negara juga punya kewajiban membangun suatu struktur kelembagaan yang mampu mendorong inisiatif para pelaku dan agen ekonomi sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, sekaligus wajib menciptakan suatu proses dan kesempatan agar struktur kelembagaan itu dapat dimodifikasi jika kondisi sosial ekonomi memungkinkan. 86 Bustanul Arifin dan Didik J. Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik . Jakarta : Grasindo. Hlm. 3. Universitas Sumatera Utara 31 Sistem ekonomi akan dapat bekerja dengan baik dan menjadi viable apabila aransemen kelembagaan yang ada mampu secara jelas mencegah, melarang, dan mengatasi dampak sosial yang merugikan. Sistem hak dan kewajiban individu tidak akan pernah terwujud dengan baik apabila tidak ada struktur penegakan yang baik pula. Inilah esensi nation state yang tidak lain adalah sistem otoritas yang berfungsi untuk memberikan legitimasi kepada seluruh transaksi, bukan malah menjadi pemangsa sistem pasar. Dalam hal ini, ekonomi nasional Indonesia harus memulai langkah rekonstitusi sistem ekonomi. Dalam artian bahwa suatu nation state memerlukan lebih dari sekadar adanya pemerintahan baru, walau dibentuk berdasarkan hasil keputusan sosial yang sangat demokratis sekalipun. Upaya-upaya rekonstitusi dan reformasi kebijakan ekonomi dapat dilihat sebagai suatu langkah sistematis beberapa komponen negara, terutama tingkah laku pemerintah atau cara pemerintah menentukan pilihan yang dapat mempengaruhi roda perekonomian. Tingkah laku pemerintah diletakkan sebagai faktor endogen dari keseluruhan proses perumusan kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi tidak terbentuk dari suatu proses optimalisasi saja, yang jelas pasti terdistorsi oleh kepentingan pribadi, tetapi sebagai suatu produk kompromis dari sekumpulan kepentingan yang mengatasnamakan kepentingan bersama dan dibawa oleh para politisi dengan segala ambisi dan tujuannya dalam suatu proses transaksi politik. 87 Domain ekonomi politik selalu concerned dengan peranan kelembagaan 87 Ibid. Hlm. 7. Universitas Sumatera Utara 32 dalam setiap perumusan, organisasi, dan implementasi kebijakan pembangunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah caranya untuk menerangkan siapa yang mendapat manfaat dan siapa yang menanggung beban akibat adanya suatu regulasikebijakan atau aturan ekonomi. Dalam setiap regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti memiliki tujuan tertentu, dan selain manfaat yang diharapkan, sering pula datang secara bersamaan dampak negatif yang disebabkan oleh regulasi tersebut. Karena itu diperlukan sebuah analisis untuk melihat besaran manfaat dan kerugian dari suatu regulasi ekonomi. Didik J. Rachbani menjelaskan analisis ini dengan Teori Regulasi Ekonomi. 88 Secara lebih luas teori regulasi ditujukan untuk melihat manfaat dan kerugian individu di dalam suatu kelompok, yang bisa dikaitkan dengan Teori Optimal Pareto. Arti Teori Optimal ini adalah suatu proposisi karena proses alokasi sumber-sumber ekonomi, tetapi tanpa mengakibatkan kerugian pada individu lainnya. 89 Teori regulasi ekonomi tidak lepas dari proposisi tersebut karena regulasi harus diinstitusikan dengan manfaat sebanyak mungkin pada publik atau konstituen yang dikenai regulasi tersebut dengan dampak negatif kerugian yang minimal atau bila perlu tanpa harus menyebabkan yang lainnya merugi. Keseluruhan aspek di atas, secara jelas juga merujuk kepada sebuah pembangunan terkhusus dalam bidang ekonomi politik dalam sebuah negara. Adanya perkembangan pasar secara global zaman ini, 88 Didik J. Rachbani. 2004. Ekonomi Politik : Kebijakan dan Strategi Pembangunan . Jakarta : Granit. Hlm. 10-11. 89 Ibid. Hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 33 mewajibkan seluruh komponen di dalam sebuah negara memasang kondisi siap siaga. Pembangunan adalah upaya untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk setiap orang. Negara memberi regulasi yang dapat mendukung setiap pergerakan dan aspirasi serta memberi status kepada manusia sebagai masyarakat sosial, kemudian memberi wadah pasar ekonomi baik secara nasional maupun global dalam mendukung pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Pembangunan dalam sebuah negara tidak dapat diartikan sebagai pembangunan jika hanya mengarah kepada bertumbuhnya perkonomian. Tetapi dalam segala aspek yang turut membantu membuat setiap masyarakat dalam negara tersebut memiliki kesempatan untuk merasakan kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian, sebuah tatanan ekonomi politik, secara lebih spesifik, keterlibatannya di dalam sebuah kebijakan publik harus melindungi kepentingan masyarakat.

G. Definisi Konsep