pelaksanaannya hak dan kewajiban ditemui adanya wan prestasi dalam bentuk pengabdian kewajiban dari pihak majikan atau penguna jasa.
2. Muhammad Fajrin Pane 2008, tentang Perlindungan Hukum Terhadap
Pekerja Buruh dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT Ditinjau dari Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengaturan PKWT dalam peraturan perundang-undangan menimbulkan perbedaan tafsir, PKWT
yang diterapkan pengusaha tidak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan di bidang ketenagakerjaan, dengan berbagai alasan pekerja
menerima PKWT meskipun bertentangan dengan perundang-undangan. Kedua penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa keaslian
penelitian ini dapat dipertang.gungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektifitas dan kejujuran.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Hubungan antara pekerja buruh dengan pengusaha terjadi perbedaan
bahkan kesenjangan diantara kedua belah pihak yakni terletak pada posisi tawar bargaining position. Secara yuridis pekerja buruh memang
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
manusia yang bebas, sebagaimana prinsip bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan, berhak
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak. Namun secara sosiologis hal ini sering ditemukan, pekerja buruh tidak menempati
posisi di mana dia harus diberlakukan sebagai manusia yang bermartabat, tidak hanya sebagai faktor produksi tetapi juga pihak yang ikut
menentukan keberhasilan seorang pengusaha. Begitu juga sebaliknya dengan pihak pengusaha menganggap
dirinya adalah pihak yang juga berhak mendapatkan keadilan dalam hubungannya dengan pihak pekerja buruh. Pada gilirannya sampai pada
permasalahan bahwa rasa keadilan mana yang harus dikedepankan dan didahulukan apakah pekerja buruh dengan kondisinya yang serba
terbatas dan lemah baik dari keberadaannya dalam mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan upah yang dijanjikan guna
tercapainya tujuan negara dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dengan menekan angka kemiskinan dan pengangguran.
Pihak pengusaha dengan segala kelebihan modal yang dimilikinya mampu mendapatkan pekerja buruh yang sesuai dengan kebutuhannya
akibat tingginya angka pengangguran menjadikan posisi pekeja buruh menjadi serba dilematis. Pengusaha dengan alasan selalu ingin membatasi
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
biaya operasional produksi yang dikeluarkannya hingga menekan pada titik yang serendah mungkin.
Hal di atas seperti ditegaskan sebelumnya bila dibiarkan terus- menerus maka akan tetap jauh dari kenyataan tujuan yang tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 telah ditentukan landasan hukum sebagai berikut: “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dengan demikian maka upah yang harus diterima buruh atau para tenaga kerja
kita atas jasa-jasa yang dijualnya haruslah berupa upah yang wajar. Sistem hubungan pekerja buruh dengan pengusaha suatu bangsa
senantiasa mencerminkan sistem pembangunan yang pada dasarnya adalah cerminan sistem ekonomi atau sistem pembangunan dan ideologi
yang dianut. Misalnya sistem ekonomi yang serba liberalistik, kapitalistik ataupun serba etatis, komunistik akan melahirkan sistem hubungan
industrial yang sama sebagai pencerminannya.
10
Pengaruh politik ekonomi juga sangat menentukan hukum ketenagakerjaan dalam era globalisasi perdagangan, hukum yang berlaku
adalah hukum pasar bebas yang menghendaki peranan pemerintah
10
Suhardiman, Kedudukan, Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Dalam Pembangunan Indonesia, dalam Hukum Kenegaraan Republik Indonesia, Teori, Tatanan dan Terapan
, Peny. Selo Soemardjan, Jakarta: YIIS dan Gramedia,, hlm. 104-105.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
menjadi semakin berkurang dan peranan swasta menjadi lebih besar. Hukum ini berlaku juga untuk bidang ketenagakerjaan.
11
Menurut para ahli seperti dijelaskan Bismar Nasution, masalah mendasar organisasi sosial adalah bagaimana mengkoordinir kegiatan
ekonomi jutaan individu. Secara fundamental hanya ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, secara terpusat melalui paksaan seperti yang
dilakukan oleh negara totaliter dengan menggunakan militer. Kedua, kerjasama sukarela voluntary di antara individu melalui mekanisme
pasar. Model masyarakat yang diorganisir secara sukarela dikenal dengan free private enterprise exchange economy
, yang diistilahkan Bismar Nasution dalam hal ini sebagai sistem ekonomi pro pasar.
12
Namun tidak semua hal dalam Hukum Ketenagakerjaan dapat diserahkan pada mekanisme pasar. Selain itu sistem hukum Indonesia
juga tidak memberi ruang yang cukup luas untuk itu. Di sinilah pemerintah ditantang untuk menjalankan kebijakan perburuhan yang
11
Aloysius Uwiyono, Implikasi Hukum Pasar Bebas Dalam Kerangka AFTA Terhadap Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, him. 41 dalam Agusmidah, Politik Hukum dalam Hukum
Ketenagakerjaan Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan, Disertasi Medan:
SPS USU, 2006, hal. 27.
12
Lihat Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi.
Pidato pada Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap, dalam llmu Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU Medan: USU. 2004, hlm. 1. Sistem ekonomi pro pasar lebih berhasil mensejahterakan
masyarakat dibandingkan sistem ekonomi sosialis. Bandingkan misalnya apa yang terjadi di antara Korea Utara dan Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan dengan Cina Daratan sebelum Deng
Xiaoping atau antara Jerman Barat dan Jerman Timur sebelum robohnya tembok Berlin dalam Milton Friedmen. Capitalism and Freedom, Chicago: The University of Chicago Press, 2002, hlm. 15.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
mampu mengakomodir semua kepentingan, baik pemilik modal, pekerja buruh maupun pemerintah sendiri.
13
Jika dirujuk kepada cita-cita yang ingin dicapai hukum, paling tidak ada tiga yaitu keadilan, kepastian dan kegunaan kemanfaatan.
Selanjutnya kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang
bisa menimbulkan konflik conflict of interest. Melalui hukum, konflik itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-
kepentingan itu dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.
Hukum dalam pengertiannya yang utama adalah suatu aturan yang dicita-citakan dan diwujudkan dalam Undang-Undang, namun
sebelumnya perlu ditegaskan bahwa hukum memiliki dua pengertian yang perlu dipahami.
14
1. Hukum dalam arti keadilan keadilan=justitia. Maka di sini hukum menandakan peraturan yang adil tentang kehidupan masyarakat
sebagaimana dicita-citakan.
13
Aloysius Uwiyono, Op. Cit. Hal ini juga ditegaskan Bismar Nasution bahwa kehadiran sistem ekonomi yang diistilahkannya dengan sistem pro pasar tentunya tidak menghilangkan peran
pemerintah. sebaliknya sangat membutuhkan peran pemerintah karena pandangan yang menyatakan bahwa peran pemerintah harus dibuat seminimal mungkin, kalau bisa sampai ke titik nol, dikatakan
kurang tepat diterapkan di Indonesia. Peran pemerintah yang dibutuhkan adalah sebagai forum untuk menetapkan rule of the game dan sebagai wasit yang menafsirkan dan menegakkan enforce dari rule
of the game
yang sudah ditetapkan, dalam Ibid, hlm. 2.
14
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm. 49.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
2. Hukum dalam arti Undang-Undang atau lexiwet. Kaidah-kaidah yang mewajibkan itu dipandang sebagai sarana untuk mewujudkan aturan
yang adil tersebut. Hukum ketenagakerjaan seperti yang telah disinggung merupakan
hukum yang dibentuk untuk mengadakan keadilan dalam hubungan kerja antara pekerja buruh dengan pengusaha. Secara sosial ekonomi posisi
pengusaha dan pekerja buruh sangat bertolak belakang. Hal ini menyebabkan hubungan antara keduanya diatur oleh hukum, yaitu hukum
yang adil. Keadilan yang merupakan tujuan dasar dalam pembentukan dan
pelaksanaan hukum bahkan yang menjadi tujuan hidup bernegara tidak akan dicapai dengan menyerahkan sistem ekonomi semata-mata pada
mekanisme pasar.
15
Keadilan bukanlah nilai yang diperhitungkan dari ekonomi pasar karena itu pendekatan pasar harus selalu diikuti oleh
pendekatan normatif, salah satunya melalui hukum yang meletakkan batas-batas dan aturan-aturan.
16
Keadilan sosial adalah keadilan yang berhubungan dengan pembagian nikmat dan beban dari suatu kerjasama sosial khususnya yang
15
Diungkapkan pula oleh Bustanul Arifin dan Didik J. Rachbini dalam Ekonomi Politik Kebijakan Publik
. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001. Hal 57, dalam Agusmidah. Op. Cit.
hal. 27.
16
Umar Juoro. Dalam Agusmidah, Ibid, hal. 27-28.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
dilakukan oleh negara.
17
Di negara Indonesia yang mendasarkan diri pada Pancasila, keadilan sosial dengan tegas dinyatakan dalam Sila Kelima
Pancasila. Nilai ini telah dicoba untuk dilaksanakan salah satunya dengan menetapkan tujuan negara yang sama diketahui adalah memajukan
kesejahteraan umum. Masalah keadilan timbul dalam situasi yang oleh John Rawls
disebut Circumstances Of Justice COJ suatu rumusan yang berasal dari David Hume. David Hume menyebut COJ untuk menggambarkan bahwa
keadilan baru merupakan keutamaan yang relevan relevant virtue hanya apabila terjadi kelangkaan dan orang-orang tidak spontan tergerak dalam
ikatan emosional untuk mengulurkan bantuan. COJ Rawls adalah objektif COJ yaitu situasi normal konflik klaim dimana kerjasama antar manusia
mungkin dan perlu. Masalah keadilan atau ketidakadilan mustahil dibicarakan dalam konteks manusia yang masih dalam status alamiah atau
pra sosial.
18
17
Karenanya dalam literatur keadilan sosial sering juga disebut sebagai keadilan distributif. Ada perbedaan antara keadilan sosial dan keadilan distributif di mana keadilan sosial bukan sekedar
masalah distribusi ekonomi saja, melainkan jauh lebih luas, mencakup keseluruhan dimensi moral dalam penataan politik, ekonomi dan semua aspek masyarakat yang lain. Keadilan telah dikaji secara
filsafat bahkan sejak awal sejarah filsafat itu sendiri dalam karya Plato yang terkenal Republic, dapat diberi anak judul Tentang Keadilan. Plato berkeyakinan bahwa negara ideal apabila didasarkan atas
keadilan dan keadilan baginya adalah keseimbangan atau harmoni. Harmoni artinya bahwa warga hidup sejalan dan serasi dengan tujuan negara, di mana masing-masing warga menjalani hidup secara
baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya, dalam Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, Pandangan Deontologis Rawls dan Hebermas Dua Teori Filsafat Politik Modern
, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm. 6,8, dalam Agusmidah, Ibid, hal. 131.
18
Ibid , hlm. 132.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
Sisi lain hubungan ketenagakerjaan masuk dalam lingkup hubungan ekonomi di mana pelaku bisnis berhak mendapatkan keadilan ekonomi.
Dalam keadilan ekonomi berlaku aturan main hubungan-hubungan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip etik, sedangkan keadilan sosial
merupakan hasil dari dipatuhinya aturan main keadilan ekonomi tersebut.
19
Menyangkut pengertian upah ditemukan adanya kesamaan unsur dalam peraturan-peraturan sebagai berikut:
a UU No. 132003 pengertian upah terdapat dalam Pasal 1 angka 30,
yaitu: “Upah adalah hak pekerja buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah tau akan dilakukan”;
b UU No.31992 pengertian upah terdapat dalam Pasal 1 angka 5,
yaitu: “Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan
19
Mubyarto, Indonesia Unik Karena Ketahanan Ekonomi Rakyatnya Laporan Pertemuan Dengan Presiden Megawati 18 Maret 2002
, Jurnal Ekonomi Rakyat diakses dari http:www.ekonomirakvat.orggaleri_watwartalip-2.htm, diakses terakhir kali tanggal 12 November
2006 dalam Agusmidah, Ibid, hlm. 133.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
menurut suatu perjanjian kerja atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha
dengan tenaga kerja termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya”;
c Sedangkan dalam UU No.402004 tentang sistem Jaminan Sosial
Nasional ditemukan pula pengertian upah dalam Pasal 1 angka 13, yang berbunyi: “ Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan di bayar menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan”. Ketiga peraturan yang mendefenisikan upah tersebut dapat ditarik
adanya unsur-unsur yang harus terdapat dalam upah, yaitu: 1.
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah atau akan dilakukan;
2. Dinyatakan dalam bentuk uang;
3. Besarnya ditetapkan dalam perjanjian kerja, perundang-undangan;
4. Meliputi juga tunjangan-tunjangan lainya.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak ditemukan adanya tumpang tindih atau inkonsistensi pengertian tentang upah antara undang-undang yang
satu dengan yang lainnya. Selanjutnya mengenai pengertian hukum perburuhan dapat
didefinisikan sesuai pernyataan Iman Soepomo bahwa hukum perburuhan adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
20
Menurut Eggy Sudjana secara umum penyebab lemahnya kondisi pekerja buruh di Indonesia diantaranya yakni:
21
1. Lemahnya posisi tawar tenaga kerja berhadapan dengan pemilik
perusahaan atau industri karena keahlian dan tingkat pendidikan yang rendah.
2. Kebijakan pemerintah yang kurang responsif dan akomodatif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
20
Iman Soepomo. Pengantar Hukum Perburuhan. Cet. VI. Jakarta: Djambatan, 1983, hlm. 3.
21
Eggy Sudjana, Nasib Dan Perjuangan Buruh di Indonesia, makalah disampaikan pada diskusi Publik Nasib dan Perjuangan Buruh di Indonesia yang diselenggarakan Pusat Kajian
Ketenagakerjaan Majelis Nasional KAHMI Center. Jakarta. 24 Juni 2005, hlm.2-3.
Lahmuddin : Sistem Pengupahan Bagi Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pkwt Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Studi Pada Pt. Binanga Mandala Labuhan Batu,
2009
2. Konsepsi