ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB Suratun, 2008.
II.4.5. Pasangan Usia Subur
1. Pengertian
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi BKKBN, 2000: 22. Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun
atau pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid datang bulan BKKBN, 2000: 22.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Tidak Menggunakan Alat
Kontrasepsi Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga pasangan usia subur tidak
menggunakan alat kontrasepsi antara lain: a
Pengetahuan Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
Universitas Sumatera Utara
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan adalah Hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya, apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya
Notoatmodjo, 1997: 59. Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam
tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu : 1.
Tahu know Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Tahu know ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3.
Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis analysis
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan membuat bagan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5.
Sintesis synthesis Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6.
Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu
tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya Notoatmodjo, 1997: 59.
Universitas Sumatera Utara
b Efek Samping
Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari penggunaan alatobat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap
kesehatan klien Arum, 2008: 195. Menurut Hartanto 2004, dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar100 sempurna, maka ada 3
tiga hal yang sangat penting untuk diketahui oleh calon akseptor KB yakni: efektivitas, keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang sering terjadi
sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi adalah: 1.
Gangguan Haid Amenorhoe: tidak datangnya haid setiap bulan pada akseptor KB yang menggunakan suntik KB 3 tiga bulan berturut-turut.
2. Perubahan Berat Badan: biasanya kenaikan berat badan lebih sering
disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi pil dibanding suntik KB. 3.
Pusing dan Sakit Kepala: timbul rasa sakit pada kepala namun ini hanya bersipat sementara.
4. Pendapatan Keluarga: jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga.
Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa damfak positif bagi
keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian
dengan keluarga yang pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
yang salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan. 5.
Agama: keyakinan yang dianut seseorang yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Universitas Sumatera Utara
adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa, pengaturan masalah
kependudukan merupakan masalah utama yang perlu ditangani dengan cermat. Mereka memahami bahwa KB tidak bertentangan dengan agama
dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat.
6. Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu
memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur jaraknya dengan berKB. Agama Buddha, yang
memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak
melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan
dalam pemahaman sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral
Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB
karena penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari
hak asazi manusia. Program KB di Indonesia, seperti halnya negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
penduduknya dan agama bukan penghambat untuk mencapai cita-cita ini.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat peran penting tokoh agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya memperkuat kemitraannya
dengan mereka. Tokoh-tokoh agama yang muda melalui lembaga masing- masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan diajak serta dalam
mendukung program KB Nasional Arum, 2008: 195.
II.4.5. Kontrasepsi 1. Pengertian