109
4.4.3 Penggunaan Marga
Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik
berdasarkan keturunan
ayah Patrilineal
ataupun ibu
Matrilineal. Etnis Mandailing menarik garis keturunan dari ayah. Biasanya penggunaan marga bagi Masyarakat Mandailing sebuah
identitas yang menunjukkan sisilah dari nenek moyang asalnya, dan masing-masing keturunan membuat sisilah yang dinamakan tarombo.
Hal inilah yang membuat Masyarakat Mandailing tetap menggunakan marga dimanapun mereka berada, sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Bapak Faizal Lubis yaitu: “…perintah dari nenek moyang kita itu tadi, jadi
marga itu tidak boleh hilang dimanapun kamu berada, di tanah manapun. Memang ada sebahagian yang
menghilangkan marganya. Ada, bukan gak ada. Tapi itu karena ada beberapa hal orang ekselus dari
Mandailing, yang pertama karena sakit hati karena warisan, yang kedua di usir karena berbuat dosa atau
masalah, selanjutnya karena pendapat yang tidak sama.
Tapi cenderung
orang-orang yang
menghilangkan marganya biasanya karena sakit hati yang tidak bisa dia lupakan….Hasil Wawancara 14
Agustus 2015 Dari hasil penelitian masyarakat Mandailing yang tinggal di
perantuan mereka masih tetap menggunakan marganya, karena menggunakan marga merupakan salah satu perintah dari nenek moyang
sehingga marga tersebut tidak boleh dihilangkan dimanapun kita berada. Bahkan meskipun status mereka sebagai pendatang di Kota Medan
mereka tetap bangga memakai marganya, karena ini adalah sebuah identitas yang menunjukkan seseorang tersebut berasal dari etnis
Mandailing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Nelmi yaitu:
Universitas Sumatera Utara
110
“…saya bangga memakai marga, karena inilah yang membedakan kita dengan yang lainnya. Marga adalah
identitas yang diturunkan dari sejak dilahirkan,
dengan marga orang lebih mudah mengenal kita…” Hasil wawancara 24 Mei 2015
Hal ini sesuai juga dengan yang dikatakan oleh Bapak Faizal Lubis yaitu:
“….orang tua kita sudah menjabarkan bahwa kamu nanti lahir ada namamu, ada margamu demikian juga
bagi anak-anakmu. Kalau kita orang Mandailing seluar biasa apapun, marganya jangan dihilangkanlah,
karena itu adalah identitas, itulah jati diri kita, itulah yang mengatakan kita siapa. Jadi kita perantau tetap
menggunakan marga di perantauan memang itu merupakan turun temurun. Hasil Wawancara 14
Agustus 2015 Sehingga setiap masyarakat yang mempunyai marga akan
meletakkan nama merganya di belakang marga sendiri, karena hal ini merupakan tradisi masyarakat Mandailing, marga adalah suatu
yang memiliki nilai-nilai solidaritas di dalam keluarga maupun di masyarakat. Orang-orang yang semarga dianggap bersaudara atau
satu keturunan yang disebut markahanggi. Bahkan dengan menggunakan marga banyak yang mendapatkan pengalaman-
pengalaman positif dan sangat membantu khususnya ynag tinggal diperantauan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Faizl
Lubis yaitu: “….waaahh,…saya banyak terbantu, termasuk ketika
saya merantau di Jakarta, pernah saya merantau di tahun 1980an, jadi ketika saya bertemu baik dengan
marga di Mandailing yang lain langsung muncul rasa keakraban, rasa kebersamaan, langsung merasa satu
keturunan. Artinya sudah lebih mudah berkomunikasi dan tidak merasa segan-segan lagi. Tidak hanya di
Universitas Sumatera Utara
111
Jakarta, Bandung, Lombok, Bangka Belitung. Jadi walaupun kita awalnya tidak saling mengenal tiba-tiba
dia mengatakan marganya maka langsung merasa lebih dekat. Ketika aku bertemu dengan orang-oramg
yang mempunyai marga dari Mandailing ataupun Tapanuli Selatan. Hasil wawancara 14 Agustus 2015
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari lapangan bahwa penggunaan marga merupakan salah satu identitas Etnis Masyarakat
Mandailing. Marga menjadi jati diri kita yang membedakan kita dengan kelompok etnis yang lain. Namun, terdapat juga masyarakat
Mandailing yang menghapuskan marga akibat karena rasa sakit yang tidak bisa dilupakannya terkait dengan marganya. Dalam artian setiap
orang memiliki pengalaman yang berbeda tentang penggunaan marga. Bahkan, seseorang merasa sangat terbantu dengan marganya, karena
dengan marga tersebut yang awalnya tidak saling mengenal tiba-tiba merasa dekat dan akrab karena adanya marga tersebut sehingga
merasa sudah berasal dari satu keturunan.
4.5 Asosiasi HIKMA Sebagai Wadah Ekspresi Identitas Etnis
Mandailing
Kelompok sosial terbentuk karena adanya ciri yang ditentukan oleh kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam
hubungan interaksi sesamanya. Dalam hal ini sebuah kelompok sosial yang dibentuk berdasarkan etnis sehingga membentuk sebuah kelompok etnis yang
menggambarkan identitas etnis tertentu. Berdasarkan hasil penelitian banyak terdapat perkumpulan etnis baik itu berdasarkan asal daerah ataupun marga
seperti HIKMA himpunan Keluarga Besar Mandailing, IKANAS Ikatan
Universitas Sumatera Utara