Sosialisasi Bahasa Melalui Kursus Informal

103 Batak, Simalungun dan Karo. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Faizal Lubis: “.... Kalau kalian mau belajar lagi tentang fasihnya aksara itu ada 21 huruf, di tanah Batak hanya 19, di Simalungun dan di tanah Karo juga sama. Tapi itu ibunya adalah Aksara Mandailing namanya surat tulak- tulak, sekarang namanya pustaha Mandailing...” Berdasarkan wawancara dengan Bapak Faizal Lubis bahwa sekarang ini huruf tulak-tulak namanya surat pustaha. Dalam hal ini huruf tulak-tulak ini mempengaruhi dialeg dan dialog dalam masyarakat. Mengkaji masyarakat sekarang ini, masyarakat Mandailing sudah mulai tidak mengetahui huruf tulak-tulak sebagai pustaka orang Mandailing, karena sudah mulai hilang dan tidak dikembangkan oleh generasi penerus. Sehingga ini menjadi tanggungjawab semua Masyarakat Mandailing untuk tetap melestarikan nilai sosial budaya Masyarakat Mandailing.

4.4.1.3 Sosialisasi Bahasa Melalui Kursus Informal

Zaman modern sekarang ini, anak-anak yang hidup di era modern banyak yang tidak mengetahui bahasa aksara Mandailing, sehingga dalam melestarikan nilai sosial budaya baik adat istiadat, budaya yang menggambarkan identitas Etnik Mandailing. Dalam sosialisasi dan penggunaan Bahasa Mandailing sebagai identitas etnis yang terbentuk melalui proses sosialisasi yaitu dengan cara kita tetap Universitas Sumatera Utara 104 masukkan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tinggal di memori otaknya, walaupun tidak secara menyeluruh. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan bahwa HIKMA selaku organisasi yang tidak bisa lepas dari bagaimana Etnis Mandailing itu. Berdasarkan panuturan dari Bapak Taufik Lubis HIKMA pernah membuat sebuah tempat kursus huruf tulak-tulak di Kota Medan, pada saat itu Sekolah Dasar SD masih menjadi mata pelajaran muatan lokal. “….Kalau kegiatan-kegiatan sebelumnya banyak, mulai Membuat satu tempat kursus belajar surat tulak-tulak, itulah tulisan mandailing. Namanya surat tulak-tulak yaitu abjadnya orang mandialing. Jadi sekarangkan itulah, dulu kan di zaman-zaman kami SD memang bahsasa daerah ada. Salah satu inilah dipelajari di zaman saya. Jadi sekarang inilah rencana kita kembali menjumpai DPR Madina Mandailing Natal macam mana supaya tetap dimasukkan bahasa daerah menjadi mata pelajaran muatan lokal, kalau gak salah 2015 atau 2016 sudah dimasukkan ke muatan lokal …” Hasil wawancara 27 Mei 2015 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, telah banyak usaha-saha yang dilakukan HIKMA dalam melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Mandailing seperti bagaimana supaya huruf tulak- tulak tetap dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal. Sebagai usaha yang dilakukan pengurus HIKMA yaitu menjumpai DPR Mandailing Natal supaya huruf tulak-tulak dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal secara bertahap khususnya masyarakat Mandailing Natal. Hal tersebut merupakan sebuah usaha pelestarian Universitas Sumatera Utara 105 identitas etnis baik adat istiadat, nilai sosial budaya masyarakat Mandailing.

4.4.2 Penggunaan Adat Istiadat Dalam Siklus Kehidupan Seseorang