xlv
masing merasa dirinya betul, dan tidak mungkin dipertemukan tanpa kontribusi pihak lain. Oleh karena itu, pekerja sosial harus berupaya menyadarkan kedua belah pihak,
bahwa di antara mereka masih banyak persamaan, termasuk persamaan kepentingan. Misi pekerja sosial selanjutnya adalah memperluas dan mengembangkan
persamaan-persamaan yang dimiliki keduanya dan meminimumkan perbedaan- perbedaan yang eksis selama ini demi tercapainya relasi yang baik dan saling
menguntungkan. Sikap tanggap dan mampu menerima perbedaan sebagai kharakteristik pekerjaan sosial sangatlah berkaitan dan sesuai diterapkan dalam
rangka implementasi program Jamsostek.
Pembela. Peran pekerja sosial sebagai pembela dalam kaitannya dengan
implementasi program Jamsostek sangat penting. Hal ini terutama mengingat karyawan setempat kerapkali mendapat perlakuan yang tidak baik dari perusahaan.
Dalam keadaan seperti ini pekerja sosial harus tampil sebagai pembela, dengan tujuan agar perusahaan menjalankan kewajibannya atas karyawan melalui
implementasi program Jamsostek sebagai satu kewajiban hukum.
Pelindung. Sering kali terjadi kondisi, dimana jika ada karyawan yang
mengkritisi kelemahan perusahaan dan menuntut haknya, seperti hak untuk menjadi peserta program Jamsostek, maka karyawan tersebut mendapat tekanan dari
manajemen perusahaan. Bahkan terdapat kemungkinan di-PHK. Oleh karena itu, pekerja sosial diharapkan dapat melindungi karyawan dari segala kepentingannya,
termasuk untuk terhindar dari PHK.
2.7 Kerangka Pemikiran
Dalam proses produksi barang dan jasa dalam perusahaan, karyawan atau tenaga kerja memiliki peranan sangat penting, bahkan dalam pembangunan nasional
xlvi
yang demikian luas cakupannya, pekerja memiliki kedudukan strategis. Pentingnya tenaga kerja dalam pembangunan suatu bangsa sudah selayaknya mendapatkan
perhatian, seperti dalam bentuk imbalan yang memadai dan aspek kesejahteraan lain, termasuk di dalamnya jaminan sosial.
Dalam rangka mencapai kesejahteraan karyawan, Pemerintah telah menyediakan infrastruktur berupa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang
mengatur tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 ini juga didukung oleh beberapa peraturan perundang-undangan
pelaksanaan, sehingga pengaturan pemberian jaminan sosial tenaga kerja, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua, dan
jaminan kematian dapat berlangsung dengan baik. Melalui peraturan perundang-undangan yang lebih operasional, seperti
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Program Jamsostek maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor : Per-24MenVI2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah diatur lebih rinci pelaksanaan Jamsostek, termasuk
institusi pelaksana program tersebut, sehingga saat ini dikenal PT. Jamsostek Pesero dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN.
Dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam pelaksanaan program Jamsostek, PT. Jamsostek Pesero menjalin kerjasama dengan berbagai institusi
terkait, seperti rumah sakit maupun klinik. Dilihat dari segi pelayanan program Jamsostek, misalnya setiap karyawan yang mengalami kecelakaan saat bekerja
maupun di luar jam kerja, segera ditangani oleh pihak perusahaan dengan membawa korban ke Rumah Sakit sehingga mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari
program Jaminan sosial tenaga kerja dari unit pelaksana jamsostek, dimana pihak
xlvii
perusahaanlah yang mengatur semua biaya-biaya administrasi karyawan selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur
dalam program Jamsostek. Demikian juga jika karyawan sakit, melahirkan, ataupun pelayanan-pelayanan lain sesuai dengan ruang lingkup program Jamsostek.
Program Jamsostek yang memiliki payung hukum merupakan kebijakan sosial. Setelah program Jamsostek melewati tahap penetapan dan dalam waktu yang
cukup panjang telah dilaksanakan, adalah sangat penting pelaksanaan program Jamsostek tersebut dievaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan program Jamsostek
tentu mengikuti mekanisme atau proses yang ada, mulai daripada keikutsertaan perusahaan dan karyawan sebagai peserta Jamsostek hingga pelayanan oleh unit-unit
pelaksana pelayanan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh PT. Jamsostek sebagai mitra kerja dalam rangka implementasi program Jamsostek.
Harus dipahami perusahaan tempat dimana karyawan bekerja dan unit-unit pelaksana pelayanan yang terlibat tentu merupakan ujung tombak implementasi
program Jamsostek. Tampilan dan pelayanan oleh institusi yang menjadi ujung tombak implementasi program Jamsostek akan menimbulkan suatu fenomena yang
dirasakan oleh karyawan sebagai peserta Jamsostek, apakah mereka merasa puas atau tidak atas pelayanan yang diterima. Bahkan lebih khusus lagi, sejauh mana
tingkat kepuasan ataupun kekecewaan yang dirasakan pihak karyawan dalam rangka pemenuhan hak-hak normatifnya.
Adapun hubungan di antara variabel penelitian hingga fenomena-fenomena yang ditimbulkannya secara konseptual dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir
pikir sebagai berikut :
xlviii
Gambar 2.1 BAGAN ALIR PEMIKIRAN
2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep