Hasil Penentuan Panjang Gelombang Analisis Parasetamol dan Ibuprofen

46 Gambar 4.28. Zero crossing ibuprofen pada derivat kedua

4.6 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Analisis Parasetamol dan Ibuprofen

Penentuan panjang gelombang analisis dilakukan dengan membuat larutan parasetamol 7 μgmL, larutan ibuprofen 4 μgmL, dan larutan campuran parasetamol 7 μgmL dan ibuprofen 4 μgmL. Kemudian dibuat spektrum serapan derivat pertama dari masing-masing larutan parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen, selanjutnya ditumpang tindihkan, hal yang sama juga dilakukan untuk spektrum serapan derivat kedua. Untuk menentukan panjang gelombang analisis pada spektrum serapan masing-masing derivat dilakukan dengan mengamati panjang gelombang yang menunjukkan nilai serapan senyawa pasangannya nol dan nilai serapan senyawa yang lain dan campurannya memiliki nilai serapan sama atau hampir sama. Hasil pengamatan spektrum serapan parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen, pada spektrum serapan, spektrum serapan derivat pertama dan spektrum serapan derivat kedua masing-masing dapat dilihat pada gambar 4.29 sampai 4.41. 230.0 218.0 253.4 275.8 286.4 47 Gambar 4.29. Tumpang tindih spektrum serapan parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.30. Spektrum serapan campuran parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.31. Tumpang tindih spektrum serapan parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen 48 Gambar 4.32. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.33. Spektrum serapan derivat pertama campuran parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.34. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen 49 Gambar 4.35. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.36. Spektrum serapan derivat kedua campuran parasetamol dan ibuprofen Gambar 4.37. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen 50 Gambar 4.38. Zero crossing parasetamol Gambar 4.39. Zero crossing ibuprofen Gambar 4.40. Panjang gelombang analisis parasetamol 51 Gambar 4.41. Panjang gelombang analisis ibuprofen Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa panjang gelombang analisis yang dapat dipakai adalah pada serapan derivat kedua. Dasar pemilihan panjang gelombang analisis adalah dengan menentukan zero crossing pada parasetamol dan ibuprofen. Penentuan panjang gelombang analisis dapat ditentukan dengan menumpang tindihkan spektrum serapan masing-masing derivat parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen, selanjutnya dilakukan pengamatan panjang gelombang yang menunjukkan nilai serapan senyawa pasangannya nol dan nilai serapan senyawa yang lain dan campurannya memiliki nilai serapan sama atau hampir sama. Pada serapan derivat pertama, panjang gelombang analisis parasetamol dapat ditemukan. Tetapi panjang gelombang analisis ibuprofen tidak ditemukan, sehingga penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen pada sediaan tablet tidak bisa dilakukan pada spektrum serapan derivat pertama. Dengan demikian dilanjutkan pada spektrum serapan derivat kedua. 52 Berdasarkan hasil spektrum serapan derivat kedua, diketahui bahwa parasetamol dan ibuprofen memiliki panjang gelombang zero crossing lebih dari satu. Dengan menumpang tindihkan spektrum serapan derivat kedua parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen, sehingga dapat diketahui zero crossing ibuprofen pada panjang gelombang 253,4 nm merupakan panjang gelombang analisis parasetamol demikian juga zero crossing parasetamol pada panjang gelombang 228,6 nm merupakan panjang gelombang analisis ibuprofen. Panjang gelombang dan serapan pada parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen pada derivat kedua dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Panjang gelombang dan serapan pada parasetamol, ibuprofen, campuran parasetamol dan ibuprofen pada derivat kedua Panjang Gelombang nm Serapan Parasetamol 7 μgmL Ibuprofen 4 μgmL Campuran Parasetamol dan Ibuprofen 218,0 0,00324 0,00001 0,00342 228,6 0,00000 -0,00112 -0,00115 230,0 -0,00007 0,00002 -0,00024 253,4 -0,00086 0,00000 -0,00086 258,2 -0,00001 0,00000 0,00001 275,8 0,00045 0,00000 0,00045 280,0 0,00000 0,00014 0,00008 286,4 -0,00011 0,00000 -0,00007 290,0 0.00001 -0,00000 0,00002 321,8 0.00000 -0,00000 -0,00002 Dari Tabel 4.1 diatas panjang gelombang analisis parasetamol yang dipakai adalah 253,4 nm dan panjang gelombang analisis ibuprofen 228,6 nm. 53 Pemilihan panjang gelombang analisis tersebut didasarkan pada nilai serapan dari ketiga larutan. Menurut Hayun, dkk., 2006, ada beberapa ketentuan untuk dijadikan panjang gelombang analisis adalah panjang gelombang zero crossing yang: a serapan senyawa pasangannya dan campurannya sama atau hampir sama, karena pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya. b memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan tersebut, serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil. Pada panjang gelombang 228,6 nm, nilai serapan parasetamol adalah nol, sedangkan nilai serapan untuk ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen memiliki nilai serapan sama atau hampir sama secara berturut-turut yaitu -0,00112 dan -0,00115. Demikian juga pada panjang gelombang 253,4 nm, nilai serapan ibuprofen adalah nol, sedangkan nilai serapan untuk parasetamol dan campuran parasetamol dan ibuprofen memiliki nilai serapan sama yaitu -0,00086. Pada panjang gelombang 218,0 nm dan 230,0 nm tidak dipilih untuk dijadikan sebagai panjang gelombang analisis, karena senyawa tunggal dan campurannya memiliki nilai serapan berbeda. Sedangkan panjang gelombang 258,2 −321,8 nm juga tidak dipilih untuk dijadikan panjang gelombang analisis dikarenakan nilai serapannya kecil, yang hampir mendekati angka 0. Spektrum serapan penentuan panjang gelombang analisis parasetamol dan ibuprofen dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 86. Data panjang gelombang dan serapan pada parasetamol, ibuprofen dan campuran parasetamol dan ibuprofen pada derivat kedua dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 124 dan 125. 54 4.7 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dan Ibuprofen 4.7.1 Kurva Kalibrasi Parasetamol dan Ibuprofen Linearitas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara serapan dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi parasetamol dan ibuprofen diperoleh dengan mengukur masing-masing konsentrasi dari setiap senyawa, kemudian dihubungkan antara konsentrasi X dengan serapan Y pada tiap-tiap konsentrasi dari masing-masing senyawa. Kurva kalibrasi parasetamol panjang gelombang 253,4 nm pada derivat kedua dan kurva kalibrasi ibuprofen panjang gelombang 228,6 nm pada derivat kedua dapat dilihat pada gambar 4.42 sampai 4.43. Diperoleh persamaan regresi parasetamol adalah Y = -12,4 x 10 -5 X + 1 x 10 -5 dengan korelasi r = -0,99990 dan persamaan regresi ibuprofen adalah Y = -27,7 x 10 -5 X - 0,3 x 10 -5 dengan korelasi r = -0,99996. Nilai korelasi yang diperoleh dari parasetamol dan ibuprofen menunjukkan adanya korelasi linier hubungan antara X dan Y dengan nilai -1 ≤ r ≤ 1 Rohman, 2007. Dari hasil diatas nilai koefisien korelasi pada parasetamol dan ibuprofen diperoleh negatif. Disini menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Artinya apabila nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang kedua menurun Sartono, 2004. Data kalibrasi parasetamol, persamaan regresi dan koefisien korelasi serta data kalibrasi baku ibuprofen, persamaan regresi dan koefisien korelasi masing- masing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 87 – 90. 55 Gambar 4.42. Kurva kalibrasi parasetamol dengan panjang gelombang 253,4 nm pada derivat kedua Gambar 4.43. Kurva kalibrasi ibuprofen panjang gelombang 228,6 nm pada derivat kedua Y = -12,4 x 10 -5 X + 1 x 10 -5 r = -0,99990 Y = -27,7 x 10 -5 X - 0,3 x 10 -5 r = -0,99996 56

4.8 Hasil Penentuan Kadar Parasetamol dan Ibuprofen pada Sediaan Tablet