11 1.
Transisi sigma-sigma star σ → σ Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi sinar
yang frekuensinya terletak diantara UV vakum kurang dari 180 nm sehingga kurang bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometer ultraviolet –
visible. 2.
Transisi n – sigma star n → σ Energi yang diperlukan untuk transisi ini lebih kecil dibanding transisi σ → σ
sehingga sinar yang diserap mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang, yaitu sekitar 150-250 nm.
3. Transisi n – phi star n → π
Transisi ini sama seperti transisi π
→ π
yaitu mencakup sebagian besar senyawa organik. Energi yang diperlukan untuk transisi ini dalam daerah
200-700 nm. Dengan bertambahnya kepolaran pelarut, pada transisi ini bentuk puncak bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek hipsokromik.
4. Transisi phi-phi star π
→ π
Bedanya dengan transisi n →
π pada efek pelarut, dimana transisi ini bentuk
puncak bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang batokromik dan merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis dengan cara
spektrofotometer ultraviolet – visible, sebab memiliki panjang gelombang antara 200-700 nm Khopkar, 1985; Gandjar dan Rohman, 2007.
2.4.1 Instrumentasi Spektrofotometri Ultraviolet - Visible UV-Vis
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet - visible terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang
12 200 – 800 nm Cairns, 2004. Suatu diagram sederhana spektrofotometer
Ultraviolet - Visible ditunjukkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Diagram spektrofotometer ultraviolet - visible
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah yang digunakan secara bersama-sama, yang mencakup seluruh daerah
ultraviolet - visible. Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet diperlukan lampu deuterium sedangkan untuk senyawa yang
menyerap pada daerah visible digunakan lampu tungsten Cairns, 2004. 2.
Celah Celah dibuat dari logam yang kedua ujungnya diasah dengan sama Mulja
dan Suharman, 1995. 3.
Monokromator Cahaya yang digunakan harus monokromatis, yaitu cahaya dengan satu
panjang gelombang tertentu. Cahaya monokromatis ini didapat dengan melewatkan cahaya polikromatis pada sebuah monokromator Cairns,
2004. 4.
Tempat sampel Kuvet yang digunakan untuk tempat sampel pada pengukuran didaerah
ultraviolet - visible biasanya terbuat dari silika atau glas Cairns, 2004.
13 5.
Detektor Peranan detekor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang Khopkar, 1985.
2.4.2 Metode Umum Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen
Beberapa penelitian yang telah menetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode umum dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Metode Umum Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen
Berdasarkan Tabel 2.1 diatas penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dengan KCKT dilakukan oleh Damayanti, dkk., 2003; Tuani, dkk.,
2014; Battu dan Reddy, 2009. Penggunaan KCKT relatif lebih mahal dan memerlukan tahap pemisahan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Giri
dan Tripathi, 2010 menggunakan metode spektrofotometri UV untuk penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dengan pelarut etanol 99.
Dibandingkan dengan pelarut metanol-air, pelarut etanol 99 menghasilkan spektrum senyawa yang tidak tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar
yang saling tumpang tindih.
Senyawa Metode
Pelarut Fase gerak Referensi
Parasetamol dan Ibuprofen
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Asetonitril : dapar fosfat pH 4,5 75:25
Damayanti, dkk., 2003
Parasetamol dan Ibuprofen
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Asetonitril: dapar fosfat pH 7 60:40
Battu dan Reddy, 2009
Parasetamol dan Ibuprofen
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Metanol : dapar fosfat pH 3 80:20
Tuani, dkk., 2014
Parasetamol dan Ibuprofen
spektrofotometri UV dengan
λ parasetamol 248 nm dan ibuprofen 220 nm
etanol 99,9 Giri dan
Tripathi, 2010
14
2.5 Spektrofotometri Derivatif