101
4.4.1.2 Penggunaan Bahasa Mandailing di Tempat Tinggal
Bahasa sebagai salah satu identitas etnis, Sehingga ketika seorang individu berinterakasi dengan yang lainnya menggunakan
bahasa tersebut, maka kita secara otomatis mengkelompokkan bahwa bahasa yang digunakannya berasal dari satu etnis tertentu.
Dengan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari merupakan salah satu usaha mengekspresikan identitas etnis kita.
Sebagai contoh penggunaan bahasa Mandailing tetap digunakan walaupun tinggal di wilayah perantauan sebagai wujud dari
ekspresi identitas etnis. Berdasarkan penelitian di lapangan bahwa Masyarakat
Mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat masih menggunakan bahasa Mandailing dalam sehari-hari, meskipun
mereka menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan etnis selain Etnis Mandailing. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Muktar Lubis: “....anggo di kelurahan on rata-rata halak Mandailing,
anggo berinteraksi manombo bahasa Mandailing, kadang bahasa Indonesia sesuai dohot ise donganta
mangecet...” Hasil wawancara 21 Mei 2015 Artinya:
“... kalau di kelurahan ini rata-rata orang Mandailing, ketika berinteraksi kadang pakai bahasa Mandailing,
terkadang bahasa Indonesia tergantung sama siapa
kita bicara...” Hasil wawancara 21 Mei 2015 Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu
Nelmi Batubara yaitu:
Universitas Sumatera Utara
102
“....marcampur bahasa Mandailing dohot bahasa Indonesia, tergantung dohot halaknai...” Hasil
wawancara 24 Mei 2015
Artinya: “...Bercampur bahasa Mandailing dan bahasa
Indonesia, tergantu ng dengan orangnya...” Hasil
wawancara 24 Mei 2015
Berdasarkan wawancara di atas rata-rata masyarakat Mandailing tetap bahasa Mandailing dengan yang satu etnis
dengannya, namun hal ini berbeda dengan Bapak Taufik, beliau lebih banyak memakai bahasa Mandailing dalam kehidupan sehari-
hari meskipun di rumahnya pakai bahasa Indonesia, Karena Bapak ini perkawinan campuran amalgamasi antara Mandailing dengan
Minang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Taufik Lubis yaitu:
“....kalo di rumah bahasa indonesia, karena kan suku kita berbeda, tapi kalau kita sehari-hari lebih
banyak memakai bahasa mandailing walaupun di rumah bahasa indonesia karena pergaulan kita
selalu dengan orang-
orang mandailing...” Hasil wawancara 27 Mei 2015
Selain penggunaan Bahasa, Etnis Mandailing memiliki tulisan yang disebut huruf tulak-tulak Abjad Tulisan Bahasa Mandailing.
Huruf ini disebut sebagai induk ni surat yang memiliki 21 huruf yaitu a ha ma na ra ta i ja pa u wa sa da ba la nga ka ca nya ga ya. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Taufik Lubis. uruf tulak- tulak dikatakan sebagai ibunya surat karena akasara Mandailing
memiliki huruf yang lengkap diantara semua aksara yang ada di Etnis
Universitas Sumatera Utara
103
Batak, Simalungun dan Karo. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Faizal Lubis:
“.... Kalau kalian mau belajar lagi tentang fasihnya aksara itu ada 21 huruf, di tanah Batak hanya 19, di
Simalungun dan di tanah Karo juga sama. Tapi itu ibunya adalah Aksara Mandailing namanya surat tulak-
tulak, sekarang namanya pustaha Mandailing...” Berdasarkan wawancara dengan Bapak Faizal Lubis bahwa
sekarang ini huruf tulak-tulak namanya surat pustaha. Dalam hal ini huruf tulak-tulak ini mempengaruhi dialeg dan dialog dalam
masyarakat. Mengkaji masyarakat sekarang ini, masyarakat Mandailing sudah
mulai tidak mengetahui huruf tulak-tulak sebagai pustaka orang Mandailing, karena sudah mulai hilang dan tidak dikembangkan oleh
generasi penerus. Sehingga ini menjadi tanggungjawab semua Masyarakat Mandailing untuk tetap melestarikan nilai sosial budaya
Masyarakat Mandailing.
4.4.1.3 Sosialisasi Bahasa Melalui Kursus Informal