175
Potongan harga yang diberikan oleh pemasok kepada toko modern
Biaya-biaya yang berhubungan langsung
dengan penjualan produk pemasok
Biaya yang dibebankan kepada pemasok oleh toko modern
Gambar 2.6. Trading Terms dalam Perpres No 112 tahun 2007
1. Potongan harga regular regular discount pada setiap transaksi jual beli
2. Potongan harga tetap fixed rebate tanpa
dikaitkan dengan produk penjualan 3. Potongan harga khusus conditional rebate
apabila toko modern mencapai targetpenjualan
4. Potongan harga promosi promotion discount dalam rangka kegiatan promosi baik yangdiadakan oleh pemasok
maupun toko modern
1. Biaya promosi promotion budget untuk mempromosikan barang pemasok di toko modern
2. Biaya distribusi distribution cost berkaitan dengandistribusi barang ke jaringan toko modern
3. Biaya administrasi pendaftaran barang listing fee untuk biaya pencatatan barang pada toko modern
Universitas Sumatera Utara
176
E.1.7. Perizinan
Berikut merupakan jenis izin yang harus diperoleh ritel tradisional dan ritel modern sebelum memulai kegiatan usahanya
170
. 1. Pasar tradisional wajib memiliki Izin Usaha Pengelolaan Pasar
Tradisional IUP2T 2. Pertokoan, Mall, Plaza, dan Pusat perdagangan wajib memiliki Izin
Usaha Pusat Perbelanjaan IUPP 3. Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, dan
perkulakan wajib memiliki Izin Usaha Toko Modern IUTM.
E.1.8. Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing
melakukan pembinaan dan pengawasan ritel tradisional dan toko modern. Pemerintah dan Pemda setempat juga dapat memfasilitasi kepentingan
pemasok dan
ritel modern
dalam merundingkan
perjanjian kerjasama.Perpres perpasaran melakukan upaya-upaya pemberdayaan
terhadap ritel tradisional agar dalam perkembangannya ritel tradisional tidak tersingkir karena keberadaan toko modern, tetapi justru yang diharapkan
ritel tradisional dan ritel modern dapat tumbuh berdampingan dengan selaras dan saling menguntungkan. Pemberdayaan terhadap ritel tradisional
yang diatur dalam peraturan perpasaran tersebut adalah
171
:
170
Ibid. Pasal 12 sd Pasal 13.
171
Ibid. Pasal 15.
Universitas Sumatera Utara
177
1. Mengupayakan
sumber-sumber alternatif
pendanaan untuk
pemberdayaan; 2.
Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola; 3.
Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi peritel tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi;
4. Mengevaluasi pengelolaan. Ritel modern serta pusat perbelanjaan juga
melakukan pemberdayaan terhadap ritel tradisional dengan adanya program kemitraan.
E.1.9. Sanksi
Sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan Perpres perpasaran ini adalah dengan melakukan peringatan tertulis, pembekuan, serta
pencabutan izin usaha
172
.
E.1.10. Ketentuan Peralihan
Berikut merupakan ketentuan peralihan peraturan perpasaran
173
. 1. Izin usaha sebelum berlakunya Perpres dipersamakan;
2. Sedang dalam proses pembangunanselesai dibangun dianggap telah memenuhi persyaratan lokasi dan dapat diberikan izin usaha sesuai
perpres ini;
3.Telah memiliki izin lokasi dan belum dibangun sebelum berlakunya Perpres wajib menyesuaikan dengan Perpres;
172
Ibid. Pasal 17.
173
Ibid. Pasal 18.
Universitas Sumatera Utara
178
4. Telah berdiri, beroperasi, dan belum melaksanakan program kemitraan wajib melaksanakan paling lambat 2 tahun sejak berlakunya Perpres;
5. Perjanjian kerjasama yang sudah ada tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian dimaksud.
E.2. Pokok-Pokok Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008
Setelah diterbitkannya Perpres No. 112 Tahun 2007, Departemen Perdagangan selaku Departemen Teknis segera merancang aturan pelaksana
dari Perpres tersebut. Adapun didalam Perpres 1122007, hal-hal yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam aturan pelaksana terdiri daripenataan lokasi
pusat perbelanjaan dan toko modern, trading termsserta perizinan. Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, dimaksudkan sebagai Pedoman Pelaksanaan dari Peraturan Presiden No.1122007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang ditetapkan sejak tanggal 27 Desember 2007. Berikut pokok-pokok pengaturan penting yang terdapat
dalam Pedoman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
179
E.2.1. Pengaturan Zonasi Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
174
a. Pendirian Pasar Tradisional
Lokasi pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern harus
sesuai dengan
RTRWKRDTRWK.Sedangkan untuk
KabupatenKota yang belum memiliki RTRWKRDTRWK tidak boleh
memberikan izin lokasi untuk pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern.
b. Pendirian Pusat Perbelanjaan
• Pengelola pusat perbelanjaan dan toko modern kecuali minimarket wajib melakukan analisa kondisi sosial ekonomi
masyarakat dengan memperhatikan aspek-aspek seperti struktur penduduk menurut mata pencaharian dan tingkat
pendidikan, pendapatan rumah tangga, kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, kemitraan
dengan UKM,
penyerapan tenaga kerja lokal, ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional di daerah sekitarnya, dampak positif dan
negatif yang diakibatkan oleh jarak antara hipermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya, serta
kewajiban Corporate Social Responsibility. • Penentuan jarak antara pasar tradisional dengan
hipermarket harus mempertimbangkan lokasi pendirian
174
Ringkasan Bab II : Pendirian Pasar Tradisional pasal 2 sampai pasal 3, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam Permendagri No 53 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Universitas Sumatera Utara
180
hipermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya, iklim usaha yang sehat antara hipermarket
dengan pasar tradisional, aksesbilitas wilayah, ketersediaan infrastruktur, dan perkembangan pemukiman baru.
• Pendirian minimarket wajib mempertimbangkan kepadatan penduduk, perkembangan pemukiman baru,
aksesbilitas wilayah, ketersediaan infrastruktur, serta keberadaan pasar tradisional dan warungtoko di wilayah
sekitar yanglebih kecil daripada minimarket tersebut. pendirian minimarket tersebut diutamakan untuk diberikan
kepada pelaku usaha yang berdomisili dekat dengan minimarket tersebut.
E.2.2. Pola Kemitraan
175
a. Kemitraan dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama pemasaran,
penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari pemasok kepada toko modern yang dilakukan secara terbuka.
b. Kerjasama pemasaran dapat dilakukan dengan bentuk : 1
memasarkan barang produksi UKM yang dikemas atau dikemas ulang dengan merek pemilik barang, toko modern atau merek lain yang telah
disepakati; 2 memasarkan produk UKM melalui etalase atau outlet dari toko modern.
175
Ibid. Pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
181
c. Penyediaan lokasi usaha dilakukan olehpengelola pusat
perbelanjaan dan toko modern kepada UKM dengan menyediakan ruang usaha dalam areal pusat perbelanjaan atau toko modern.
d. Toko modern mengutamakan pasokan hasil produksi UKM, selama
barang tersebut memenuhi persyaratan atau standar yag ditetapkan oleh toko modern.
e. Pemasokan barang yang dilakukan oleh UKM dibebaskan dari
pungutan.
E.2.3. Trading Terms
Ketentuan trading terms dalam kebijakan ini dibuat lebih spesifik dan lebih rigid dengan besaran nilai maksimum yang telah ditentukan sebagai
berikut ini
176
. a.
Fixed rebate
ditentukan maksimal sebesar 1 dari total penjualan
b.
Conditional rebate
diberikan setelah peritel modern mampu mencapai target penjualan. Nilainya pun dibuat berjenjang,
dimana jika 100 target penjualan tercapai maka conditional rebate adalah sebesar 1 , kemudian jika mencapai lebih
dari100 dikenakan 5-10 tergantung besaran target penjualan yang dicapai.
c.
Listing fee
untuk Hipermarket berkisar dari Rp. 150,000 sampai Rp.10,000,000,-, Supermarket berkisar antara Rp. 75,000 sampai
176
Ibid. Pasal 7.
Universitas Sumatera Utara
182
Rp.10,000,000,-, Minimarket berkisar antara Rp. 5,000 sampai Rp.20,000,000,-. Perubahan listing fee dapat dilakukan dengan
menyesuaikan perkembangan inflasi. Hal yang terpenting dalam pengaturan trading termsini adalah
memberikan ruang bebas diantara pemasok dengan peritel agar dapat bernegosiasi. Peritel pun harus memberikan waktu lebih agar pemasok dapat
mempelajari isi dari perjanjian, sehingga setelah kontrak berjalan tidak ada lagi permasalahan yang terjadi terutama terkait dengan biaya-biaya yang
tidak tercantum dalam perjanjian.
E.2.3. Ketentuan lain
Peritel asing dilarang untuk memasuki bisnis ritel skala minimarket, supermarket dengan luas dibawah 1.200 m
2
dan Department Store dengan luas lantai dibawah 2.000 m
2
.
177
E.3. Pokok-Pokok Peraturan Walikota Medan No 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern
Sesuai dengan Perpres No 112 Tahun 2007 pasal 1 ayat 11 sebelas dan ayat 12 dua belas mengatakan bahwa yang berhak memberi izin
usaha baik dalam bentuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern ditanggungjawabi oleh pemerintah daerah, serta pembuatan aturan
zonasi adalah wewenang pemerintah daerah. Maka Pemerintah Kota Medan
177
Ibid. Pasal 9 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
183
mengeluarkan Perwal No 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, di mana pokok-
pokok pengaturannya adalah sebagai berikut :
E.3.1. Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
178
1. Lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada Rancana Tata Ruang Wilayah, dan Rencana Detail Tata Ruang termasuk
Peraturan Zonasinya. 2. Pendirian pasar tradisional wajib memenuhi kebutuhan sebagai
berikut : a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
keberadaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern serta Usaha Kecil termasuk Koperasi yang ada di wilayah
tersebut. b. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir
1 satu buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 M2 seratus meter bujursangkar luas lantai penjualan Pasar Tradisional ; dan
c. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pasar Tradisional yang bersih, sehat, aman, tertib, dan ruang publik yang nyaman.
4. Pendirian
pusat perbelanjaan
dan toko
modern mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional dan UMKM yang ada di wilayah bersangkutan.
178
Perwal Kota Medan No 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern,
Pasal 2 sampai Pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
184
b. Memperhatikan jarak antara hipermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya.
c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 satu unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 M2 luas lantai
penjualan pusat perbelanjaan dan toko modern d. Fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan dan toko modern
yang bersih, sehat, aman, tertib dan tata ruang yang nyaman. 5. Pendirian Pasar Tradisional atau Pusat Perbelanjaan Toko
Modern selain Minimarket harus melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional dan UMKM
yang berada di wilayah yang bersangkutan. 6. Analisa kondisi yang dimaksud meliputi :
a. Struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan b. Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
c. Kepadatan penduduk d. Pertumbuhan penduduk
e. Kemitraan dengan UMKM lokal f. Penyerapan tenaga kerja lokal
g. Ketahanan dan pertumbuhan Pasar Tradisional sebagai sarana bagi UMKM lokal
h. Keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah ada i. Dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara
hipermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya ;dan
Universitas Sumatera Utara
185
j. Tanggung jawab sosial perusahaan
E.3.2. Keberadaan Perkulakan, Hipermarket, Pusat Perbelanjaan, Supermarket dan Department Store terkait dengan Sistem
Jaringan Jalan
179
Lokasi dan jarak pendirian pasar tradisional , pusat perbelanjaan dan toko modern diatur sebagai berikut :
a. Pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan termsauk sistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan
pelayanan bagian kota atau lokal atau lingkungan di dalam kota b. Perkulakan atau grosir hanya boleh berlokasi pada akses sistem
jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder c. Hipermarket dan Pusat perbelanjaan ; hanya boleh berlokasi pada
akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota
d. supermarket, toko modern, swalayan, dan departemen store; tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh
berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota e. Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan ,
termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayyanan lingkungan perumahan di dalam kota
179
Ibid. Pasal 6 sampai Pasal 7.
Universitas Sumatera Utara
186
f. Jarak minimum pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern kecuali minimarket dari pusat perbelanjaan dan toko modern yang
sudah ada minimal 1000 M g. Khusus minimarket jarak minimal 500 M dari minimarket yang sudah
ada, dan minimal 250 M jarak dari pasar tradisional h. Jarak minimum pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern
kecuali minimarket terhadap persimpangan jalan traffic light minimal 250 M
E.3.3. Batasan Luas Lantai Penjualan Toko Modern
180
a. Minimarket 400 m
2
b. Supermarket 400 – 5.000 m
2
c. Hipermarket dan perkulakan 5.000 m
2
d. Department Store 400 m
2
E.3.4. Kemitraan dan Pemasokan Barang
181
1. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib menyediakan tempat