BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya kesejahteraan hidup tidak dapat diperoleh tanpa adanya pembangunan manusia itu sendiri. Pada bulan September tahun 2000, masyarakat
Internasional memiliki komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia yang dikenal dikenal dengan Millenium Development Goals MDGs
yang memiliki tujuan: 1.
Penghapusan kemiskinan dan kelaparan eradicating extreme poverty and hunger.
2. Mencapai pendidikan dasar yang universal achieving iniversal basic
education. 3.
Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan promoting gender equality and empowering women
4. Mengurangi jumlah kematian anak reducing child mortality.
5. Meningkatkan kesehatan ibu improving maternal mortality .
6. Memerangi HIVAIDS, malaria dan penyakit lain Combating HIVAIDS,
malaria and other deseases. 7.
Menjamin kelestarian lingkungan hidup ensuring environmental sustainability.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan developing a
global partnership for development .
1
Universitas Sumatera Utara
Adapun salah satu upaya yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pertama MDGs yakni penghapusan kemiskinan dan kelaparan adalah mengurangi
jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan masalah yang serius tidak hanya bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi
negara-negara maju. Masalah kependudukan dewasa ini sudah menjadi masalah yang besar bagi dunia secara keseluruhan karena menyangkut banyak segi
terutama pada aspek jumlah dan kualitas. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan yang besar tetapi juga harus disadari bahwa
hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya pembangunan.
Firman 2001:32 menyebutkan beberapa masalah kependudukan di Indonesia antara lain: 1 Pertambahan penduduk yang cepat, 2 Penyebaran
penduduk yang tidak merata dan 3 Kualitas penduduk yang masih rendah. Pertambahan jumlah penduduk tanpa control dapat menimbulkan problema sosial
dan ekonomi dengan segala akibatnya. Problema tersebut antara lain adalah semakin besarnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan dan
sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah Indonesia dalam pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat guna
mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera. Tingkat pertambahan penduduk yang terus meningkat tanpa diimbangi
dengan aspek-aspek kehidupan lainnya merupakan penghalang dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup dan juga akan menimbulkan dampak negatif
terhadap pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengatasi masalah ini pemerintah Indonesia telah berupaya dalam memasyarakatkan program keluarga berencana kepada seluruh lapisan masyarakat
dan pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan diantaranya melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan
nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan antara lain langsung kepada masyarakat, melalui media massa, penataran-penataran dan lain-lain. Sedangkan
pelaksanaan program harus dilalui secara konseptual, sehingga lebih mampu menganjurkan atau memotivasi masyarakat untuk melaksanakan Keluarga
Berencana secara mandiri.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam
paragraf 2 mengenai Keluarga Berencana dinyatakan bahwa :
Untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera, pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksanaan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana.
Kebijaksaan tersebut dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, keselarasan, dan keseimbangan, antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan, kondisi
perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.
Dalam pasal tersebut jelas terlihat bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksaan dalam upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana dan
upaya yang dimaksud dengan penyelenggaraan Keluarga Berencana adalah upaya untuk membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mensukseskan program Keluarga Berencana, namun masih banyak dijumpai Pasangan Usia
Subur PUS yang tidak memperdulikan pelaksaan program Keluarga Berencana yang sesuai dengan harapan Pemerintah Indonesia.
Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mensukseskan program KB adalah dengan melakukan komunikasi penyuluhan. Proses penyuluhan dapat
berhasil jika pesan disampaikan dengan proses komunikasi yang jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang
sama. Cara-cara yang ditempuh dalam melakukan komunikasi penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai
metode dan teknik berkomunikasi. Adapun komunikasi penyuluhan dan pelayanan KB pada setiap desa di
Kabupaten Humbang Hasundutan diterapkan secara rutin sekali dalam setahun oleh Petugas Kantor KB Kab Humbahas untuk setiap desa. Namun, pada saat
penyuluhan yang berperan sebagai komunikator adalah Petugas Lapangan KB kecamatan yang berjumlah dua orang untuk setiap desa. Selain pada saat
penyuluhan, PLKB juga memberikan pengetahuan tentang KB pada saat kegiatan Posyandu dilakukan.
Berdasarkan informasi terakhir dari Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010 yang diperoleh dari PLKB Petugas
Lapangan Keluarga Berencana Pengelola KB di Kecamatan Lintong Nihuta menunjukkan bahwa jumlah Pasangan Usia Subur PUS yang ada didesa
Nagasaribu 1 terdapat 162 pasangan dengan perincian kelompok umur 30-49 tahun sebanyak 120 pasangan dan kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 42
Universitas Sumatera Utara
pasangan dan tidak ada pasangan usia subur dibawah umur 20 tahun. Namun, pada jumlah pasangan usia subur tersebut terdapat sebanyak 57 pasangan yang
menjadi peserta KB sehingga terdapat sebanyak 105 pasangan yang bukan peserta KB. Dan pasangan ini akan menjadi sasaran komunikasi penyuluhan program KB
pada bulan Maret 2011. Sebagai tambahan informasi, pada tanggal 7 September 2010 telah
dilaksanakan komunikasi penyuluhan program KB di Desa Nagasaribu 1 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 32 orang dan sebanyak 21 orang diantaranya
telah menjadi akseptor KB. Sebelas orang yang tidak menjadi akseptor memberikan alasan bahwa mereka tidak menjadi akseptor KB karena dalam
keadaan hamil, ada juga yang ingin segera memiliki anak, dan latar belakang kurangnya pendidikan. Sebelas orang ini juga termasuk kedalam 105 pasangan
yang menjadi sasaran peserta komunikasi penyuluhan tahun ini. Alasan peneliti memilih Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai lokasi
penelitian karena kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tapanuli Utara, sehingga setiap desa masih memerlukan pembenahan terutama
pada bidang kesehatan keluarga. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana
komunikasi penyuluhan program keluarga berencana oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kec. Lintong Nihuta berpengaruh terhadap tingkat adopsi
Keluarga Berencana di Desa Nagasaribu 1.
Universitas Sumatera Utara
1.2. PERUMUSAN MASALAH