Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

(1)

SKRIPSI

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT ADOPSI KB

( Studi Korelasional Tentang Hubungan Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap Tingkat Adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang

Hasundutan)

DISUSUN OLEH: TETTY SUSANTY SINAGA

070904020

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB (Studi Korelasional Tentang Hubungan Komunikasi Penyuluhan Program keluarga Berencana (KB) oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap Tingkat Adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS) di Desa Nagasaribu I Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan yang tidak terdaftar sebagai akseptor KB termasuk PUS yang ikut dalam acara penyuluhan tentang program KB pada tanggal 7 September 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Total Sampling, dimana sampel diambil secara keseluruhan sebanyak 105 orang.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis mealui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan SPSS versi 18.0 dan didukung denga menggunakan skala Guilford. Untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan SPSS versi 18.0.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa : “Terdapat hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan tingkat adopsi pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan berkat semangat dan bimbingan dari Tuhan Yesus Kristus yang telah membuat saya dapat menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi dalam iman dan pendidikan saya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) oleh PLKB terhadap tingkat Adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab Humbang Hasundutan”, ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mengerjakannya dengan begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Secara khusus, terimakasih kepada kedua orangtua dan keluarga penulis, Ayahanda Houtman sinaga, Ibunda Esther D. sitohang serta adik-adik tercinta, Diana sinaga, Diva sinaga, Igor sinaga dan Reyner F. sinaga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis, baik moril maupun materil yang tak terhingga nilainya,


(4)

sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hasil yang baik dan memuaskan.

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Fatmawardi Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi pada periode 2011-2016, atas segala bantuan yang berguna dan bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini dan sekaligus selaku Dosen Wali selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Buat staf laboratorium dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Kak Hanim, Kak Puan, Kak Maya, Kak Icut, dan Kak Ros yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan penulis.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Poluna selaku Kepala Kantor KB Kabupaten Humbang Hasundutan, Ibu Leni Gurning selaku Pelaksana Tehnis dan Ibu Rista Sihombing selaku


(5)

Petugas Lapangan KB (PLKB) Kec. Lintong Nihuta serta Camat Lintong Nihuta yang meluangkan waktu untuk membantu memberikan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai bentuk kerjasama dan dukungan kepada penulis.

7. Kepada semua sahabat-sahabat penulis, Surya Sihombing (yang selalu memberi bantuan dan perhatian yang besar), Grace Pakpahan (yang selalu memberi semangat dan dukungan), Andrye, Vinesa simatupang, Fazario, Kiky nigrum, Ayu sartika, kak Lykke, Rio Pardamean, Fanisa dan segenap mahasiswa Komunikasi Stambuk 2007.

8. Kepada Bang Ria Lesmana sebagai teman dekat sekaligus pembimbing kepribadian (hehe..) penulis selama kuliah di FISIP USU yang selalu memberi bantuan pemikiran dan keperdulian kepada penulis.

9. Sahabat penulis yang jauh Bang Hanry simanjuntak, Bang Andre Manullang, Bang Janter Manik, Ricky Marpaung, Trys Marpaung yang selalu memberi perhatian dan semangat dalam menempuh pendidikan kepada penulis.

10.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik kesempurnaannya karena adanya kekurangan atau apapun. Penulis mengaharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori... ... 8

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan... 8

I.5.2. Penyuluh sebagai Agen Perubahan... 12

I.5.3. Teori Difusi Inovasi... 14

I.5.4. Program Keluarga Berencana…... 16

I.6. Kerangka Konsep ... 17

I.7. Model Teoritis ... 18


(8)

I.9. Defenisi Operasional ... 20

I.10. Hipotesis ... 28

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan... 29

II.1.1. Komunikasi ... 29

II.1.2. Komunikasi Penyuluhan ... 32

II.2. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 40

II.2.1. Pengertian Penyuluh sebagai Agen Perubahan... 40

II.2.2. Kompetensi Komunikasi yg diperlukan Agen Perubaha... 40

II.2.3. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan... 41

II.2.4. Peranan Utama Agen Perubahan……… 41

II.2.5. Tugas-tugas Agen Perubahan... 42

II.3. Teori Difusi dan Adopsi Inovasi... 43

II.3.1. Teori Difusi Inovasi... 43

II.3.2. Teori Adopsi Inovasi... 45

II.4. Keluarga Berencana ... . 46

II.4.1. Pengertian Keluarga Berencana... . 46

II.4.2. Tujuan Keluarga Berencana... 47

II.4.3. Sasaran Program KB ... 49

II.4.4. Akseptor Keluarga Berencana ... 50


(9)

II.4.6. Kontrasepsi ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metodologi Penelitian ... 60

III.1.1. Metode Penelitian ... 60

III.1.2. Lokasi Penelitian ... 60

III.1.3. Populasi dan Sampel ... 60

III.1.4. Teknik Pengumpulan Data ... 61

III.1.4.1 Penelitian Kepustakaan ... 61

III.1.4.2 Penelitian Lapangan ... 61

III.1.5. Teknik Analisis Data... 62

III.1.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 63

III.1.5.2 Analisis Tabel Silang ... 63

III.1.5.3 Uji Hipotesis... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 67

IV.1.1. Sejarah Singkat Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Humbang Hasudutan ... 67

IV.1.2. Visi dan Misi Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Humbang Hasudutan ……… 69


(10)

IV.1.3. Nilai-Nilai Keluarga Berencana Kabupaten

Humbang Hasudutan ………. ... 70

IV.1.4. Tujuan Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Humbang Hasudutan ……… 70

IV.1.5. Sejarah Lokasi Kabupaten Humbang Hasudutan ………. 70

IV.1.6. Keadaan Geografis Kabupaten Humbang Hasudutan ….. 75

IV.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data………. .. 76

IV.3. Proses Pengolahan Data………... ... 77

IV.4. Analisis Tabel Tunggal………... ... 78

IV.4.1. Karakteristik Responden …. ... 79

IV.4.2. Komunikasi Penyuluhan Program KB oleh PLKB Kecamatan Lintong Nihuta ………... 82

IV.5. Analisis Tabel Silang ………. 147

IV.6. Uji Hipotesis ……….. 153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ……….. 158


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 2. Kuesioner Penelitian

3. Tabel Spearman Rho 4. Tabel Front Cobol 5. Surat Izin Penelitian 6. Surat Balasan Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Operasional Variabel Penelitian ... 8

Tabel 1 Usia ... 79

Tabel 2 Pendidikan Terakhir ... 80

Tabel 3 Pekerjaan ... 81

Tabel 4 Tingkat kemampuan PLKB dalam menyampaikan materi penyuluhan Program KB ... 82

Tabel 5 Sikap yang ditampilkan PLKB dalam menyampaikan materi penyuluhan Program KB ... 83

Tabel 6 Tingkat kemampuan PLKB dalam memberikan Penyuluhan bertujuan menambah pengetahuan responden mengenai Program KB ... 84

Tabel 7 Tujuan dari penyuluhan yang diberikan PLKB agar mampu menciptakan sikap responden untuk menggunakan KB ... 85

Tabel 8 PLKB dalam memberikan penyuluhan dapat membantu responden agar mampu untuk menggunakan KB ... 86

Tabel 9 Penilaian responden terhadap PLKB dalam menyampaikan materi penyuluhan Program KB ... 87

Tabel 10 PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh di Desa Nagasaribu 1 memiliki kepribadian yang bersahabat ... 88


(13)

Tabel 11 PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh di Desa Nagasaribu 1 memiliki kepribadian yang bersahabat ... 89

Tabel 12 PLKB mampu menyesuaikan dirinya dengan masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kec.Lintong Nihuta ... 90

Tabel 13 PLKB mampu menciptakan suasana yang akrab dalam menyampaikan penyuluhan Program KB ... 91

Tabel 14 Penampilan yang ditunjukkan oleh PLKB dalam menyampaikan penyuluhan Program KB ... 92

Tabel 15 Tingkat pemahaman responden terhadap bahasa yang digunakan PLKB dalam menyampaikan penyuluhan Program KB... 93

Tabel 16 Dalam memberikan penyuluhan PLKB mampu menyamakan dirinya dengan lingkungan dimana PLKB memberikan penyuluhan ... 94

Tabel 17 Cara berpakaian yang ditampilkan PLKB dalam menyampaikan penyuluhan Program KB ... 95

Tabel 18 Kepercayaan diri yang dimiliki PLKB dalam menyampaikan

penyuluhan Program KB ... 96

Tabel 19 Kemampuan PLKB sebagai penyuluh dalam menggerakan

Hati responden untuk menggunakan KB ……….97

Tabel 20 PLKB mampu memecahkan persoalan mengenai keragu-raguan

responden tentang program KB……….98


(14)

Tabel 21 PLKB mampu merubah keragu-raguan responden menjadi keputusan tetap untuk memakai KB ………...99

Tabel 22 PLKB mampu menempatkan posisinya sebagai penghubung yang baik antara Kantor KB Humbahas dengan responden untuk memberikan gagasan, ide atau dalam proses pemasangan alat kontrasepsi KB………100

Tabel 23 Menurut responden penyuluhan yang dilakukan secara tatap muka oleh PLKB lebih efek………...101

Tabel 24 Konsultasi mengenai Program KB yang dilakukan melalui diskusi kelompok bermanfaat bagi responden………...102

Tabel 25 PLKB dalam memberikan informasi penyuluhan mampu menempatkan dirinya pada posisi responden………103

Tabel 26 PLKB saat berkomunikasi berbaur akrab dan hangat dengan responden……….. 104

Tabel 27 Responden memahami gambar atau slide yang ditampilkan oleh PLKB saat melakukan penyuluhan Program KB……..105

Tabel 28 PLKB saat melakukan penyuluhan menampilkan gambar yang bermanfaat dalam menambah pengetahuan responden……..106

Tabel 29 Dengan ditampilkannya jenis-jenis kontrasepsi oleh PLKB saat melakukan penyuluhan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan responden……….107

Tabel 30 Dengan diberikannya buku-buku pegangan tentang Program KB mampu menambah wawasan responden mengenai KB..108

Tabel 31 Responden mengerti informasi yang diberikan PLKB saat melakukan penyuluhan………..109


(15)

Tabel 32 Informasi yang disampaikan PLKB saat melakukan

penyuluhan menarik bagi responden……….110

Tabel 33 Tingkat pemahaman informasi yang disampaikan oleh

PLKB ………111

Tabel 34 Bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh PLKB dalam

menyampaikan penyuluhan KB ………112

Tabel 35 Materi penyuluhan KB oleh PLKB memiliki ide yang

menarik untuk disampaikan kepada masyarakat …………...113

Tabel 36 Penyuluhan Program KB di Desa Nagasaribu 1

kec.Lintong Nihuta yang telah dilaksanakan sudah sesuai….114

Tabel 37 Penyuluhan Program KB di desa Nagasaribu

kec.Lintong Nihuta yang telah dilaksanakan

mampu membuat warga tertarik untuk mengikutinya………115

Tabel 38 Penyuluhan Program KB oleh PLKB yang

dilaksanakan di PUSKESDES Nagasaribu 1

Kec Lintong Nihuta sudah sesuai……….116

Tabel 39 Tingkat pengetahuan responden mengenai Program KB ….117

Tabel 40 Tingkat keseringan sumber informasi KB yang responden


(16)

Tabel 41 Tingkat keseringan sumber informasi KB yang responden

peroleh (Radio) ………..119

Tabel 42 Tingkat keseringan sumber informasi KB yang responden

peroleh (Orang Tua) ………..120

Tabel 43 Tingkat keseringan sumber informasi KB yang responden

peroleh (Kegiatan PKK Desa/ Kecamatan) ………...121

Tabel 44 Tingkat keseringan sumber informasi KB yang responden

peroleh (Kegiatan Posyandu) ……….122

Tabel 45 Responden mengetahui fungsi KB yaitu untuk

Menyejahterakan anak ………123

Tabel 46 Responden setuju terhadap fungsi KB sebagai jalan untuk

meningkatkan kesejahteraan anak ………..124

Tabel 47 Responden menyukai Program KB yang

dilaksanakan oleh PLKB ………125

Tabel 48 Responden tertarik untuk mengikuti Program KB ………….126

Tabel 49 Responden mendapat keuntungan dengan mengikuti

penyuluhan Program KB ………127

Tabel 50 Responden mendapat keuntungan untuk merawat diri

sendiri setelah menerapkan Program KB tersebut…………...128

Tabel 51 Dengan menerapkan Program KB tersebut responden

mendapat keuntungan untuk memiliki waktu mengikuti


(17)

Tabel 52 Dengan menerapkan Program KB tersebut responden

mendapat keuntungan untuk memiliki waktu bersama suami.130

Tabel 53 Dengan menerapkan Program KB tersebut responden dapat

lebih menghemat pengeluaran untuk kebutuhan pangan

dan meningkatkan gizi ………131

Tabel 54 Dengan menerapkan program KB tersebut responden

dapat menghemat biaya untuk memenuhi kebutuhan sandang.132

Tabel 55 Dengan menerapkan program KB tersebut dapat

meningkatkan pendidikan keluarga ……….133

Tabel 56 Dengan menerapkan program KB tersebut kesehatan

keluarga responden lebih terjamin ………134

Tabel 57 Program KB yang diberikan dapat dipercayai oleh semua

warga Desa Nagasaribu 1 ………..135

Tabel 58 Program KB yang diberikan PLKB sudah sesuai dengan

kebutuhan warga Desa Nagasaribu 1 ………136

Tabel 59 Pendapat responden terhadap Program KB yang

diberikan PLKB tidak sesuai dengan adat-istiadat Batak

dengan prinsip “ Maranak sapulu onam, marboru sapulu pitu “ ...137

Tabel 60 Pendapat responden terhadap Program KB yang diberikan

PLKB tidak sesuai dengan adat-istiadat Batak dengan

prinsip “ Lebih mengutamakan anak laki-laki sebagai


(18)

Tabel 61 Tingkat kesukaran pemahaman terhadap Program KB dari

PLKB……….139

Tabel 62 Tingkat kesukaran proses pemasangan alat KB ………140

Tabel 63 Minat responden untuk memahami lebih dalam mengenai

Program KB ………..141

Tabel 64 Responden membutuhkan bukti dari pengguna KB

sebelum memutuskan untuk menggunakan KB tersebut ………..142

Tabel 65 Keputusan yang diambil responden setelah menerima

penyuluhan Program KB, apakah responden langsung

menerapkan salah satu alat kontrasepsi yang diperkenalkan

oleh PLKB ………143

Tabel 66 Dengan adanya keputusan yang dibuat responden sesuai

pernyataan diatas, responden masih memerlukan informasi

dari orang lain ………...144

Tabel 67 Responden mendapat informasi yang mendukung lainnya

mengenai Program KB untuk menggunakan KB tersebut ……...145

Tabel 68 Keputusan yang diberikan responden terhadap Program KB


(19)

Tabel 69 Penampilan yang ditunjukkan oleh PLKB dalam menyampaikan penyuluhan Program KB, sehingga responden berminat untuk memahami lebih dalam mengenai Program KB tersebut ……….148

Tabel 70 Pemahaman bahasa yang digunakan PLKB dalam

menyampaikan penyuluhan Program KB sehingga responden

menyukai Program KB ………..150

Tabel 71 Responden mengerti informasi yang diberikan PLKB saat melakukan penyuluhan, sehingga Program KB dari PLKB

tidak sukar untuk dipahami ………...152


(20)

DAFTAR GAMBAR


(21)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB (Studi Korelasional Tentang Hubungan Komunikasi Penyuluhan Program keluarga Berencana (KB) oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap Tingkat Adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS) di Desa Nagasaribu I Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan yang tidak terdaftar sebagai akseptor KB termasuk PUS yang ikut dalam acara penyuluhan tentang program KB pada tanggal 7 September 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Total Sampling, dimana sampel diambil secara keseluruhan sebanyak 105 orang.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara yaitu Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis mealui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan SPSS versi 18.0 dan didukung denga menggunakan skala Guilford. Untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan SPSS versi 18.0.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa : “Terdapat hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan tingkat adopsi pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya kesejahteraan hidup tidak dapat diperoleh tanpa adanya pembangunan manusia itu sendiri. Pada bulan September tahun 2000, masyarakat Internasional memiliki komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia yang dikenal dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki tujuan:

1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan (eradicating extreme poverty

and hunger).

2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieving iniversal basic

education).

3. Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan (promoting gender equality and empowering women)

4. Mengurangi jumlah kematian anak (reducing child mortality). 5. Meningkatkan kesehatan ibu (improving maternal mortality ).

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (Combating HIV/AIDS,

malaria and other deseases).

7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (ensuring environmental

sustainability).

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (developing a

global partnership for development ).


(23)

Adapun salah satu upaya yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pertama MDGs yakni penghapusan kemiskinan dan kelaparan adalah mengurangi jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan masalah yang serius tidak hanya bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi negara-negara maju. Masalah kependudukan dewasa ini sudah menjadi masalah yang besar bagi dunia secara keseluruhan karena menyangkut banyak segi terutama pada aspek jumlah dan kualitas. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan yang besar tetapi juga harus disadari bahwa hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya pembangunan.

Firman (2001:32) menyebutkan beberapa masalah kependudukan di Indonesia antara lain: 1) Pertambahan penduduk yang cepat, 2) Penyebaran penduduk yang tidak merata dan 3) Kualitas penduduk yang masih rendah. Pertambahan jumlah penduduk tanpa control dapat menimbulkan problema sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Problema tersebut antara lain adalah semakin besarnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah Indonesia dalam pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat guna mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.

Tingkat pertambahan penduduk yang terus meningkat tanpa diimbangi dengan aspek-aspek kehidupan lainnya merupakan penghalang dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup dan juga akan menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan.


(24)

Dalam mengatasi masalah ini pemerintah Indonesia telah berupaya dalam memasyarakatkan program keluarga berencana kepada seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan diantaranya melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan antara lain langsung kepada masyarakat, melalui media massa, penataran-penataran dan lain-lain. Sedangkan pelaksanaan program harus dilalui secara konseptual, sehingga lebih mampu menganjurkan atau memotivasi masyarakat untuk melaksanakan Keluarga Berencana secara mandiri.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam paragraf 2 mengenai Keluarga Berencana dinyatakan bahwa :

Untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera, pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksanaan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Kebijaksaan tersebut dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan memperhatikan nilai-nilai agama, keselarasan, dan keseimbangan, antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dalam pasal tersebut jelas terlihat bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksaan dalam upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana dan upaya yang dimaksud dengan penyelenggaraan Keluarga Berencana adalah upaya untuk membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.


(25)

Walaupun Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mensukseskan program Keluarga Berencana, namun masih banyak dijumpai Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak memperdulikan pelaksaan program Keluarga Berencana yang sesuai dengan harapan Pemerintah Indonesia.

Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mensukseskan program KB adalah dengan melakukan komunikasi penyuluhan. Proses penyuluhan dapat berhasil jika pesan disampaikan dengan proses komunikasi yang jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama. Cara-cara yang ditempuh dalam melakukan komunikasi penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik berkomunikasi.

Adapun komunikasi penyuluhan dan pelayanan KB pada setiap desa di Kabupaten Humbang Hasundutan diterapkan secara rutin sekali dalam setahun oleh Petugas Kantor KB Kab Humbahas untuk setiap desa. Namun, pada saat penyuluhan yang berperan sebagai komunikator adalah Petugas Lapangan KB kecamatan yang berjumlah dua orang untuk setiap desa. Selain pada saat penyuluhan, PLKB juga memberikan pengetahuan tentang KB pada saat kegiatan Posyandu dilakukan.

Berdasarkan informasi terakhir dari Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010 yang diperoleh dari PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) / Pengelola KB di Kecamatan Lintong Nihuta menunjukkan bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada didesa Nagasaribu 1 terdapat 162 pasangan dengan perincian kelompok umur 30-49 tahun sebanyak 120 pasangan dan kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 42


(26)

pasangan dan tidak ada pasangan usia subur dibawah umur 20 tahun. Namun, pada jumlah pasangan usia subur tersebut terdapat sebanyak 57 pasangan yang menjadi peserta KB sehingga terdapat sebanyak 105 pasangan yang bukan peserta KB. Dan pasangan ini akan menjadi sasaran komunikasi penyuluhan program KB pada bulan Maret 2011.

Sebagai tambahan informasi, pada tanggal 7 September 2010 telah dilaksanakan komunikasi penyuluhan program KB di Desa Nagasaribu 1 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 32 orang dan sebanyak 21 orang diantaranya telah menjadi akseptor KB. Sebelas orang yang tidak menjadi akseptor memberikan alasan bahwa mereka tidak menjadi akseptor KB karena dalam keadaan hamil, ada juga yang ingin segera memiliki anak, dan latar belakang kurangnya pendidikan. Sebelas orang ini juga termasuk kedalam 105 pasangan yang menjadi sasaran peserta komunikasi penyuluhan tahun ini.

Alasan peneliti memilih Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai lokasi penelitian karena kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tapanuli Utara, sehingga setiap desa masih memerlukan pembenahan terutama pada bidang kesehatan keluarga.

Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana komunikasi penyuluhan program keluarga berencana oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kec. Lintong Nihuta berpengaruh terhadap tingkat adopsi Keluarga Berencana di Desa Nagasaribu 1.


(27)

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap tingkat adopsi KB masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan”

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian, maka ditetapkan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta.

2. Kegiatan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah “penyuluhan tentang program keluarga berencana di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Obyek Penelitian adalah Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Nagasaribu 1 yang tidak terdaftar sebagai akseptor KB termasuk PUS yang ikut dalam acara penyuluhan tentang Program Keluarga Berencana pada tanggal 7 September 2010.


(28)

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi penyuluhan Program Keluarga Berencana yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Lintong Nihuta.

b. Untuk mengetahui tingkat adopsi KB masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. c. Untuk mengetahui hubungan antara kegiatan penyuluhan tentang

program keluarga berencana terhadap tingkat adopsi KB pada masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi penyuluhan.

b. Secara praktis, hasil Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) atau pihak-pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan Komunikasi Penyuluhan.


(29)

c. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

1.5. KERANGKA TEORI

Teori menurut Kerlinger merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi dimana variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disususn kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi), 1995:40). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan, Penyuluh sebagai Agen Perubahan, Teori Difusi Inovasi, Program Keluarga Berencana. 1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan

a. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41).


(30)

Everett M. Rogers mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2006:19).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How

Communication Works” mengatakan the condition of success in communication

diringkas sebagai berikut:

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d) Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

b. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu desain komunikasi penyuluhan.

Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian, dalam proses


(31)

penyuluhan, banyak faktor yang mesti diperhatiakn oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah: media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok, dan komunikasi antar pribadi (Nasution, 1990:10).

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung dekade 60-an. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas penukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangakan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut (Nasution, 1990:10).

Dalam melekukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

1) Masalah yang dihadapi 2) Siapa yang akan disuluh

3) Apa tujuan (objectivities) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

4) Pengembangan pesan

5) Metode atau saluran yang digunakan

6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990:10).


(32)

Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara paradimatis, karena proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju kearah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan, atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18)

Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005:48-56):

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2) Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan


(33)

(slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangakat symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), symbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakn penyuluhan harus terkesan tidak menggangu dan merugikan sasaran.

1.5.2. Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial (Dilla, 2007:144).


(34)

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power) (Cangara, 2000: 95-100).

a) Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi

(competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

b) Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik

(attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi.

Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan


(35)

(similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

c) Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin memengaruhi orang lain.

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Difusi adalah sebuah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu kepada seluruh anggota sistem sosial. Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006: 57). Teori difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi (Dilla, 2007: 53).


(36)

Proses penyebarserapan inovasi terdiri dari 4 unsur utama, yaitu: (1) suatu inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu sistem sosial. Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:

1. Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya? 2. Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan

nila-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? Begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

3. Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

4. Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

5. Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak. (Nasution 1990: 15-17)

Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi 4 tahap, yakni:


(37)

1. Pengetahuan: mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi: menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

3. Keputusan: terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.

4. Konfirmasi: mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut (Purba, 2006: 57-58).

1.5.4. Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera dengan tata pengaturan kelahiran dan juga pengendalian laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak melampaui kemampuan produksi hasil pembangunan.

Program Keluarga Berencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia untuk mensukseskan Program Keluarga Berencana demi tercapai tujuan dari Keluarga Berencana itu sendiri.

Untuk itu perlu kita ketahui bahwa Keluarga Berencana tidak hanya untuk membatasi jumlah anak melainkan membantu kesejahteraan anak karena dengan keluarga kecil akan terbuka kesempatan yang lebih besar bagi orang tua untuk mensejahterakan anaknya baik dalam hal makanan, pakaian, dan jaminan


(38)

pendidikan yang diperoleh anak. Jadi jelas bahwa Keluarga Berencana mengandung suatu gagasan yang lebih luas sehingga membina keluarga yang sejahtera khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan anak.

Menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, pengertian anak adalah: “ Seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah”. Batasan usia ini ditinjau dari segi psikologis dan sosialis. Selanjutnya oleh Fanggidae (2000:98), bahwa “Kesejahteraan anak adalah sebagai tata hidup dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial”.

1.6 Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat mengasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana.


(39)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono, 2008:21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi masyarakat.

3. Karakterisitik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel X

Komunikasi Penyuluhan

Variabel Y Tingkat Adopsi Masyarakat


(40)

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Penyuluhan

a. Penyuluh : 1. Kredibilitas • Kompetensi • Sikap • Tujuan • Kepribadian • Dinamika. 2. Daya Tarik

Kesamaan Dikenal Disukai Fisiknya 3. Kekuatan 4. Katalisator

5. Pemberi pemecahan persoalan 6. Pembantu proses perubahan 7. Penghubung

b. Metode Penyuluhan

1. Pendekatan Perorangan : - Dialog langsung, - Kemampuan empati,

-Menciptakan suasana homophily. 2. Pendekatan Kelompok :

- Diskusi kelompok c. Media Penyuluhan

1. Gambar atau slide

2. Alat dan obat kontrasepsi 3. Brosur

4. Buku-buku tentang Program KB Nasional

d. Materi Penyuluhan

1. Pesan (verbal dan nonverbal) 2. Makna (gagasan atau ide) 3. Simbol yang digunakan (bahasa

atau kata-kata)

e. Waktu dan Tempat Penyuluhan 1. Waktu

2. Tempat 2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Adopsi Masyarakat

a. Pengetahuan b. Persuasi

1. Keuntungan-keuntungan relative 2. Keserasian


(41)

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan), meliputi:

a) Penyuluh,

Penyuluh adalah agen perubahan atau orang-orang yang

menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat. Seorang penyuluh memiliki kriteria yang terdiri dari:

1. Kredibilitas

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Lintong Nihuta sebagai komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak. Kredibilitas seorang komunikator berasal dari yaitu :

3. Kerumitan 4. Dapat dicoba 5. Dapat dilihat c. Keputusan

d. Konfirmasi Karakteristik Responden a. Usia

b. Pendidikan Terakhir c. Pekerjaan


(42)

• Kompetensi adalah Suatu penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta ialah karakteristik yang mendasar yang dapat menggambarkan kemampuan mereka untuk melaksanakan suatu peran seperti latar belakang pendidikan, pengalaman dan keahlian.

• Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan dari seorang komunikator. Dimana dalam hal ini PLKB Kec. Lintong Nihuta menunjukkan pribadi mereka kepada masyarakat, apakah seorang PLKB bersikap tegar atau toleran dalam prinsip.

• Tujuan adalah menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Dalam hal ini PLKB Kec. Lintong Nihuta memiliki sesuatu tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penyuluhan KB yaitu agar sasaran ikut serta menjadi akseptor KB.

• Kepribadian adalah menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Dimana PLKB sebagai komunikator dalam penyuluhan Program KB tampil dan menimbulkan kesan bagi masyarakat .

• Dinamika adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang komunikator dalam menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan. PLKB Kec.


(43)

Lintong Nihuta memiliki kekuatan untuk menyampaikan penyuluhan sehingga menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

2. Daya Tarik

Daya Tarik adalah sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan ketertarikan kepada komunikator yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Lintong Nihuta. Daya tarik dapat berupa kesamaan, keakraban/ dikenal baik, disukai, dan fisiknya.

• Kesamaan adalah ketertarikan pada komunikator karena adanya kesamaan/keserupaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh memiliki penyatuan perasaan yang serupa dan sependapat dengan masyarakat atas informasi yang diberikan.

• Keakraban/ dikenal baik adalah hubungan yang terjalin secara emosional dan fisik antara komunikator dengan komunikan. Dimana PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh sudah lama dikenal masyarakat yang diberikan penyuluhan.

• Disukai adalah suatu perasaan ketertarikan terhadap informasi, fisik dan gaya yang ditimbulkan oleh komunikan. PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai seorang penyuluh disenangi dan disukai oleh masyarakat.

• Fisik adalah tampilan secara visual yang ditampikan oleh seorang komunikan sebagai penyuluh. Seorang PLKB akan


(44)

dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik dihadapan khalayak masyarakat.

3. Kekuatan

Kekuatan adalah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam mempengaruhi orang lain. Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta memiliki kepercayaan diri dengan kemampuannya dalam mempengaruhi masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

b) Metode Penyuluhan, adalah cara yang digunakan oleh seorang penyuluh dalam memberikan informasi yang terdiri dari:

1. Pendekatan Perorangan adalah pendekatan oleh seorang penyuluh melalui hubungan secara mendalam atau pribadi dengan jumlah yang terbatas (KAP). Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluhan, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif.

a) Dialog Langsung, adalah merupakan suatu cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh secara langsung dengan tatap muka kepada komunikan/peserta penyuluhan. Metode yang dilakukan oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta dengan berdialog atau berkomunikasi secara tatap muka dengan peserta penyuluhan.

b) Surat – menyurat adalah salah satu metode yang digunakan Kantor Keluarga Berencana Kab. Humbang Hasundutan dengan mengirim


(45)

surat yang berhubungan dengan penyuluhan Program Keluarga Berencana kepada PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) Kecamatan Lintong Nihuta.

c) Kemampuan Empati, adalah kemampuan komunikan untuk memahami pikiran, perasaan, pengalaman orang lain dengan menempatkan diri pada posisi, perasaan, tanpa kehilangan identitas diri, sikap, pribadi, dan kendali reaksi emosi terhadap pengalaman orang lain. PLKB Kec. Lintong Nihuta mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan.

d) Menciptakan Suasana Homophily, adalah kemampuan komunikan untuk membangun suasana yang akrab dan hangat. Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta dapat membaur dengan peserta penyuluhan.

2. Pendekatan Kelompok adalah suatu pendekatan dengan daya jangkau yang lebih besar sehingga dapat memperkuat dalam pembentukan sikap secara kelompok. Banyak manfaat yang dapat diambil pada pedekatan kelompok, karena terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

a) Diskusi Kelompok adalah merupakan suatu proses penyuluhan dimana komunikan/peserta penyuluhan akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan persoalan bersama. Diskusi yang terdiri atas masyarakat Desa Nagasaribu 1 dan diketuai oleh Petugas Lapangan


(46)

Keluarga Berencana Kec. Lintong Nihuta. Dalam hal ini diskusi kelompok yang dilakukan PLKB dalam penyuluhan terjadi melalui pertukaran informasi atau pendapat dengan masyarakat/peserta penyuluhan.

c) Media Penyuluhanadalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Media penyuluhan terdiri dari:

1. Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan-pesan gambar dan tulisan pada penyuluhan.

2. Alat dan obat kontrasepsi, yaitu contoh dari jenis-jenis kontrasepsi yang asli.

3. Brosur, yaitu selembaran yang informasi yang berisikan informasi tentang berbagai jenis alat, obat dan metode kontrasepsi.

4. Buku-buku tentang Program KB Nasional yaitu sekumpulan informasi yang komplit dari berbagai jenis-jenis kontrasepsi.

d) Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Materi penyuluhan terdiri dari:

1. Pesan verbal yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui bahasa dan tulisan. Pesan verbal yang disampaikan oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta kepada peserta penyuluhan melalui bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dan tulisan.


(47)

2. Pesan non verbal yaitu informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta.

3. Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta kepada peserta penyuluhan.

4. Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata), yaitu gaya bahasa, cara berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas penyuluhan kepada peserta penyuluhan.

e) Waktu dan Tempat Penyuluhan, terdiri dari:

1. Waktu, adalah saat yang tepat yang dipilih dan ditentukan oleh petugas penyuluhan untuk melakukan penyuluhan yakni pada bulan Maret 2011.

2. Tempat, yaitu lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan untuk melakukan penyuluhan. Tempat penyuluhan ini berlangsung di Pusat Kesehatan Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

2. Variabel Terikat (Tingkat Adopsi), meliputi: 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap KB dan fungsinya sebagai sebuah inovasi.


(48)

2. Persuasi

Persuasi adalah dimana seseorang dapat menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut dan bila dikaitkan dalam

penelitian ini adalah bagaimana respon atau ketertarikan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap Program KB. Persuasi dalam hal ini dipengaruhi oleh:

• Keuntungan-keuntungan relative adalah Keuntungan yang memberikan kemudahan setelah kita menerima penyuluhan dari komunikan. Dalam hal ini bagaimana Program KB memberikan keuntungan bagi masyarakat yang kelak menerimanya.

• Keserasian adalah suatu kecocokan terhadap hal yang didifusikan dengan sejalannya nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan dan sesuai dengan nilai yang sudah melekat pada khalayak/peserta penyuluhan. Dalam hal ini bagaimana kesesuaian Program KB yang hendak diterapkan kepada peserta penyuluhan dengan nilai-nilai dan sistem kepercayaan masyarakat di Desa Nagasaribu 1. Begitu pula, apakah program KB serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

• Kerumitan adalah ketidak pahaman seseorang mengenai suatu hal yang dapat menimbulkan pertanyaan baru didalam dirinya. Karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada


(49)

hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

• Dapat dicoba adalah dimana Program KB dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum masyarakat terlanjur menerima secara keseluruhan.

• Dapat dilihat adalah bagaimana Program KB dapat dilihat langsung buktinya, sebab masyarakat akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak. 3. Keputusan adalah tidakan yang diambil oleh seseorang atas

keterlibatan dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak. Bila dikaitkan dalam penelitian ini yaitu bagaimana sikap berupa keputusan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap KB, apakah mereka menolak atau menerima.

4. Konfirmasi adalah mencari tambahan informasi dari narasumber lain sebagai penguat dalam mengambil keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut. Dalam penelitian ini, konfirmasi yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan masyarakat Desa Nagasaribu 1 dalam mencari informasi tambahan mengenai KB yang dapat mempengaruhi keputusan yang telah diambil.


(50)

3. Karakteristik Responden meliputi:

a) Usia adalah usia responden saat mengisi kuesioner

b) Pendidikan Terakhir adalah pendidikan terakhir responden yang pernah ditempuh oleh responden.

c) Pekerjaan adalah mata pencaharian responden pada saat penelitian d) Suku adalah identitas budaya responden.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan istrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi 1991:44)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak Terdapat Hubungan Antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Ha: Terdapat Hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan tingkat adopsi pada Masyarakat Di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.


(51)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. I. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI PENYULUHAN II.I.I. Komunikasi

A. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis. 1. Pengertian komunikasi secara umum

Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi: a. Pengertian komunikasi secara etimologis

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata

communist. Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna,

yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.


(52)

b. Pengertian komunikasi secara terminologis

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.

2. Pengertian komunikasi secara paradigmatis

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.


(53)

Pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak defenisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu: Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004: 3-5).

B. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi. (Cangara, 2006:23-26) sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator. (source,

sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.


(54)

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.I.2. Komunikasi Penyuluhan

A. Pengertian Komunikasi Penyuluhan

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.

Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam


(55)

kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang akan disuluh

3. Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

4. Pengembangan pesan

5. Metoda atau saluran yang digunakan

6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 7-11).


(56)

B. Falsafah Penyuluhan

Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan falsafah penyuluhan tersebut.

1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.

2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong kemandirian.

3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.

4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.

Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkat harkat dan martabatnya.

2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat setempat.

3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang berkelanjutan.


(57)

4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan saling mempercayai.

5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk berfikir kreatif, dinamis, dan inovatif.

6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

C. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan:

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2) Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalama antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.


(58)

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang


(59)

Materi dalam penyuluhan adalahyang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

D. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan, harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

1. Tujuan Jangka Pendek

a) Perubahan tingkat pengetahuan

b) Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan c) Perubahan sikap

d) Perubahan motif tindakan 2. Tujuan Jangka Panjang

a) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara hidup lama dengan cara-cara yang lebih baik.

b) Better business, berusaha yang lebih menguntungkan.

c) Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama telah tercapai.


(60)

E. Fungsi Komunikasi Penyuluhan

Penyuluhan pertama-tama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya itu.

1. Fungsi penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu.

2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sehari-hari.

3. sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh. 4. sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya

penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih maju dengan perkembangan zaman (Kartasapoetra, 1987: 7-13).

F. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya.

1. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu problem tertentu. Apa pun masalah atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat


(61)

menyuluhkan dengan baik. Mengapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.

Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu:

1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi. 2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.

3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”.

2. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan

Meskipun mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun kerapkali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah : “Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”. Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan.


(62)

3. Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan

Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah:

1) Menganalisi problem atau masalah yang dihadapi 2) Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi 3) Memilih media

4) Menentukan pendekatan yang digunakan 5) Memproduksi media (Nasution, 1990: 54-58)

II.2. PENYULUH SEBAGAI AGEN PERUBAHAN A. Pengertian Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Dalam proses perubahan, komunikator yang adalah penyuluh merupakan

fasilitator yang membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang

dimaksud. Dengan gagasan-gagasan dan ide-ide yang disebarluaskan, penyuluh adalah agen perubahan atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat. Karena itu seorang penyuluh juga menjadi tempat bertanya, tempat anggota masyarakat menanyakan sesuatu untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan. Jadi seorang penyuluh adalah juru informasi atau juru penerang bagi khalayak di sekitarnya.

B. Kompetensi Komunikasi yang diperlukan Agen Perubahan

Melihat cakupan dan titik berat misi yang diemban seorang penyuluh terutama sebagai salah satu agen perubahan, maka diperkirakan kompetensi komunikasi yang paling diperlukan antara lain adalah yang menyangkut:

1. Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi dengan Kelompok (group communication) 3. Komunikasi dengan Massa (mass communication)


(63)

C. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan

1. Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.

2. Kemampuan administrative, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasi waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif menjelimet (detailed). Maksudnya, para agen perubahan merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.

3. Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting adalah emphatic, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi pandangan dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal tersebut seakan-akan dialami sendiri.

D. Peranan Utama Agen Perubahan

Agen-agen perubahan itu menurut Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Hal ini tercermin dalam peranan utama agen perubahan:

1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.


(64)

3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana:

a) Mengenali dan merumuskan kebutuhan

b) Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan c) Mendapatkan sumber-sumber yang relevan

d) Memilih atau menciptakan pemecahan masalah

e) Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah 4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

E. Tugas-Tugas Agen Perubahan

Ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yaitu:

1. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan. 2. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship). 3. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

4. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.

5. Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.

6. Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out. 7. Mencapai suatu terminal hubungan.


(1)

Kp = (rs)² x 100%

Kp = (0,559)² x 100%

Kp = 0,312 x 100%

Kp = 31,2%

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 31,2% dan terdapat 68,8% faktor-faktor lain yang tidak diukur pada penelitian ini.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Penelitian ini mengambil fokus pada permasalahan tentang ”tentang hubungan komunikasi penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) oleh petugas lapangan kantor keluarga berencana (PLKB) terhadap tingkat adopsi KB pada masyarakat di DESA Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi penyuluhan Program Keluarga Berencana yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Lintong Nihuta bahwa dimana dalam proses penyuluhan Program KB, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) mampu berkomunikasi dengan baik dalam menyampaikan materi penyuluhan sehingga masyarakat mengerti dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan masyarakat dapat menerapkan Program KB.

2. Hasil penelitian menyatakan untuk mengetahui tingkat adopsi KB masyarakat di Desa Nagasaribu 1 kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat bahwa cukup banyak masyarakat yang menerima


(3)

Program KB melalui penyuluhan Program KB yang diberikan oleh PLKB. Karena masyarakat sudah cukup mengerti dengan informasi mengenai KB dan mengetahui manfaat dengan menggunakan KB dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

3. Terdapat hubungan antara kegiatan penyuluhan tentang Program Keluarga Berencana terhadap tingkat adopsi KB pada masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara komunikasi penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan tingkat adopsi pada masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini berarti bahwa Program Keluarga Berencana memiliki hubungan yang cukup berarti terhadap tingkat adopsi KB pada masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

V.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah peneliti peroleh selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai berikut:

1. Penyuluhan mengenai Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan PLKB di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta sudah sangat baik dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat. Dimana sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Desa Nagasaribu 1 dan selain itu Petugas Lapangan Keluarga


(4)

Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta menunjukkan kesan yang baik dan mampu menciptakan hubungan akrab terhadap masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti penyuluhan tersebut. Dengan adanya dilaksanakan penyuluhan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai program KB.

2. Penyuluhan Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta harus disesuaikan dengan PLKB yang mampu menciptakan daya tarik terhadap masyarakat berupa kesamaan, keakraban, disukai dan dikenal baik oleh masyarakat. Dan sebaiknya Kantor KB Kab. Humbang Hasundutan perlu menambah anggota tim penyuluh agar pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan lebih efektif .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1991. Penelitian kependidikan Prosedur dan Strategi. Jakarta Salemba Empat.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Renika Cipta

A, Fazidah Siregar. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak Pada Keluarga terhadap

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

BKKBN, 2001. Buku Sumber Pendidikan Keluarga Berencana.Jakarta

---,2003. Petunjuk Teknis Pendidikan Keluarga Berencana. Jakarta

---,2003. Informasi Dasar Gerakan KB Nasional. Jakarta

Effendy, Onong Uchajana, 1986, Dimensi – dimensi Komunikasi, Bandung : Alumni.

Fisher, B. Aubrey. 1993. Teori – teori Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Ilmu Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nasution, Deddy. 2005. Prinsip – prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3S.

Sentiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.


(6)

Website:

http : library.usu.ac.id/download/fkm)fkm – Fazidah2.pdf.

Sumber Lain:

Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Humbang Hasundutan


Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Ikan Kerambah Dan Dampaknya Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Simanindo Desa Simairiudo Sangkal)

1 30 89

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir)

3 49 138

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Tingkat Adopsi Inovasi KB Pria di Kalangan Prajurit Wilayah Medan Tahun 2007

0 58 125

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 55 82

Pengumuman Balai Penyuluhan KB

0 0 1