Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Jamsostek

xxxviii III. Pelaksanaan dan Pelayanan Setelah karyawan secara resmi menjadi peserta Jamsostek selanjutnya pihak perusahaan memotong sejumlah gaji karyawan untuk yuran sebagai peserta Jamsostek dan menambahkanmenggabungkan dengan kewajiban dari pihak perusahaan untuk diserahkan kepada pihak PT. Jamsostek. Hal ini dilakukan setiap bulan dengan tepat waktu. Pihak perusahaan secara rutin juga harus mengumumkan berbagai informasi yang datang dari PT. Jamsostek, termasuk di antaranya mengenai saldo. Hal ini dilakukan dalam rangka transparansi pelaksanaan program Jamsostek, misalnya dengan cara menempel informasi tersebut di Papan Pengumuman. Kayawan menerima pelayanan sesuai dengan jenis pelayanan atau program yang diikuti. Oleh karena itu, pihak perusahaan senantiasa harus membantu karyawan dalam memperoleh apa yang menjadi haknya sesuai dengan kondisi yang dialami. Selain kelancaraan administrasi, kualitas pelayanan juga menjadi perhatian, seperti bagaimana pelayanan kesehatan oleh klinik atau rumah sakit yang digunakan oleh karyawan.

2.6 Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Jamsostek

Pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang diakui di Indonesia. Walaupun perkembangannya cukup lambat menuju pelaksnaan tugas secara profesional dibandingkan dengan profesi lain, seperti dokter. Profesi di bidang pekerjaan sosial terfokus pada upaya peningkatan kesejahteraan manusia, baik secara individual, kelompok maupun masyarakat. Dalam upaya penyelenggaraan xxxix kesejahteraan sosial sebagaimana dimuat dalam Pasal 32 UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial diperlukan tiga sumber daya, yaitu : 1. Sumber daya manusia 2. Sarana dan prasarana 3. Sumber pendanaan Selanjutnya sumber daya manusia sebagai salah satu unsur penyelenggara kesejahteraan sosial terdiri atas : 1. Tenaga kesejahteraan sosial 2. Pekerja sosial professional 3. Relawan sosial 4. Penyuluh sosial Dalam Ketentuan Umum UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ditegaskan pengertian pekerja sosial profesional, yaitu seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, danatau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. Definisi pekerjaan sosial yang lebih praktis dikembangkan oleh Skidmore dan kawan-kawan dalam Thackeray. Et.all, 2001 : 34 yang mengemukakan, bahwa pekerjaan sosial adalah suatu seni, ilmu dan profesi yang menolong masyarakat untuk memecahkan masalah pribadi, kelompok, dan masyarakat dan untuk mencapai kepuasan dalam hubungan-hubungan pribadi, kelompok, dan masyarakat melalui praktek pekerjaan sosial, termasuk di dalamnya bimbingan perseorangan, bimbingan kelompok, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat, aksi sosial dan penelitian. xl Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program Jamsostek, maka tugas pekerjaan sosial yang diperankan oleh pekerja sosial dalam hal ini adalah pencapaian kesejahteraan sosial karyawan melalui pelaksanaan program Jamsostek. Peranan pekerja sosial dalam hal ini adalah saat mana perusahaan tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek seperti yang sering terjadi, sebagaimana telah diuraikan pada uraian tentang latar belakang. Dalam kondisi seperti ini, karyawan sering menjadi pihak yang tidak berdaya jika harus berhadapan dengan manajemen perusahaan. Dengan demikian sasaran pertolonga pekerja sosial adalah karyawan yang bekerja di perusahaan. Dalam rangka menjalankan tugas-tugas demi pencapaian tujuan, Organisasi Pekerja-pekerja sosial Nasional Amerika National Association of Social Workers menetapkan sepuluh kemahiran atau ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial yang bekerja pada masyarakat, yaitu : 1. Mahir dalam mendengar orang lain dan paham akan tujuan mereka. 2. Mahir dalam mengumpulkan data yang sesuai sehingga mengetahui kondisi masyarakat secara keseluruhan. 3. Mahir membentuk program bantuan yang profesional dengan membentuk hubungan dengan semua pihak. 4. Mahir dalam observasi dan membuat pemaknaan yang tepat atas perilaku masyarakat. 5. Mahir menjalin hubungan masyarakat dengan sistem sumber. 6. Mahir dalam berdiskusi dengan pengendalian perasaan yang tinggi. 7. Mahir membentuk cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan memenuhi keperluan masyarakat. xli 8. Mahir dalam penetapan waktu mengakhiri hubungan kerjanya dengan masyarakat setempat dan bagaimana berbuat demikian. 9. Mahir dalam menggunakan hasil kajian dan penelitian yang sesuai dengan profesinya. 10. Mahir menyediakan pelayanan hubungan organisasi-organisasi, memaknai dan menghubungkan keperluan sosial dengan sumber-sumber anggaran, dengan pemerintah atau dengan anggota parlemen Zastrow, 2008. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program Jamsostek, dimana perusahaan tidak menjalankan program Jamsostek atau menjalankan program Jamsostek dengan tidak baik, maka berbagai kemahiran pekerja sosial sebagaimana disebutkan di atas sangat tepat digunakan dalam penyelesaian masalah. Melalui penguasaan sistem sumber dan memahami masalah dan bagaimana prosedur penyelesaian masalah melalui penelitian atas kondisi hubungan karyawan – perusahaan – PT. Jamsostek, maka pekerja sosial berupaya agar pelaksanaan program Jamsostek dapat terwujud dengan baik. Dennis Saleebey mengemukakan terdapat beberapa strategi dalam pengembangan masyarakat. Strategi tersebut disesuaikan dengan peranan pekerja sosial dalam melakukan pengembangan masyarakat yang dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok peran, meliputi : 1. Fasilitator, yaitu sebagai pemungkin. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan rasa pro kontra dalam diri sendiri, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pemahaman dan motivasi kekuatan- kekuatan pribadi dan modal-modal sosial, pengetahuan masalah dan xlii membagikannya menjadi berbagai bagian agar lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. 2. Sebagai broker, yaitu pengenalan kualitas pemanfaatan sosial di lingkungan klien dalam memenuhi keinginan klien memperoleh keuntungan maksimal. Untuk itu, pekerja sosial harus mahir dalam mengetahui sumber-sumber sosial yang tepat, menghubungkan klien dengan sumber secara selaras, dan mahir dalam menilai efektivitas sumber dalam kaitannya dengan pemenuhan keperluan pelanggan. 3. Sebagai perantara, yang perlu pada saat terjadi perbedaan yang kontras dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Pekerja sosial mampu berperan sebagai kekuatan ketiga untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam menjalankan peran sebagai perantara meliputi kontrak perilaku, konferensi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam pemecahan konflik. Dalam penengahan, upaya-upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mencapai pemecahan masalah yang menguntungkan dan memenangkan semua pihak. Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela, dimana kontribusi pekerja sosial diarahkan untuk memenangkan perkara klien atau menolong klien memenangkan dirinya sendiri. 4. Sebagai pembela, dimana dalam praktek pekerjaan sosial dengan masyarakat, kerapkali pekerja sosial harus berhadapan dengan sistem politik bagi menjamin keperluan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pengembangan masyarakat. Manakala pemanfaatan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus menjalankan perannya sebagai pembela. Peran xliii pembelaan adalah salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan aktivitas politik. 5. Pelindung, dalam hal ini tanggung jawab pekerja sosial terhadap karyawan didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan kesahan kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah. Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan pihak-pihak lain yang mungkin juga menghadapi risiko akibat perilaku orang lain Saleebey, 2009 : 25. Konflik yang kerap terjadi antara perusahaan – karyawan – PT. Jamsostek – Unit Pelaksana Pelayanan bagi peserta Jamsostek Rumah Sakit, Klinik sehubungan dengan pelaksanaan program Jamsostek menuntut kehadiran pihak ketiga yang mampu melakukan perubahan dalam hubungan yang sebelumnya cenderung saling merugikan menjadi hubungan yang saling menguntungkan. Pihak ketiga yang diperlukan kehadirannya dalam konteks ini adalah pekerja sosial. Pemikiran Dennis Saleebey tentang peran pekerja sosial di atas sangat tepat diterapkan dalam pelaksanaan Dennis Saleebey. Sebagai contoh, dengan hanya sedikit kemampuan yang dimiliki, karyawan belum tentu memperoleh manfaat dari adanya program Jamsostek. Di sinilah peranan pekerja sosial mengupayakan masyarakat memperoleh manfaat dari program Jamsostek, dengan membangun hubungan antara perusahaan, karyawan, PT. Jamsostek, dan Unit-unit pelaksana program Jamsostek. Fasilitator. Peran pekerja sosial sebagai fasilitator sehubungan dengan implementasi program Jamsostek sangat perlu. Hal ini perlu disadari karena karyawan kerap kali dipandang sebagai pihak yang tidak mempunyai kemampuan, baik oleh karyawan itu sendiri, perusahaan, bahkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, xliv pekerja sosial harus tampil dengan pandangan yang berbeda dari yang lainnya tentang keadaan masyarakat, yaitu dengan sikap optimistik bahwa karyawan dapat dirancang untuk memiliki kemampuan. Apa yang sebelumnya dianggap tidak mungkin justru sangat mungkin jika kemampuan masyarakat digali dengan profesional. Karyawan perlu dibantu dan didukung untuk mengetahui kemampuan yang mereka miliki yang sangat bermanfaat jika digunakan secara baik. Broker. Peran pekerja sosial yaitu sebagai pengenalan kualitas pemanfaatan program Jamsostek dalam memenuhi keinginan klien memperoleh keuntungan maksimal. Untuk itu, pekerja sosial harus mahir dalam mengetahui berbagai institusi yang terkait dengan pelaksanaan program Jamsostek, seperti perusahaan, PT. Jamsostek, Klinik, Rumah Sakit, Apotik, DinasInstansi Pemerintah yang menangani masalah tenaga kerja, dan lain-lain. Perantara. Peran pekerja sosial sebagai perantara dalam kaitannya dengan implementasi program Jamsostek berarti harus meningkatkan kualitas hubungan antara perusahaan dengan karyawan. Sesuai dengan kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu meyakinkan kedua belah pihak bahwa keduanya sama-sama memiliki sesuatu yang dapat dipertukarkan satu-sama lain, yang jika dilakukan akan dapat menghasilkan keuntungan kepada kedua belah pihak. Untuk itu, perubahan atas hubungan di antara keduanya perlu dilakukan. Pekerja sosial misalnya, harus mampu menghilangkan sikap saling curiga di antara perusahaan dan karyawan dan menumbuhkembangkan sikap saling percaya. Dalam keadaan seperti ini maka potensi perusahaan dan karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mencapai kemajuan perusahaan di masa depan dapat dikembangkan dan diaktualisasikan. Peran pekerja sosial sebagai perantara sangatlah penting, karena antara perusahaan dan karyawan kerap terlibat hubungan konflik. Masing- xlv masing merasa dirinya betul, dan tidak mungkin dipertemukan tanpa kontribusi pihak lain. Oleh karena itu, pekerja sosial harus berupaya menyadarkan kedua belah pihak, bahwa di antara mereka masih banyak persamaan, termasuk persamaan kepentingan. Misi pekerja sosial selanjutnya adalah memperluas dan mengembangkan persamaan-persamaan yang dimiliki keduanya dan meminimumkan perbedaan- perbedaan yang eksis selama ini demi tercapainya relasi yang baik dan saling menguntungkan. Sikap tanggap dan mampu menerima perbedaan sebagai kharakteristik pekerjaan sosial sangatlah berkaitan dan sesuai diterapkan dalam rangka implementasi program Jamsostek. Pembela. Peran pekerja sosial sebagai pembela dalam kaitannya dengan implementasi program Jamsostek sangat penting. Hal ini terutama mengingat karyawan setempat kerapkali mendapat perlakuan yang tidak baik dari perusahaan. Dalam keadaan seperti ini pekerja sosial harus tampil sebagai pembela, dengan tujuan agar perusahaan menjalankan kewajibannya atas karyawan melalui implementasi program Jamsostek sebagai satu kewajiban hukum. Pelindung. Sering kali terjadi kondisi, dimana jika ada karyawan yang mengkritisi kelemahan perusahaan dan menuntut haknya, seperti hak untuk menjadi peserta program Jamsostek, maka karyawan tersebut mendapat tekanan dari manajemen perusahaan. Bahkan terdapat kemungkinan di-PHK. Oleh karena itu, pekerja sosial diharapkan dapat melindungi karyawan dari segala kepentingannya, termasuk untuk terhindar dari PHK.

2.7 Kerangka Pemikiran