44
M, pH 3.8 dimasukan ke dalam tiap tabung, 0,2 mL Amyloglucosidase 1630 UmL plus larutan invertase 50 vv dalam gliserol ditambahkan perlahan-
lahan ke dalam tiap tabung, campur hingga rata dan tempatkan dalam waterbath pada suhu 40
o
C. Kemudian tabung diinkubasi pada suhu 40
o
C selama 30 menit dengan diselingi pengocokan oleh vortex. Untuk sampel dengan kandungan
α- glukan lebih dari 10 ; secara kuantitatif dipindahkan dengan menggunakan air
ke dalam volumetric flask, campur dengan baik kemudian larutan disentrifugasi pada 1500 g selama 10 menit. Untuk sampel dengan kandungan
α-glukan kurang dari 10 sentrifugasi semua larutan dalam tabung pada 1500g selama 10 menit.
Untuk semua sampel volume akhir dalam tabung 10 mL. Kemudian 0,1 mL aliquot dipindahkan ke dalam tabung glass uji 16x100 mm, selanjutnya sodium
asetat buffer 200 mM, pH 5.0 plus 3 mL reagen GOPOD Aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat dan enzim peroksidase ditambahkan ke dalam tabung uji dan
inkubasi pada suhu 40
o
C selama 20 menit. Absorbansi semua larutan sampel, blanko, yeast dan standar glukosa diukur pada panjang gelombang 510 nm.
Setelah didapatkan absorbansi dari sampel, blanko, yeast dan standar glukosa, dapat dihitung konsentrasi
α-glukan dengan cara manual lampiran 4 atau dengan menggunakan software Mega Calc lampiran 3 dengan memasukan
absorbansi tiap larutan.
3.3.5. Pengukuran Kadar β-glukan Metode Congo Red
Sampel glukan sebanyak 0,02787 g dimasukan dalam botol vial botol polipropilen, dilarutkan dengan 1,4 mL NaOH dan 0,6 mL aquades larutan
glukan 1. Larutan distirer hingga larut, kemudian 1 ml larutan glukan 1 di
45
pipet dan dimasukan ke dalam ependof 1,5 mL. Kemudian sentrifus larutan dan pisahkan filtrat. Filtrat ditambahkan dengan 0,5 mL NaOH kemudian
ditambahkan congo red. Rekam spektrum larutan glukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Kandungan
β- glukan dihitung berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dari larutan standar
β- glukan dari barley dengan memasukan absorbansi yang didapatkan dari hasil
pengukuran ke dalam persamaan regresi linear lampiran 5. Hasil yang didapatkan yaitu konsentrasi dalam satuan ppm yang kemudian di konversi ke
satuan ww lampiran 6
3.3.6. Desain Penelitian
Jamur Tiram Putih 1kg
Ekstraksi Yap Ng
Ekstrak glukan
Identifikasi Kemurnian
Uji Kualitatif FTIR
Uji Kuantitatif UV‐Vis
megazyme dan congored
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi jamur tiram putih dilakukan dengan menggunakan metode Yap Ng dengan sedikit modifikasi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut air dan dibekukan dalam Deep freezer pada suhu -82
o
C. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Yap Ng untuk membekukan sampel basah glukan
menggunakan nitrogen cair tetapi dalam penelitian ini menggunakan deep freezer. Ekstraksi dilakukan sebanyak lima kali pengulangan dengan berat ekstrak yang
didapat sebanyak 2,4004 g berat sampel glukan kering berupa serbuk 0,24 dari 1 kg berat basah jamur tiram putih.
Hasil ekstrak dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yap Ng 2001 dengan menggunakan sampel Lentinula edodes jamur shiitake,
ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih lebih kecil jika dibandingkan dengan ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur shiitake.
Dengan menggunakan metode yang sama, ekstrak glukan pada jamur tiram putih yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,4004 g1kg berat basah sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Yap Ng menghasilkan ekstrak glukan sebanyak 3,25 g 1kg berat basah. Jika dilihat dari kandungan karbohidrat pada
jamur shiitake memang lebih banyak jika dibandingkan dengan jamur tiram, untuk jamur shiitake mengandung karbohidrat sebanyak 66 per 100 gram jamur
sedangkan untuk jamur tiram hanya sebesar 56,6 per 100 gram jamur. Begitu pula total serat diet yang terkandung dalam jamur tiram hanya sebesar 41,8 per
46
47
100 g jamur sedangkan jamur shiitake mengandung total serat diet sebesar 46,1 Widyastuti, 2008. Jika dilihat dari kandungan karbohidrat dan total serat diet
yang terkandung dalam jamur tiram dan shiitake, maka ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur tiram kemungkinan memang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan ekstrak glukan pada shiitake. Karena glukan merupakan salah satu senyawa polisakarida yang terkandung dalam jamur.
4.1. Hasil Identifikasi β-Glukan dengan FTIR Metode Cakram KBr