Komponen Upah Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu)

B. Perlindungan Hukum atas Upah di PT. Binanga Mandala Labuhan Batu

1. Komponen Upah

Pada dasarnya upah harus diberikan dalam bentuk uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Jika upah ditetapkan dalam mata uang asing, pembayaran akan dilakukan berdasarkan kurs resmi dari Bank Indonesia pada saat pembayaran upah. Upah yang diberikan dalam bentuk lain dapat berupa apa saja kecuali minuman keras, obat-obatan atau bahan obat- obatan dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25 dari nilai upah yang seharusnya diterima. Disamping itu pemberian upah dapat pula berupa fasilitas, yaitu berupa kenikmatan dalam bentuk nyata yang diberikan perusahaan kepada pekerja atau karena hal-hal khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas antar jemput atau makan secara cuma-cuma. Upah dapat dikelompokkan berdasarkan komponen, yang terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Berdasarkan hal tersebut, imbalan penghasilan yang diterima oleh buruh tidak selamanya disebut sebagai upah, karena bisa saja imbalan tersebut bukan termasuk komponen upah. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 07MEN1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah menyebutkan bahwa : 1. Termasuk komponen upah adalah: a Upah pokok; merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian. b Tunjangan tetap; suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok, seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahaan, tunjangan kehamilan, tunjangan makan, tunjangan transport dapat dimasukkan dalam tunjangan pokok asalkan tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh, dengan kata lain tunjangan tersebut diberikan tanpa mengindahkan kehadiran buruh dan diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok. c Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok, seperti misalnya tunjangan transport yang diberikan atas dasar kehadiran. 2. Tidak termasuk komponen pokok a Fasilitas; kenikmatan dalam bentuk nyata natura karena hal-hal yang bersifat khusus untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, seperti fasilitas kendaraan antar jemput, pemberian makanan secara cuma- cuma, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi, kantin dan sejenisnya. b Bonus; pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan perusahaan atau karena buruh berprestasi melebihi target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, yang besarnya diatur kesepakatan. c Tunjangan Hari Raya THR; pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain. Bila komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 tujuh puluh lima persen dari jumlah keseluruhan upah pokok dan tunjangan tetap Pasal 96 UU Ketenagakerjaan. Penentuan komponen upah ini perlu sebagai dasar perhitungan upah untuk membayar upah lembur maupun pasongan dan penghargaan masa kerja yang mencakup upah pokok dan tunjangan tetap. Manfaat tunjangan tambahan baik tetap maupun tidak tetap bagi pekerja adalah: 1. Meningkatkan moral pekerja karena mereka merasakan perusahaan memperhatikan kepentingan mereka. 2. Meningkatkan rasa senang dalam bekerja dan berkurangnya keluhan- keluhan yang dialami. 3. Bertambah baiknya hubungan pekerja dengan pengusaha. 4. Meningkatnya jaminan kerja dan pendapatan kerja. 5. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam perusahaan karena bertambahnya pengertian pekerja terhadap kebijaksanaan dan sasaran perusahaan. Secara umum upah adalah merupakan pendapatan, akan tetapi pendapatan itu tidak selalu harus upah. Pendapatan dapat merupakan penghasilan lain, umpamanya keuntungan dari hasil penjualan barang yang dipercayakan kepada seseorang yang berupa income. Upah berdasarkan jenisnya antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: a. Upah Nominal Upah nominal ialah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa dan pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam organisasi kerja, dimana kedalam upah tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan lain yang diberikan kepadanya. Upah nominal ini sering pula disebut dengan upah uang money wages sehubungan dengan wujudnya yang berupa uang secara keseluruhan. b. Upah Nyata Upah nyata ialah upah uang yang nyata benar-benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan banyak tergantung dari: 1 Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima 2 Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan. Ada kalanya upah diterima dalam wujud uang dan fasilitas atau in natura, maka upah nyata yang diterima yaitu jumlah upah uang dan nilai rupiah dan fasilitas dan barang in natura tersebut. c. Upah Hidup Dalam hal ini upah diterima seorang buruh itu relatif cukup untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya pendidikan, bahan pangan yang memiliki nilai-nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi dan sebagainya. Upah hidup ini dapat diterima pekerja apabila perusahaan tempat kerja dapat berkembang dengan baik, sehingga menjadi perusahaan yang kuat. d. Upah Minimum Upah minimum adalah seorang manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan, sewajarnyalah kalau buruh itu mendapatkan penghargaan yang wajar dan atau perlindungan yang layak. Dalam hal ini, maka upah minimum sebaiknya dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup buruh itu beserta keluarganya, walaupun dalam arti yang serba sederhana, cost of living perlulah diperhatikan dalam penentuan upah. e. Upah Wajar Upah wajar dimaksud sebagai upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai imbalan atas jasa-jasa yang diberikan buruh kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai dengan perjanjian kerja diantara mereka. Upah wajar ini sangat bervariasi dan bergerak antara upah minimum dan upah hidup, yang diperkirakan cukup untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan buruh dan keluarganya. Faktor-faktor yang mempengaruhi upah wajar adalah: 75 1 Kondisi ekonomi negara secara umum. 2 Nilai upah rata-rata di daerah dimana perusahaan tersebut beroperasi. 3 Posisi perusahaan dilihat dari struktur ekonomi negara. 4 Undang-Undang, terutama yang mengatur masalah upah dan jam kerja. 5 Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam lingkungan perusahaan. 6 Peraturan perpajakan. 75 Saiful Anwar, Sendi-sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1994, hlm. 66. 7 Pengusaha dan organisasi buruh yang mengutamakan gerak saling menghargai dan musyawarah serta mufakat dalam mengatasi segala kesulitan. 8 Standar hidup dari para buruh itu sendiri.

2. Dasar Hukum Sistem Pengupahan di Indonesia

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PELAKSANAAN PENGUPAHAN PEKERJA WAKTU TERTENTU BERDASARKAN PELAKSANAAN PENGUPAHAN PEKERJA WAKTU TERTENTU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (STUDI KASUS PADA PT.ESHAM DIMA MANDIRI YOGYAKARTA).

0 2 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PENGUPAHAN PEKERJA WAKTU TERTENTU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (STUDI KASUS PADA PT.ESHAM DIMA MANDIRI YOGYAKARTA).

0 3 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGUPAHAN TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DI PT. SUMBER JAYA GARMENT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003.

0 2 24

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) TERKAIT HAL PENGALIHAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAAN ALIH DAYA BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KE.

0 0 4

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN PADA PEKERJA KONTRAK WAKTU TERTENTU (PKWT) DI PT. INTI CAKRAWALA CITRA (INDOGROSIR) SURABAYA.

2 32 98

STATUS PEKERJA OUTSOURCING DALAM HAL TERJADINYA PELANGGARAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 1 55

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area Madiun).

0 0 17

PERLINDUNGAN PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY.

0 1 1

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DAN SISTEM PENGUPAHAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN - repo unpas

0 0 15