Megazyme Metode Pengukuran Kadar β-glukan

27 3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa dan gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya. 4. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Underwood,2002 Syarat-syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan UV-VIS yaitu : 1 Bahan mempunyai gugus kromofor UV 2 Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tapi berwarna Visible 3 Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tidak berwarna, ditambahkan pereaksi warna Visible 4 Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dibuat turunannya yang mempunyai gugus kromofor UV.

2.4.3. Metode Pengukuran Kadar β-glukan

1. Megazyme

Megazyme adalah salah satu perusahaan yang memproduksi enzim. Salah satu enzim yang diproduksi digunakan untuk menentukan kemurnian β-glukan yang berasal dari jamur. Mekanisme uji kemurnian β-glukan adalah sebagai berikut; senyawa hasil ekstraksi dari jamur dihidrolisis dengan menggunakan HCl 28 pekat menjadi D-glukosa dengan bantuan enzim Exo-1,3-Glucanase, setelah terhidrolisis D-glukosa diinkubasi menggunakan glukosa oksidase dan kemudian berubah menjadi D-glukonat dan peroksidase. Adanya enzim peroksidase dan penambahan p-hydroxibenzoic acid serta 4 aminoantipyrine, akan mengubah D- glukonat menjadi quinoneimine dye yang berwarna merah. Senyawa tersebut dapat diukur dengan menggunakan UV-Visibel spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm Barry, 2009. Uji Kemurnian β-glukan dengan metode megazyme dilakukan dengan dua tahap yaitu pengukuran total glukan dan pengukuran α-glukan dari ekstrak sampel. Untuk penentuan kadar kemurnian β-glukan dilakukan dengan cara persentase total glukan dikurangi dengan persentase α-glukan, maka akan didapat persentase kemurnian dari senyawa β-glukan yang terkandung dalam ekstrak sampel. Selain pengukuran sampel dilakukan juga pengukuran terhadap standar yaitu yeast yang telah tersedia dalam paket bersama enzim. Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan ketelitian hasil pengujian ini, karena konsentrasi β- glukan dari yeast telah ditentukan sebesar 56,5 yang tertera pada botol standar yeast. Total Glukan – α-glukan = β-glukan Pengukuran total glukan dilakukan dengan cara menghidrolisis ekstrak sampel terlebih dahulu dengan menggunakan HCl pekat asam pekat kemudian sisa glukan yang tak terhidrolisis oleh HCl akan dihidrolisis oleh enzim exo-1,3- glukanase hal ini bertujuan agar sampel yang merupakan polimer dapat 29 terhidrolisis secara sempurna menjadi monomer-monomernya yang berupa D- glukosa. Setelah terhidrolisis secara sempurna kemudian larutan diinkubasi dengan GOPOD 4-aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat, enzim peroksidase sehingga warna larutan akan berubah menjadi warna merah yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Dapat dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai berikut Barry, 2009. Reaksi 1 Reaksi 2 4 O 2 30 Pengukuran α-glukan dilakukan dengan cara menginkubasi sampel yang telah dilarutkan dengan KOH 2N dengan enzim amyloglucosidase dan larutan invertase. Yang mana enzim tersebut hanya akan memotong-motong glukan pada posisi α, sehingga hanya α-glukan yang terukur pada alat spektrofotometer. Setelah penambahan enzim larutan ditambahkan enzim GOPOD 4- aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat, enzim peroksidase dan diinkubasi. Akan terjadi perubahan warna menjadi warna merah sama halnya dengan pengukuran total glukan. Dapat dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai berikut Barry, 2009. Reaksi 1 α-glukan + H 2 O D-glukosa Reaksi yang selanjutnya terjadi pada pengukuran α-glukan sama dengan pengukuran total glukan. Dari glukosa hingga pembentukan senyawa quinonimine yang berwarna merah. 2. Congo Red Gambar 13. Struktur molekul congo red amyloglukosidase 31 Congo red adalah suatu garam natrium dari benzidinediazo-bis-1- naftilamin-4-asam sulfonat dengan rumus molekul C 32 H 22 N 6 Na 2 O 6 S 2 dan dengan berat molekul 696,66 gmol. Congo red larut dalam air, dan kelarutan congo red paling baik dalam pelarut organik. Penggunaan congo red dalam bidang biokimia digunakan dalam penentuan kemurnian β-glukan yang diisolasi dari gandum. Berawal dari penelitian tersebut, reagen congo red sampai sekarang masih dapat digunakan sebagai penentuan kemurnian β-glukan Stensmaa, 2001. Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger yang bekerja untuk perusahaan Friedrich Bayer di Elberfield, Jerman. Ia sedang mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang rumit. Perusahaan tersebut tidak tertarik dengan warna merah yang cerah. Jadi ia mengajukan paten di bawah namanya kemudian dijual kepada perusahaan AGFA di Berlin. Pewarna tersebut membawa sukses besar untuk perusahaan AGFA, sehingga pada tahun- tahun berikutnya dengan alasan yang sama perusahaan tersebut memasarkan pewarna lainnya dengan nama “congo”. Stensmaa, 2001 Metode congo red merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan adanya senyawa β-glukan dari suatu bahan. Metode ini menggunakan reagen congo red sebagai pereaksi sehingga akan membentuk kompleks congo red dan polisakarida yang berwarna merah. Senyawa congo red sendiri berwarna merah, tetapi apabila reagen ini tidak bereaksi terhadap suatu senyawa, maka larutan akan berubah menjadi bening. Untuk uji pendahuluan dengan congo red tidak dikhususkan pada polisakarida tertentu tetapi polisakarida secara umum, jadi untuk uji congo red hanya digunakan untuk mengetahui konsentrasi polisakarida 32 dari ekstrak sampel. Untuk mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam ekstrak sampel dapat dilakukan dengan cara kromatografi.

2.5. Spektrofotometri Infra Merah

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

Analisis Betaglukan Pada Persilangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Dengan King Oyster (Pleurotus Eryngii) Menggunakan Ftir

0 15 50

Nano-Enkapsulasi Β-Glukan Dari Ekstrak Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Dengan Metode Ultrasonik

4 15 44

PROSES PEMBUATAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN PENGARUH LAMA WAKTU Proses Pembuatan Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Pengaruh Lama Waktu Perendaman dan Konsentrasi CaCO3.

0 2 12

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Batang Dan Tongkol Jagung.

0 3 14

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Pertanian Jerami Padi Dan Batang Jagung.

0 1 15

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Pertanian Jerami Padi Dan Batang Jagung.

0 1 14

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID YANG TERKANDUNG DALAM JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus).

1 32 72

ANALISA KANDUNGAN BETA-GLUKAN LARUT AIR DAN LARUT ALKALI DARI TUBUH BUAH JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN SHIITAKE (Lentinus edodes)

1 0 10

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) HASIL BIAKAN DARI LIMBAH AGROINDUSTRI

0 0 8