31
4.2 Penentuan Δλ Parasetamol dan Ibuprofen
Hasil p
enentuan Δλ parasetamol dan ibuprofen dilakukan terhadap
spektrum parasetamol dan ibuprofen dengan berbagai konsentrasi. Parasetamol dengan konsentrasi
5 μgmL; 7 μgmL; 9 μgmL; 11 μgmL; dan 13 μgmL dan ibuprofen dengan konsentrasi
4 μgmL; 6 μgmL; 8 μgmL; 10 μgmL dan 12 μgmL. Kemudian masing-masing konsentrasi diukur pada panjang gelombang
200 – 400 nm. Spektrum serapan parasetamol dan ibuprofen selanjutnya ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dan spektrum
serapan derivat kedua dengan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm.
Penentuan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm diperoleh berdasarkan pada sampling
interval pada program. Disini sampling interval yang digunakan adalah 1 nm, berarti penetapan jarak pembacaan data dilakukan setiap 1 nm, sehingga
menghasilkan Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm. Semakin meningkatnya Δλ maka spektrum
yang dihasilkan akan semakin halus. Spektrum yang diperoleh diharapkan tidak kasar dan juga tidak terlalu halus.
Hal ini dikarenakan apabila spektrum terlalu kasar, maka sulit untuk menentukan serapan sebenarnya, sedangkan jika terlalu halus, maka informasi
yang diperlukan dapat berkurang karena adanya distorsi spektrum. Apabila distorsi spektrum terjadi, maka terjadi penurunan tinggi puncak, sedangkan lebar
puncak akan meningkat. Spektrum serapan derivat pertama parasetamol dan ibuprofen dilakukan tumpang tindih dengan
Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm dan dilakukan juga terhadap spektrum serapan derivat kedua dengan
Δλ 1, 2, 4 dan 8 nm yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.3 sampai 4.18
32 A. Serapan Derivat Pertama Parasetamol
Gambar 4.3. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol
den gan Δλ 1 nm
Gambar 4.4.
Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol dengan Δλ 2 nm
33 Lanjutan Serapan Derivat Pertama Parasetamol
Gambar 4.5. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol
dengan Δλ 4 nm
Gambar 4.6. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama parasetamol
dengan Δλ 8 nm
34 B. Serapan Derivat kedua Parasetamol
Gambar 4.7.
Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol dengan Δλ 1 nm
Gambar 4.8. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol
dengan Δλ 2 nm
35 Lanjutan Serapan Derivat kedua Parasetamol
Gambar 4.9. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol
dengan Δλ 4 nm
Gambar 4.10. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua parasetamol
dengan Δλ 8 nm
36 C. Serapan Derivat Pertama Ibuprofen
Gambar 4.11. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen
dengan Δλ 1 nm
Gambar 4.12. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen
dengan Δλ 2 nm
37 Lanjutan Serapan Derivat Pertama Ibuprofen
Gambar 4.13.
Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen dengan Δλ 4 nm
Gambar 4.14. Tumpang tindih spektrum serapan derivat pertama ibuprofen
dengan Δλ 8 nm
38 D. Serapan Derivat Kedua Ibuprofen
Gambar 4.15. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan
Δλ 1 nm
Gambar 4.16. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan
Δλ 2 nm
39 Lanjutan Serapan Derivat Kedua Ibuprofen
Gambar 4.17. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan
Δλ 4 nm
Gambar 4.18. Tumpang tindih spektrum serapan derivat kedua ibuprofen dengan
Δλ 8 nm
40 Dari hasil pengamatan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perubahan bentuk spektrum parasetamol dan ibuprofen pada derivat yang sama dengan
Δλ yang berbeda Δλ 1, 2, 4 dan 8. Dengan berbedanya Δλ akan mempengaruhi bentuk spektrum maupun posisi puncak dan mempengaruhi titik
zero crossing dari senyawa yang akan dianalisis. Pemilihan Δλ yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Δλ 8, pada Δλ tersebut akan dihasilkan resolusi spektrum serapan parasetamol dan ibuprofen yang semakin baik.
4.3 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Derivatif Parasetamol