37
Berdasarkan suatu sistem nilai yang dianutnya, suatu kelompok etnis menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Aturan ini berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kepatuhan, atau kebolehan bagi anak-anak.
8. Rasa diri dan ruang kenyamanan yang dimiliki seseorang Identitas yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara
berbeda oleh kelompok etnis masing-masing. Beberapa kelompok etnis sangat terstruktur dan formal, sementara kelompok etnis lainnya lebih
informal, dan beberapa kelompok etnis sangat tertutup tetapi ada juga budaya yang lebih terbuka dan berubah
9. Proses mental dan belajar Beberapa etnis menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek
lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berfikir dan belajar.
2.4 Strategi Penguatan Identitas Etnis
Setiap etnis yang merantau ke Kota Medan mempunyai kecenderungan untuk mempertahanakan identitasnya seperti dalam penggunaan bahasa daerah
apabila berjumpa dengan kelompok etnisnya Lubis 2012 : 16. Jadi Setiap kelompok etnis membutuhkan usaha untuk mempertahankan identitas etnisnya
lewat berbagai media dan simbol-simbol budaya. Identitas etnik tetap dilestarikan seperti penggunaan bahasa daerah ketika berjumpa dengan yang satu etnis dengan
dia atau penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari, tetap memakai
Universitas Sumatera Utara
38
adat istiadatnya di perantauan. Salah satu organisasi etnis yang ada di Kota Medan adalah organisasi Aceh Sepakat dari etnis Aceh.
Dalam penguatan identitas etnis terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan untuk dapat mempertahankan identitas etnis di perantauan yaitu :
1. Strategi sosial budaya Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam
mempertahankan identitas etnis melaui aspek sosial dan budaya masyarakat Mandailing perantauan. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa
gerak migrasi yang telah mempertemukan berbagai kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga terjadi pengenalan
mereka dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Sehingga perlu adanya strategi sosial budaya dalam mempertahankan identitas etnis di
perantauan. Budaya asal yang tebawa ke Kota Medan menyebabkan dibentuknya kelompok-kelompok sosial atau asosiasi baik itu berdasarkan
marga, asal daerah untuk melestarikan budaya asalnya. Hal ini dapat dilihat pada acara-acara adat seperti siluluton upacara duka cita dan
siriaon upacara suka cita, prosesi pernikahan adat. Selain budaya terlihat juga dalam hal sosial yaitu upaya memberi pekerjaan bagi migran asal
yang masih menganggur di perantauan Dlt, 2007. Usman Pelly dalam bukunya yang berjudul Urbanisasi dan
Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minagkabau dan Mandailing 1994 berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal di perantauan sangat
dipengaruhi oleh suatu “misi budaya” untuk mempertahankan identitas
Universitas Sumatera Utara
39
etnik dan mengadaptasikan masing-masing budaya tersebut kepada tuntutan-tuntutan lingkungan perkotaan Armanda, 2007. Penelitian Pelly
19 80 dalam Jessica 2012 menunjukkan bahwa “misi budaya”
mempengaruhi pekerjaan dan letak permukiman perantau Etnis Mandailing. Misi budaya yang dimaksud adalah adanya seperangkat
tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh para perantau. Sebagai contoh etni
s Mandailing memiliki misi “membangun kerajaan”, yakni menguasai daerah yang didatanginya sehingga lebih memilih pekerjaan di bidang
pemerintahan dan kepegawaian. Maka dengan strategi ini bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk dapat mempertahankan identitas etnis
misalnya dalam hal pekerjaan, pendidikan, tetap menggunakan marga di perantauan, penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan di perantauan dan
pelestarian adat budaya Mandailing. Selain hal tersebut strategi sosial budaya menyangkut nilai-nilai
sosial budaya. Karena setiap kelompok masyarakat mempunyai ketentuan- ketentuan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh warganya untuk mencapai
kesejahteraan. ketentutan-ketentuan tersebut didasari oleh falsafah hidup yang merupakan nilai luhur dari masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai sosial
budaya sudah menjadi jiwa dari masyarakat tersebut. Demikian juga halnya dengan Masyarakat Mandailing mempunyai
nilai-nilai yang sudah melekat dalam dirinya. Nilai-nilai sosial sebagai falsafah hidup masyarakat Mandailing yang dijadikan sebagai pedoman
hidup bermasyarakat yang sudah ada dalam surat tumbaga holing na so ra sasa yaitu salah satu buku pedoman yang bernama tumbaga holing
Universitas Sumatera Utara
40
yang tidak pernah hapus yaitu tidak dapat dilihat mata tapi telah tertanam dalam hati artinya tidak tertulis tetapi sudah tertanam dalam jiwa dan kita
tetap bisa membacanya. Dalam buku ini termasuk di dalamnya adat istiadat, budaya Etnis Mandailing, nilai sosial seperti poda na lima, Huruf
Tulak-tulak atau aksara Mandailing, dan Dalihan na tolu. 2. Strategi politik
Di masa modern ini hampir dapat dipastikan bahwa tak seorang pun dapat melepaskan diri dari pengaruh politik. Sehingga pertama kali
mereka yang kurang berkemampuan mengikatkan diri di dalam kelompok ataupun organisasi Sanit, 1985. Dalam hal ini ada organisasi masyarakat
yang bergerak di bidang sosial-ekonomi dan ada pula yang mengkhususkan diri dalam kegiatan politik, dan ada pula kedua kegiatan
tersebut dilakukan oleh sebuah organisasi. Dalam mengeekspresikan identitas etnis memerlukan sebuah wadah sebagai tempat yang bisa
mengatur dan menghimpun masyarakat untuk bisa bersatu. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat organisasi etnis yang ada
di Kelurahan Bandar Selamat yaitu Himpunan Keluarga Besar Mandailing HIKMA. HIKMA Himpunan Keluarga Besar Mandailing merupakan
lembaga yang menghimpun keluarga besar Mandailing, sehingga HIKMA bukan organisasi parsadaan persatuan baik marga, asal daerah dan
lainnya. Tetapi HIKMA adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang berbasis etnis.
Pada penelitian ini Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang dilakukan kelompok etnis untuk mempertahankan identitas etnis melalui
Universitas Sumatera Utara
41
aspek politik. Dalam hal ini bergabung dengan partai politik atau masuk sebagai anggota politik. Di Kota Medan Etnis Mandailing umumnya
mendominasi instansi-instansi pemerintahan. Dengan adanya dominasi ini menyebabkan adanya pengakuan dalam seluruh lingkungan pluralis.
Sehingga strategi ini menjadi salah satu cara untuk dapat mempertahankan identitasnya. Identitas etnis memainkan peranan penting dalam
perpolitikan. Institusi, aktor, dan budaya lokal juga memainkan peran di dalam politik Klinken, 2007. Sebagai contoh strategi politik ini bisa
digunakan yaitu membawa identitas sebagai pendekatan saat kampanye di tengah-tengah pluralitas seperti Kota Medan. Mereka lebih menekankan
pada pendekatan kekerabatan, kemargaan dan sejarah keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Hidayah Dlt 2007 yang
berjudul “Faktor Ekonomi dan Keinginan Berprestasi Masyarakat Padang Lawas Be
rimigrasi ke Kota Medan” menunjukkan bahwa Meskipun masyarakat Tapanuli Selatan berada di Kota Medan mereka tetap
mempertahankan identitas etnis dan budaya asal masih tetap dilestarikan pada masyarakatnya di perantauan. Meskipun mereka telah lama menetap,
akan tetapi hubungan kekerabatan mereka masih dijaga dengan baik. mereka senantiasa mendahulukan kelompok kekerabatan mereka, inilah
yang menyebabkan mengapa mereka para migran selalu berjuang untuk menduduki posisi penting di pemerintahan, BUMN, maupun perusahaan
Swasta lainnya. Karena dengan upaya-upaya itu mereka yang telah menetap migran permanent dapat membantu dengan memberikan
kesempatan bagi kerabat mereka yang masih menganggur untuk
Universitas Sumatera Utara
42
mendapatkan pekerjaan. Ini meruapakan salah satu strategi politik yang digunakan Etnis Mandailing sehingga walaupun status mereka hanya
pendatang tapi mereka bisa menonjol di instansi-instansi pemerintahan Kota Medan.
Dalam masyarakat Toba terdapat konsep politik yang dijadikan sebagai pedoman ataupun cita-cita hidup dalam masyarakat yaitu
hamoraon kekayaan, hasangapon kehormatan, hagabeon anak atau keturunan. Konsep ini digunakan sebagai inspirasi untuk keberhasilan
masing-masing masyarakatnya. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis konsep-konsep yang
terdapat pada masyarakat Mandailing yaitu terdapat 9 nilai utama seperti Kekerabatan, Religi, Hagabeon, Hamajuon, Hasangapon, Hamaraon,
Uhum, Pengayoman dan kelola konflik. Dengan adanya konsep tersebut dijadikan sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi pada
kehidupan masyarakat Mandailing.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB III METODE PENELITIAN