perubahan pasar. Dengan kata lain, ekspektasi pengembalian dipengaruhi oleh perubahan faktor di luar kendali manajemen suatu badan usaha, dan setiap
saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kondisi pasar tersebut. Pada dasarnya, investor akan selalu memperhatikan besarnya risiko
saham, dalam hal ini risiko saham yang tidak dapat di hilangkan dengan diversifikasi oleh investor adalah resiko sistimatis yang di lambangkan dengan
β sebagai variabel penentu tingkat pengembalian saham yang di harapkan.
Hubungan antara risiko sistematis dengan pengembalian tersebut apabila digambarkan dalam suatu model akan membentuk Capital Asset
Pricing Model CAPM Sharpe,2005:105. Model tersebut bisa dituliskan dalam bentuk Persamaan :
ERi = Rf +[ERm-Rf] βi
Dimana ERi adalah pengembalian yang diharapkan dari surat berharga i dan merupakan fungsi dari risiko sistematisnya
β. Sedangkan kemiringan [ERm-Rf] dinamakan dengan harga risiko atau premi risiko,
yaitu selisih antara pengembalian pasar yang diharapkan ERm dengan tingkat bebas risiko Rf.
C. Likuiditas
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segara harus
dipenuhi. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban finansial tersebut dapat dilihat dari jumlah alat pembayaran alat likuid yang dimiliki
oleh perusahaan. Kemampuan membayar baru dapat diketahui setelah membandingkan alat likuid di satu pihak dengan kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Rasio likuiditas adalah rasio
yang dimaksudkan
untuk mengukur
likuiditas perusahaan
Jogiyanto,2007:210.
D. Penelitian Sebelumnya
Investor yang melakukan investasi akan selalu menghadapi dua hal utama, yaitu: tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko yang dihadapi.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor terbagi menjadi dua: risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Investor dapat meminimalkan risiko tidak
sistematis dengan melakukan diversifikasi investasi atau dengan membentuk portofolio saham. Sedangkan risiko sistematis merupakan risiko yang dihadapi
oleh investor yang tidak dapat dieliminir dan terdapat pada semua jenis saham dan portofolio. Risiko sistematis dinyatakan dengan beta. Beta merupakan
ukuran volatilitas return sekuritas atau portofolio dengan return pasar. Semakin tinggi fluktuasi antara return sekuritas dengan return pasar, maka
semakin tinggi nilai beta. 1. Ahmed dan Lockwood 1998 menguji faktor-faktor makro ekonomi yang
mempengaruhi beta pada periode pasar bull dan bear dan saat perekonomian Amerika mengalami resesi dan ekspansi. Mereka
membuktikan beta periode bull dan bear berbeda signifikan, begitu juga beta pada periode resesi berbeda dengan beta periode ekspansi. Jadi risiko
sistematis pada periode perekonomian yang dilanda kontraksi berbeda dengan risiko sitematik periode perekonomian yang mengalami ekspansi.
Selanjutnya Ahmed dan Lockwood 1998 menguji perbedaan struktur model beta periode kontraksi dengan ekspansi dan membuktikan struktur
beta tersebut berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut karena adanya perbedaan pada variabel inflasi. Berdasarkan penelitiannya Ahmed dan
Lockwood 1998 menyimpulkan nilai beta berbeda pada kondisi perekonomian yang berbeda. Penelitian ini mengkonfirmasi Bhardwaj dan
Brooks 1993 yang menunjukkan beta pada periode pasar yang sedang bear dan bullish berbeda. Tandelilin 2001 juga menunjukkan beta yang
dihitung secara terpisah pada periode pasar yang bear dan bullish dapat menjelaskan return saham pada periode tersebut.
2. Miswanto dan Husnan 1999 menguji pengaruh variabel operating leverage, cyclicality
dan ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis. Hasil penelitian mereka menunjukkan beta perusahaan yang unleverage
merupakan proksi terhadap risiko bisnis. Selanjutnya Miswanto dan Husnan 1999 menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap beta.
Sampel yang digunakan adalah 30 perusahaan teraktif berdasarkan volume perdagangannya selama periode 1992-1995. Hasilnya menunjukkan secara
bersama-sama ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap beta.
Sedangkan secara parsial, variabel cyclical dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta.
3. Natarsyah 2000 meneliti pengaruh faktor fundamental terhadap beta dengan menggunakan sampel perusahaan yang termasuk industri barang
konsumsi yang go publik. Sampel penelitian terdiri dari 16 oerusahaan selama periode 1990-1997. Hasil penelitian Natarsyah 2000
membuktikan faktor fundamental yang berasal dari informasi laporan keuangan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan pada
peta. Sedangkan secara parsial ROA, rasio utang terhadap modal, dan nilai buku saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta.
4. Penelitian yang lain dilakukan oleh Brooks dan Shoong 2002 yang menganalisis perubahan risiko sistematis akibat krisis moneter di Kuala
Lumpur Stock Exchange. Mereka mereview kebijakan kontrol terhadap nilai tukar ringgit terhadap dollar US dan kontrol terhadap lalu llintas uang
di Malaysia terhadap nilai beta. Mereka membandingkan nilai beta pada periode krisis moneter dan setelah adanya kebijakan kontrol ringgit.
Hasilnya menunjukkan nilai rata-rata beta setelah kebijakan kontrol nilai tukar ringgit lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata beta pada
periode krisis moneter. 5. Andi Nugraha 2004, meneliti pengaruh CAR, LDR, ROA, dan BOPO
terhadap return saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, serta menganalisis diantara variabel-variabel tersebut yang berpengaruh
dominan terhadap return saham perbankan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode Purposive Sampling, dengan kriteria perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ selama tiga tahun yaitu 2002-2004.
Sampel yang memenuhi kriteria tersebut adalah 16 perusahaan perbankan. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio keuangan yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham perbankan yang terdaftar diBEJ adalah LDR dan BOPO, sedangkan CAR dan ROA tidak berpengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Di antara LDR dan BOPO, ternyata LDR memiliki pengaruh yang dominan terhadap return saham perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
E. Kerangka Pemikiran