Uji Presisi Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

28 dk = Derajat kebebasan dk = n-1 SD = Standar deviasi n = Jumlah pengulangan 3.6.9 Uji Validasi 3.6.9.1 Uji Akurasi Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80, 100, 120. Dimana pada masing-masing rentang spesifik digunakan 70 sampel dan 30 baku yang akan ditambahkan Harmita, 2004. Kemudian campuran sampel dan baku diukur serapannya pada panjang gelombang 200 – 400 nm, selanjutnya spektrum serapan ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 8 nm pada panjang gelombang analisis parasetamol dan ibuprofen masing-masing 253,4 nm dan 228,6 nm. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus: perolehan kembali = C F − C A C A ∗ x 100 Keterangan: C F = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku C A = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku C A = Jumlah baku yang ditambahkan

3.6.9.2 Uji Presisi

Uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter Relative Standard Deviasi RSD Gandjar dan Rohman, 2007. Dengan rumus : RSD = SD X � x 100 29 Keterangan: RSD = Standar deviasi relatif SD = Standar deviasi X = Kadar rata-rata zat pada sampel Untuk menghitung Standar Deviasi SD digunakan rumus : Keterangan: X = Kadar zat dalam sampel X � = Kadar rata-rata zat dalam sampel n = Jumlah pengulangan

3.6.9.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung melalui persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi Gandjar dan Rohman, 2007; Harmita, 2004. Untuk menghitung batas deteksi dan batas kuantitasi digunakan rumus : Keterangan: S� � � = Simpangan baku slope = b pada persamaan garis y = ax+b SD = � ∑X−X 2 n −1 S� � � = � ∑Y−Yi 2 n −2 LOD = 3 x S� � � slope LOQ = 10 x S� � � slope 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Maksimum

Pengukuran spektrum serapan maksimum parasetamol dan ibuprofen dilakukan masing-masing pada konsentrasi 6,6 μgmL dan 8 μgmL pada panjang gelombang 200 − 400 nm. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang parasetamol 244,0 nm dan ibuprofen 222,0 nm. Spektrum serapan maksimum parasetamol konsentrasi 6,6 μgmL dan spektrum serapan maksimum ibuprofen konsentrasi 8 μgmL masing-masing dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1. Spektrum serapan maksimum parasetamol konsentrasi 6,6 μgmL Gambar 4.2. Spektrum serapan maksimum ibuprofen konsentrasi 8 μgmL 31

4.2 Penentuan Δλ Parasetamol dan Ibuprofen

Hasil p enentuan Δλ parasetamol dan ibuprofen dilakukan terhadap spektrum parasetamol dan ibuprofen dengan berbagai konsentrasi. Parasetamol dengan konsentrasi 5 μgmL; 7 μgmL; 9 μgmL; 11 μgmL; dan 13 μgmL dan ibuprofen dengan konsentrasi 4 μgmL; 6 μgmL; 8 μgmL; 10 μgmL dan 12 μgmL. Kemudian masing-masing konsentrasi diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Spektrum serapan parasetamol dan ibuprofen selanjutnya ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm. Penentuan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm diperoleh berdasarkan pada sampling interval pada program. Disini sampling interval yang digunakan adalah 1 nm, berarti penetapan jarak pembacaan data dilakukan setiap 1 nm, sehingga menghasilkan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm. Semakin meningkatnya Δλ maka spektrum yang dihasilkan akan semakin halus. Spektrum yang diperoleh diharapkan tidak kasar dan juga tidak terlalu halus. Hal ini dikarenakan apabila spektrum terlalu kasar, maka sulit untuk menentukan serapan sebenarnya, sedangkan jika terlalu halus, maka informasi yang diperlukan dapat berkurang karena adanya distorsi spektrum. Apabila distorsi spektrum terjadi, maka terjadi penurunan tinggi puncak, sedangkan lebar puncak akan meningkat. Spektrum serapan derivat pertama parasetamol dan ibuprofen dilakukan tumpang tindih dengan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm dan dilakukan juga terhadap spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.3 sampai 4.18 32 A. Serapan Derivat Pertama Parasetamol Gambar 4.3. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol den gan Δλ 1 nm Gambar 4.4. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan Δλ 2 nm 33 Lanjutan Serapan Derivat Pertama Parasetamol Gambar 4.5. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan Δλ 4 nm Gambar 4.6. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan Δλ 8 nm 34 B. Serapan Derivat kedua Parasetamol Gambar 4.7. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan Δλ 1 nm Gambar 4.8. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan Δλ 2 nm 35 Lanjutan Serapan Derivat kedua Parasetamol Gambar 4.9. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan Δλ 4 nm Gambar 4.10. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan Δλ 8 nm 36 C. Serapan Derivat Pertama Ibuprofen Gambar 4.11. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan Δλ 1 nm Gambar 4.12. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan Δλ 2 nm 37 Lanjutan Serapan Derivat Pertama Ibuprofen Gambar 4.13. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan Δλ 4 nm Gambar 4.14. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan Δλ 8 nm 38 D. Serapan Derivat Kedua Ibuprofen Gambar 4.15. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan Δλ 1 nm Gambar 4.16. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan Δλ 2 nm 39 Lanjutan Serapan Derivat Kedua Ibuprofen Gambar 4.17. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan Δλ 4 nm Gambar 4.18. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan Δλ 8 nm 40 Dari hasil pengamatan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan bentuk spektrum parasetamol dan ibuprofen pada derivat yang sama dengan Δλ yang berbeda Δλ 1, 2, 4 dan 8. Dengan berbedanya Δλ akan mempengaruhi bentuk spektrum maupun posisi puncak dan mempengaruhi titik zero crossing dari senyawa yang akan dianalisis. Pemilihan Δλ yang digunakan dalam penelitian ini adalah Δλ 8, pada Δλ tersebut akan dihasilkan resolusi spektrum serapan parasetamol dan ibuprofen yang semakin baik.

4.3 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Derivatif Parasetamol

Spektrum serapan derivatif parasetamol dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 5 μgmL; 7 μgmL; 9 μgmL; 11 μgmL; dan 13 μgmL. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Tumpang tindih spektrum serapan parasetamol dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada gambar 4.19. Spektrum serapan parasetamol berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 74 dan 75. Spektrum serapan parasetamol selanjutnya ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 8 nm. Kemudian masing-masing derivat dengan berbagai konsentrasi ditumpang tindihkan. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan berbagai konsentrasi masing-masing dapat dilihat pada gambar 4.20 dan 4.21. Spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 78 dan 79. Dan spektrum serapan derivat kedua parasetamol berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 82 dan 83. 41 Gambar 4.19. Tumpang tindih spektrum serapan parasetamol dengan berbagai konsentrasi Gambar 4.20. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan berbagai konsentrasi Gambar 4.21. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan berbagai konsentrasi 42

4.4 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Derivatif Ibuprofen

Spektrum serapan derivatif ibuprofen dibuat dengan konsentrasi 4 μgmL; 6 μgmL; 8 μgmL; 10 μgmL dan 12 μgmL. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200–400 nm. Tumpang tindih spektrum serapan ibuprofen dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada gambar 4.22. Spektrum serapan ibuprofen dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 76 dan 77. Spektrum serapan ibuprofen selanjutnya ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 8 nm. Kemudian masing-masing derivat dengan berbagai konsentrasi ditumpang tindihkan. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24. Spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 80 dan 81. Dan spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 84 dan 85. Gambar 4.22. Tumpang tindih spektrum serapan ibuprofen dengan berbagai konsentrasi 43 Gambar 4.23. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan berbagai konsentrasi Gambar 4.24. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan berbagai konsentrasi

4.5 Hasil Penentuan Zero Crossing

4.5.1 Zero Crossing Derivat Pertama pada Parasetamol dan Ibuprofen