Analisis Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit
ANALISIS PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL
PADA PT. FANTASI UTAMA NUSANTARA HILLPARK SIBOLANGIT
OLEH :
WASTI SEMBIRING 080521109
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Penulis membentuk hipotesis bahwa ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, khususnya bagian operasional.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel jenuh dengan populasi sebanyak 77 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode analisis perbandingan rata-rata dengan menggunakan uji paired sampled t test. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebar kuesioner/daftar pernyataan, pengukuranya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16.00 For Windows.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan paired sampled t test diketahui bahwa rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional sebesar 79,1299, sedangkan rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional sebesar 66,2987 yang berarti bahwa ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit.
Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Gaya Kepemimpinan Transformasional, Gaya Kepemimpinan Transaksional
(3)
Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit”, the type of data used are primary data and secondary data. Authors form a hypothesis that there are differences in job satisfaction of leadership sytle of employees of transformational and transactional leadership sytle in PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, special part of operational.
Based sampling method used is the method of sample saturated with a population of as many as 77 people and the entire population sampled in the study Analysis techniques that are used by methods of descriptive and comparative analysis method on average by using paired sampled t test test. Primary data in this study were obtained by spreading the questionnaire / list of statements, using a Likert scale and processed statistically using SPSS for windows version 17:00.
Based on the results of research using a paired sampled t test revealed that the average employee job satisfaction when led by a leader in the style of the leadership of transformational of 79, 1299 while the average job satisfaction of employees when led by a leader with transactional leadership style of 66,2987 which means that there are differences in job satisfaction of employees of transformational and transactional leadership sytle in PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit.
Keywords: Job Satisfaction, Transformational Leadership Sytle, Transactional Leadership Style
(4)
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Kepemimpinan ... 6
2.2. Kepemimpinan Transformasional ... 7
2.3. Kepemimpinan Transaksional ... 8
2.4. Kepuasan Kerja ... 9
2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 10
2.6. Efek Kepuasan Kerja ... 14
2.7. Penelitian Terdahulu ... 17
2.8. Kerangka Konseptual ... 19
2.9. Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1. Jenis Penelitian ... 21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
3.3. Batasan Operasional ... 21
3.4. Defenisi Operasional ... 22
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 25
3.6. Populasi dan Sampel ... 26
3.6.1. Populasi ... 26
3.6.2. Sampel ... 26
3.7. Metode Pengumpulan Data ... 26
3.8. Uji Validitas dan Realibilitas ... 27
3.9. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 34
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan... 34
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 35
(5)
4.2. Analisis Deskriptif ... 38
4.3 Pendapat Responden Terhadap Variabel Penelitian ... 41
4.3.1. Distribusi Penilaian Jawaban Responden ... 41
4.3.2. Metode Analisis Perbandingan Rata-rata ... 56
4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 58
4.3.4. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
(6)
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 25
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transformasional ... 28
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transaksional ... 29
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja ... 30
Tabel 3.6 Reliability Statistics ... 31
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 38
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 39
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 40
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan Transformasional ... 41
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 1 ... 45
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan Transaksional ... 49
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 2 ... 51
Tabel 4.9 Mean dan Standar Deviasi ... 57
Tabel 4.10 Paired Sampel Correlations ... 57
(7)
(8)
Lampiran 2 Kuesioner... 71 Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77 Lampiran 4 Analisis Frekuensi Jawaban Responden ... 79 Lampiran 5 Gambar Struktur Organisasi PT. Fantasi Utama Nusantara,
(9)
Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Penulis membentuk hipotesis bahwa ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, khususnya bagian operasional.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel jenuh dengan populasi sebanyak 77 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode analisis perbandingan rata-rata dengan menggunakan uji paired sampled t test. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebar kuesioner/daftar pernyataan, pengukuranya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16.00 For Windows.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan paired sampled t test diketahui bahwa rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional sebesar 79,1299, sedangkan rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional sebesar 66,2987 yang berarti bahwa ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit.
Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Gaya Kepemimpinan Transformasional, Gaya Kepemimpinan Transaksional
(10)
data and secondary data. Authors form a hypothesis that there are differences in job satisfaction of leadership sytle of employees of transformational and transactional leadership sytle in PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, special part of operational.
Based sampling method used is the method of sample saturated with a population of as many as 77 people and the entire population sampled in the study Analysis techniques that are used by methods of descriptive and comparative analysis method on average by using paired sampled t test test. Primary data in this study were obtained by spreading the questionnaire / list of statements, using a Likert scale and processed statistically using SPSS for windows version 17:00.
Based on the results of research using a paired sampled t test revealed that the average employee job satisfaction when led by a leader in the style of the leadership of transformational of 79, 1299 while the average job satisfaction of employees when led by a leader with transactional leadership style of 66,2987 which means that there are differences in job satisfaction of employees of transformational and transactional leadership sytle in PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit.
Keywords: Job Satisfaction, Transformational Leadership Sytle, Transactional Leadership Style
(11)
1.1. Latar Belakang
Manajemen sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya manusia
terdiri dari orang-orang yang ada dalam organisasi yang mempunyai kemampuan,
bakat, keahlian dan keterampilan untuk bekerja dan itu semua mereka gunakan
dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah
dikelola dengan baik dan benar, agar dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Menghadapi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus
mampu menyediakan manusia yang berkualitas dalam bekerja sehingga mampu
bersaing dengan perusahaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
perusahaan terus mengusahakan agar karyawannya memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan lain. Oleh karena itu keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sumber daya
manusia yang berkualitas adalah dengan memberikan keinginan dan kebutuhan
para karyawan sehingga menimbulkan kepuasan kerja. Oleh karena itu
perusahaan harus mengetahui kebutuhan karyawan dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan tersebut agar tercipta kepuasan kerja sehingga tujuan perusahaan juga
(12)
sumber daya manusia karena dapat mempengaruhi produktivitas dan motivasi
kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan akan tercipta apabila didukung oleh
suasana lingkungan kerja yang baik, pekerjaan yang diberikan juga sesuai dengan
kepribadian karyawan, gaji yang sesuai dengan beban kerja, kesempatan promosi,
supervisi dan rekan kerja yang mendukung. Apabila karyawan tidak mencapai
kepuasan kerja maka akan timbul sikap negatif dalam pekerjaan seperti kurangnya
rasa ketertarikan pada diri karyawan terhadap pekerjaannya yang sekarang,
keinginan mencari pekerjaan yang menawarkan imbalan lebih atau mencari
pekerjaan sambilan di tempat lain sehingga mutu pekerjaannya yang sekarang
tidak diperhatikan, melakukan mogok kerja, dan keluhan-keluhan lainnya.
Peran pimpinan sangat penting untuk tercapainya kepuasan kerja
karyawan. Pemimpin yang berhasil tidak hanya tergantung dari berapa banyak
keterampilan yang ia kuasai, namun juga dapat bergantung pada cara ia
berperilaku dan tindakan yang dilakukannya. Gaya kepemimpinan juga memiliki
peranan yang sangat penting dalam memotivasi karyawan dalam bekerja. Gaya
kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan
dan diketahui oleh orang lain ketika seorang pemimpin berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain. Seorang pemimpin mempunyai kapasitas untuk
membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
sesuai dengan situasi tersebut. Meskipun penyesuaian ini bersifat sementara
setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan kepribadian sendiri yang
unik/khas sehingga tingkah laku dan gayanya membedakan dari pemimpin yang
(13)
mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan
terhadap pegawai akan menjadi tidak jelas, hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpuasan pada karyawan. Salah satu gaya kepemimpinan yang sering
digunakan pemimpin adalah kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
transformasional. Muchlas (2005:46) menyatakan para pemimpin transaksional
adalah mereka yang membimbing dan memotivasi para bawahan menuju kearah
pembuatan beberapa tujuan dengan menjelaskan peranan dan tugas-tugas yang
diperlukan, sedangkan para pemimpin transformasional adalah mereka yang
memberikan pertimbangan perseorangan dan stimulasi intelektual dan mereka
yang memiliki kharisma.
PT. Fantasi Utama Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang jasa atau tempat rekreasi yang lebih dikenal dengan sebutan Hillpark
Sibolangit, karena berlokasi di Sibolangit. PT. Fantasi Utama Nusantara berdiri
sejak 7 Juni 2008, yang diresmikan oleh Ir. Jero Wacik. Pelaksanaan kegiatan
perusahaan tidak terlepas dari peran pimpinan dalam memimpin karyawan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Pra survei dilakukan untuk melihat perbedaan gaya kepemimpinan yang
lalu dengan gaya kepemimpinan yang sekarang, hasil pra survei terlampir.
Berdasarkan hasil pra survei terhadap 20 orang karyawan bagian operasional,
Sebanyak 65 % yang menyatakan bahwa kepemimpinan yang lalu cenderung
menggunakan gaya kepemimpinan transformasional dengan mengacu kepada
dimensi charisma, Inspirational motivation, intellectual stimulation, dan
(14)
kepemimpinan sekarang cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
transaksional, dengan mengacu kepada dimensi contingent reward dan
management by exception. Disamping itu, terjadi perbedaan tingkat kepuasan
kerja karyawan pada saat kepemimpinan transformasional dan transaksional, yaitu
pada saat kepemimpinan transaksional, karyawan merasa tidak puas karena tidak
diberikan kesempatan untuk berinovasi dan karyawan cenderung bersifat kaku.
Berdasarkan perbedaaan kepuasan kerja karyawan dilihat dari gaya
kepemimpinan pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Apakah Ada Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja karyawan jika ditinjau dari
gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama
(15)
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai saran dan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam melihat
perbedaan kepuasan kerja karyawan jika ditinjau dari gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara,
Hillpark Sibolangit.
b. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata-1 jurusan
manajemen serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
menjalani perkuliahan dan memperluas wawasan penulis.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
(16)
2.1. Kepemimpinan
Menurut Robbins (2008:93) kepemimpinan menyangkut hal mengatasi
perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi
terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan
mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi
rintangan-rintangan. Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwasanya
kepemimpinan sangat diperlukan jika suatu organisasi atau perusahaan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya adalah dapat dilihat dari sejauh mana
kepemimpinan didalamnya dapat bekerja secara efektif. Pada kepemimpinan itu
terdapat 3 (tiga) unsur-unsur yaitu, kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
orang lain, dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Indriyo Gitosudarmo dalam Ardana (2008:89) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Hersey dan Blanchard dalam
Wahjono (2010:266) menyatakan bahwa para pemimpin yang sukses
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kesiapan dan kematangan para
(17)
2.2. Kepemimpinan Transformasional
Bass dalam Luthans (2006:654) mengemukakan adanya empat karakteristik
kepemimpinan transformasional, yaitu:
1. Karisma: memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga,
mendapatkan respek dan kepercayaan.
2. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan
simbol-simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspresikan tujuan penting dalam
cara yang sederhana.
3. Simulasi intelektual: menunjukkan intelegensi, rasional, pemecahan
masalah secara hati-hati.
4. Memerhatikan individu: menunjukkan perhatian terhadap pribadi,
memperlakukan karyawan secara individual, melatih, menasehati.
Bass dalam Diety (2010:25) mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin
transformasional memotivasi karyawannya yaitu dengan:
1. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha.
2. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok.
3. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan
aktualisasi diri.
Robbins (2008:90) menyatakan pemimpin transformasional (transformational
leaders) adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk
mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan untuk
(18)
Muchlas (2005:46) menyatakan para pemimpin transformasional adalah mereka
yang memberikan pertimbangan perseorangan dan stimulasi intelektual dan
mereka yang memiliki kharisma.
2.3. Kepemimpinan Transaksional
Robbins (2008:90) menyatakan pemimpin transaksional (transactional leaders)
adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi para pengikut mereka pada
arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas
mereka.
Muchlas (2005:46) menyatakan para pemimpin transaksional adalah mereka yang
membimbing dan memotivasi para bawahan menuju kearah pembuatan beberapa
tujuan dengan menjelaskan peranan dan tugas-tugas yang diperlukan.
Bass dalam Diety (2010:28) menyatakan hubungan antara pemimpin transaksional
dengan bawahan terjadi jika:
1. Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan berusaha
menjelaskan bahwa mereka akan memperoleh apa yang diinginkan apabila
kinerja mereka memenuhi harapan.
2. Pemimpin memberikan atau menukar usaha-usaha yang dilakukan bawahan
dengan imbalan atau janji memperoleh imbalan.
3. Pemimpin responsive terhadap kepentingan pribadi bawahan selain
kepentingan pribadi itu sepadan dengan nilai pekerjaan yang telah
(19)
2.4. Kepuasan Kerja
Luthans (2006:243) menyatakan kepuasan kerja merupakan hasil dari
persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal
yang dinilai penting.. terdapat enam dimensi yang digunakan untuk mengukur
kepuasan kerja antara lain pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, pengawasan,
kelompok kerja, dan kondisi kerja.
Menurut Porter dalam Ardana (2008:23) kepuasan kerja adalah selisih dari
sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada (faktual).
Semakin kecil selisih kondisi yang seharusnya ada dengan kondisi yang
sesungguhnya ada (faktual) seseorang cenderung semakin puas. Sedangkan
menurut Sunarto (2004:100) Istilah Kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk
pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seorang dengan
tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu;
seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif
terhadap pekerjaan itu. Sunarto (2004:112) menyatakan hal-hal yang menentukan
kepuasan kerja yaitu kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas,
kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, kesesuaian antara
kepribadian-pekerjaan, dan pengaruh gen. Sedangkan Efek Kepuasan kerja pada
Kinerja karyawan yaitu: produktifitas, kemangkiran dan tingkat keluar masuknya
karyawan. Organisasi dengan karyawan yang lebih puas cenderung menjadi lebih
efektif dan produktif. Selain itu, karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang
tinggi akan memiliki angka kemangkiran yang rendah dan juga mengakibatkan
(20)
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Herzberg dalam Ardana (2008:23), ada lima aspek yang mempengaruhi
kepuasan kerja, antara lain:
a. Kompensasi
b. Promosi (peningkatan jabatan)
c. Lingkungan Fisik (ventilasi, warna, penerangan, bunyi dan lain-lain)
d. Lingkungan Non Fisik (hubungan kerja dengan atasan-bawahan, ataupun rekan
sekerja, kesempatan dalam pengambilan keputusan)
e. Karakteristik Pekerjaan (variasi pekerjaan, prospek pekerjaan)
Menurut Luthans dalam Ardana (2008:23), ada enam aspek yang mempengaruhi
kepuasan kerja, antara lain:
a. Pembayaran
b. Work it-self
c. Promosi
d. Supervisi
e. Kelompok Kerja
f. Kondisi Kerja
Menurut Gilmer dalam Ardana (2008:23), ada sepuluh aspek yang mempengaruhi
kepuasan kerja, antara lain:
a. Keamanan
b. Kesempatan Untuk Maju
c. Perusahaan dan Manajemen
(21)
e. Aspek Intrinsik dari pekerjaan
f. Supervisi
g. Aspek sosial dari pekerjaan
h. Komunikasi
i. Kondisi Kerja
j. Benefits
Sunarto (2004:112), menyatakan faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja
adalah:
a. Kerja yang secara mental menantang
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik
mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang.
Pekerjaan yang secara mental kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi
yang terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada
kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami
kesenangan dan kepuasan.
b. Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka
persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan
mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan,
tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan
(22)
Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk bekerja di lokasi
yang lebih diinginkan atau pada pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai
keleluasaan yang lebih besar dalam pekerjaan yang mereka lakukan dan jam kerja.
Tetapi kunci yang menautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak
yang dibayarkan; lebih penting lagi adalah persepsi keadilan. Sama halnya pula,
karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktek promosi yang adil.
Promosi memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab
lebih banyak, dan status sosial yang meningkat. Oleh karena itu individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil (fair and
just) kemungkinan besar akan merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka.
c. Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi memperagakan
bahwa karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau
merepotkan. Temperatur, cahaya, keributan, dan faktor-faktor lingkungan terlalu
panas atau terlalu remang-remang. Di samping itu, kebanyakan karyawan lebih
menyukai bekerja dekat dengan rumah, dengan fasilitas yang bersih dan relatif
modern, dan dengan alat-alat dan peralatan yang memadai.
d. Rekan sekerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang
berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila
(23)
meningkat. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan meningkat bila penyelia
langsung bersifat ramah dan dapat memahami, memberikan pujian untuk kinerja
yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat
pribadi pada mereka.
e. Kesesuaian antara kepribadian pekerjaan
Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan pekerjaan akan
menghasilkan individu yang lebih terpuaskan. Pada hakekatnya logika adalah:
orang-orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan
pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai
bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan
mereka, dengan demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan
tersebut; dan karena sukses ini, mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk
mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.
f. Ada dalam Gen
Sebanyak 30 persen dari kepuasan individual dapat dijelaskan oleh keturunan.
Analisis tentang data kepuasan bagi sampel individual terseleksi selama periode
50 tahun menemukan bahwa hasil individual itu mantap secara konsisten
sepanjang waktu, bahkan bila orang-orang berganti majikan untuk mana mereka
bekerja dan kedudukan mereka. Riset ini dan riset lainnya mengemukakan bahwa
sebagian besar dari kepuasan beberapa orang ditentukan secara genetis. Artinya,
disposisi seseorang terhadap hidup-positif atau negatif-ditentukan oleh bentukan
(24)
terhadap kerja. Dengan adanya bukti ini, mungkin baik bahwa,
sekurang-kurangnya bagi beberapa karyawan, tidak banyak yang dapat dilakukan manajer
untuk mempengaruhi kepuasan karyawan. Memanipulasi karakteristik karyawan,
kondisi kerja, imbalan, dan kecocokan pekerjaan bisa mempunyai efek yang kecil.
Hal ini menyarankan bahwa para manajer hendaknya memusatkan perhatian pada
seleksi karyawan: jika anda ingin memuaskan karyawan, pastikan bahwa anda
menyaring keluar pembuat masalah yang negatif, yang tidak bisa menyesuaikan
diri, yang membuat kacau, dan yang mendapatkan sedikit kepuasan dalam segala
sesuatu di sekitar pekerjaan mereka.
2.6. Efek Kepuasan Kerja
Efek kepuasan kerja ada tiga yaitu:
1. Kepuasan dan produktivitas
Seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Jika
karyawan melakukan suatu pekerjaan yang baik, secara intrinsik karyawan merasa
senang dengan hal itu. Lagi pula, dengan mengandaikan bahwa organisasi
memberikan ganjaran untuk produktivitas, produktivitas yang lebih tinggi
seharusnya meningkatkan pengakuan verbal, tingkat gaji, dan probabilitas untuk
dipromosikan. Ganjaran-ganjaran ini selanjutnya menaikkan kepuasan karyawan
pada pekerjaan.
2. Kepuasan dan kemangkiran
Pekerja dengan kepuasan yang tinggi mempunyai kehadiran yang jauh lebih tinggi
(25)
seperti apa yang kita harapkan jika kepuasan berkolerasi secara negatif dengan
kemangkiran.
3. Kepuasan dan tingkat keluar-masuknya karyawan
Kepuasan juga dihubungkan secara negatif dengan keluarnya (turnover)
karyawan, tetapi korelasi itu lebih kuat daripada yang kita temukan pada
kemangkiran. Faktor-faktor lain seperti misalnya kondisi pasar kerja,
pengharapan mengenai kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja
dalam organisasi itu sebenarnya merupakan kendala yang penting pada keputusan
untuk meninggalkan pekerjaan sekarang.
Hasibuan (2000:200) menyatakan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan
hal-hal, seperti:
1. Kepuasan kerja dan kedisiplinan
Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, artinya jika
kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya
jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan
karyawannya rendah.
2. Kepuasan kerja dan umur karyawan
Umur karyawan mempengaruhi kepuasan kerja. Karyawan yang masih muda
tuntutan kepuasan kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan umur karyawan
yang sudah tua.
3. Kepuasan kerja dan organisasi
Besar kecilnya organisasi mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, semakin besar
(26)
semakin kecil dalam mewujudkan tujuan. Pada organisasi yang kecil, kepuasan
kerja karyawan akan semakin besar karena peranan mereka semakin besar dalam
mewujudkan tujuan.
4. Kepuasan kerja dan kepemimpinan
Kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi sikap pimpinan dalam
kepemimpinannya. Kepemimpinan partisipan memberikan kepuasan kerja bagi
karyawannya karena karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk
menentukan kebijaksaanaan perusahaan.
Menurut Wexley dan Yulk dalam Yuli (2005:190) bahwa teori-teori tentang
kepuasan kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Discrepancy Theory ( Teori Perbedaan)
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter. Porter mengukur kepuasan kerja
seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan. Locke juga menerangkan bahwa kepuasan kerja
seseorang tergantung pada perbedaan antara nilai dari harapan yang diinginkan
dengan apa yang menurut perasaan atau persepsinya atas kenyataan karena batas
minimum yang diinginkan telah tercapai.
2. Equity Theory (Teori Keseimbangan)
Equity Theory pertama kali dikembangkan oleh Adam (1963). Adapun pendahulu
teori ini adalah Zeleznik (1958). Prinsip teori ini adalah bahwa organisasi akan
merasa puas dan tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau
tidak atas suatu situasi yang diperoleh dengan membandingkan dirinya dengan
(27)
3. Two Factor Theory (Teori Dua Faktor)
Teori dua faktor yaitu faktor yang membuat orang merasa puas dan faktor yang
membuat orang merasa tidak puas. Dalam pandangan lain dua faktor yang
dimaksud dalam teori ini adalah adanya dua rangkaian kondisi, pertama kondisi
yang menyebabkan orang merasa tidak puas. Jika kondisi itu ada dan tidak
diperhatikan, maka orang itu tidak akan termotivasi. Kondisi kedua digambarkan
sebagai rangkaian kondisi intrinsik, apabila kepuasan kerja terdapat dalam pekerja
akan menggerakkan tingkat motivasi yang baik.
2.7. Penelitian Terdahulu
Diety (2010) melakukan penelitian ”Analisis perbedaan kepuasan kerja
karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional
pada kantor divisi regional 1 PT. Telkom Medan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis perbandingan
rata-rata, dengan menggunakan uji paired sampled t test. Data yang digunakan
adalah data primer dan sekunder. Penelitian menggunakan 68 orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji paired sampled t test
diketahui bahwa rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh
pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional sebesar 42.1176
sedangkan rata-rata kepuasan kerja karyawan ketika dipimpin oleh pemimpin
(28)
perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional.
Dewi Sutraningtyas (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Perbedaan
kepuasan kerja ditinjau dari persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan
atasan Detasemen Markas Kodam Jaya”. Penelitian ini melibatkan 162 karyawan
atau anggota Detasemen Markas Kodam Jaya sebagai subjek penelitian. Adapun
kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di Detasemen
Markas Kodam Jaya, berusia 20-50 tahun dan karyawan telah bekerja bersama
atasannya minimal 3 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
nonprobability dengan metode incidental sampling. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini diolah dengan uji one way annova. Alat ukur yang digunakan
adalah skala gaya kepemimpinan yang diterjemahkan dari skala LBDQ XII
kemudian ditambahkan itemnya oleh peneliti dan skala kepuasan kerja yang
disusun sendiri oleh peneliti. Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan
kepuasan kerja ditinjau dari persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan
atasan dengan signifikansi atau p = 0.000. bawahan yang mempersepsikan
atasannya memiliki struktur inisiasi dan konsiderasi yang tinggi memiliki skor
yang paling tinggi (x = 88.633), sedangkan karyawan yang mempersepsikan
atasannya rendah pada struktur inisiasi dan konsiderasi memiliki mean skor yang
paling rendah (x = 59.785). implikasi dari penelitian ini berguna bagi pihak
instansi atau perusahaan dan pemimpin, yakni instansi atau perusahan dapat
memberikan pelatihan atau mengarahkan pemimpin-pemimpinnya untuk
(29)
karyawan dapat meningkat. Sedangkan bagi pemimpin dapat berusaha
menyeimbangkan kedua dimensi gaya kepemimpinan agar dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
2.8. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan
antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2006:47). Menurut Wahjono (2010:96)
kepemimpinan transaksional mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin
dan pengikut tetapi kepemimpinan transformasional lebih mendasarkan pada
pergeseran nilai dan kepercayaan pemimpin, serta kebutuhan pengikutnya.
Luthans dalam Wahjono (2010:96) menyimpulkan bahwa pemimpin
transformasional memiliki karakter antara lain: mengidentifikasi dirinya sebagai
alat perubahan, berani, mempercayai orang, motor penggerak nilai, pembelajar
sepanjang masa, memiliki kemampuan menghadapi kompleksitas, ambiguitas dan
ketidakpastian serta visioner. Sedangkan pemimpin transaksional adalah yang
memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan
dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
Robins (2008:90) pemimpin transaksional mengarahkan atau memotivasi
para pengikutnya pada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas
peran dan tugas mereka. Sedangkan pemimpin transformasional menginspirasi
para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi
kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada
(30)
Kepuasan kerja merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber
daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang
dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,
perlakuan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka
menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa yang diberikan walaupun balas jasa itu penting,
Hasibuan (2000:199).
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian
ini sebagai berikut :
≠
Sumber : Situmorang (2010 :41)Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang mencerminkan
hubungan antar variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis yang
berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut ”Ada perbedaan kepuasan kerja karyawan jika ditinjau dari Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional pada PT. Fantasi Utama
Nusantara, Hillpark Sibolangit”
Kepuasan Kerja Karyawan dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepuasan Kerja Karyawan dengan Gaya Kepemimpinan Transaksional
(31)
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Jenis penelitian adalah penelitian
asosiatif kausal yaitu : penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh dua
variabel atau lebih.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit,
Jalan Letjen Jamin Ginting Km. 45, Sibolangit, Deliserdang. Penelitian dilakukan
dari Juli 2011 hingga Januari 2012.
3.3. Batasan Operasional
Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan
mendalam. Agar penelitian data dilakukan secara terfokus maka tidak semua
masalah diteliti. Untuk itu diperlukan batasan variabel yang akan diteliti serta
hubungan antara satu variabel yang lain. Penelitian ini hanya dibatasi pada
bagaimana keterkaitan antara kepuasan kerja karyawan dengan gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional, dengan responden penelitian
(32)
3.4. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan variabel – variabel
yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Definisi
variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
a. Variabel X1: Kepemimpinan Transformasional
Luthans (2006:653) menyatakan gaya kepemimpinan transformasional
meliputi; charisma, insprirational motivation, intellectual stimulation,
individualized consideration. (1) charisma, pemimpin menunjukkan
pengembangan rasa percaya dan hormat kepada bawahan, (2) Inspirational
motivation, pemimpin menciptakan dan menjaga semangat kerja bawahan. (3)
Intellectual stimulation, pemimpin memandang masalah dari sebuah
persepektif yang baru (4) Individualized consideration, pemimpin memberikan
perhatian khusus terhadap kebutuhan individu.
b. Variabel X2: Kepemimpinan Transaksional
Dua komponen utama dari gaya kepemipinan transaksional adalah contingent
reward dan management by exception. Contingent reward, adalah suatu situasi
dimana pemimpin menjanjikan imbalan apabila bawahan dapat melaksanakan
diperintahkannnya. Sedangkan management by exception adalah dimana
seorang pemimpin memantau kesalahan yang dilakukan bawahan dan
melakukan perbaikan.
c. Variabel Y : Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang akan kesukaan atau
(33)
dihadapi di lingkungan kerjanya. Untuk mengukur kepuasan kerja digunakan
lima alat ukur yang dikembangkan smith, Kendall dan Hulin (Munandar,
2004:73) yaitu: pekerjaan, imbalan, kesempatan promosi, supervisi dan rekan
sekerja. (1) Pekerjaan, dimana hal ini terjadi bila pekerjaan tersebut
memberikan kesempatan individu untuk belajar sesuai dengan minat serta
kesempatan untuk bertanggung jawab, (2) Imbalan, dimana sejumlah uang gaji
yang diterima sesuai dengan beban kerjanya dan seimbang dengan karyawan
lain pada organisasi tersebut, (3) Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk
meningkatkan posisi pada struktur organisasi, (4) Supervisi, bergantung pada
kemampuan atasannya untuk memberikan bantuan teknis dalam memotivasi,
(5) Rekan sekerja yaitu berupa seberapa besar rekan sekerja memberikan
bantuan teknis dan dorongan sosial.
Berikut ini dapat dilihat Tabel 3.1 yang menunjukkan defenisi operasional
variabel.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Definisi
Variabel
Dimensi Indikator Skala
Kepemimpinan Transformasional
(X1)
Gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin cenderung untuk memberikan motivasi kepada bawahan untuk bekerja lebih baik serta menitikberatkan
a. Charisma
b. Inspirational motivation
c. Intellectual stimulation
1. Rasa percaya 2. Rasa bangga
3. Memberi motivasi 4. Memberi semangat kerja 5. Memberi dorongan 6. Memberi ide
(34)
pada perilaku untuk membantu transformasi antara individu dengan organisasi.
d. Individualized Consideration 7. Penalaran dan percaya diri 8. Memberi perhatian 9. Memberi penghargaan Kepemimpinan Transaksional
(X2)
Gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada interaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. a. Contingent reward b. Management by exception
1. Memberi pedoman kerja. 2. Memberi
perintah. 3. Memberi
imbalan. 4. Membatasi
ruang gerak. 5. Memantau
kesalahan. 6. Melakukan
tindakan perbaikan.
Likert
Kepuasan Kerja (Y)
Perasaan seseorang akan kesukaan atau ketidaksukaann ya dalam memandang pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
a. Pekerjaan
b. Imbalan
c. Kesempatan Promosi 1. Jenis Pekerjaan. 2. Pekerjaan sesuai kemampuan. 3. Gaji sesuai
beban kerja. 4. Gaji sama
dengan karyawan lain yang beban kerjanya sama. 5. Memberi kesempatan maju dalam karir. 6. Promosi karyawan Likert
(35)
d. Supervisi
e. Rekan kerja
ditangani secara adil. 7. Pimpinan
memberi motivasi. 8. Pengawasan
dari atasan. 9. Hubungan
dengan rekan kerja. 10. Saling
Keterbukaan dan
kerjasama.
Sumber : Luthans (2006:653) dan Munandar (2004:73), data diolah.
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan Skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur
sifat, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono 2005:104). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian
memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan
skala 1 sampai 5 dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
(36)
3.6. Populasi dan Sampel 3.6.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada bagian operasional PT.
Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit yang berjumlah 77 orang.
3.6.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Penelitian ini menggunakan penarikan sampel dengan metode sampling
jenuh (sensus), yaitu dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
karena jumlah populasinya relatif kecil (Sugiyono, 2008:78), dengan demikian
sampel yang diambil adalah keseluruhan dari jumlah karyawan bagian operasional
yang bekerja di PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit yaitu berjumlah
77 orang.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah melakukan Tanya jawab secara langsung dengan karyawan
untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan gaya
kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan transaksional dan
(37)
Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebar
sejumlah daftar pernyataan kepada responden.
c. Studi Dokumentasi
Dilakukan dengan meneliti dokumen – dokumen dan bahan tulisan dari
perusahaan serta sumber-sumber lain yang berhubungan.
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah bisa didapatkan jika
rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan yang matang
mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang digunakan juga harus dalam kondisi yang
baik pula, oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian dilakukan, alat-alat
yang digunakan diuji terlebih dahulu. Hal ini bertujuan, supaya data yang
diperoleh valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesalahan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin
diukur serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, oleh karena itu uji validitas
dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian merupakan
data yang valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut.
Uji validitas dilakukan terhadap 30 orang karyawan diluar sampel yaitu di
Mickey Holiday bagian operasional. Pengujian validitas dilakukan dengan
(38)
b) Jika r-hitung < r-tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
1. Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transformasional Tabel 3.3
Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transformasional
No. Pernyataan Corrected
Item Total Correlation
r-tabel Keterangan
1. Pimpinan memberi kepercayaan kepada saya dalam bekerja.
0,495 0,361 Valid
2. Pimpinan membuat saya merasa bangga menjadi rekan kerjanya.
0,413 0,361 Valid
3. Pimpinan selalu
memotivasi saya dalam bekerja.
0,523 0,361 Valid
4. Pimpinan mampu menciptakan semangat saya dalam bekerja.
0,526 0,361 Valid
5. Pimpinan mendorong saya untuk mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugas.
0,648 0,361 Valid
6. Ide-ide pimpinan menjadikan saya memikirkan kembali beberapa ide saya, yang saya pikir sudah
sempurna.
0,622 0,361 Valid
7. Pimpinan menghendaki saya menggunakan penalaran dan
kepercayaan diri dalam memecahkan masalah.
0,434 0,361 Valid
8. Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada saya.
0,381 0,361 Valid
9. Pimpinan memberikan penghargaan jika saya bekerja dengan baik.
(39)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada Tabel 3.3 terhadap 9 variabel
pertanyaan yang diberikan kepada 30 orang responden menunjukkan semua butir
pertanyaan variabel Kepemimpinan Transformasional memiliki nilai Corrected
Item Total Correlation yang lebih besar dari nilai r-tabel. Dengan demikian
semua butir pertanyaan dinyatakan valid.
2. Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transaksional Tabel 3.4
Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transaksional
No. Pernyataan Corrected
Item Total Correlation
r-tabel Keterangan
1. Pimpinan saya
memberikan pedoman kerja kepada saya untuk melakukan pekerjaan.
0,376 0,361 Valid
2. Pimpinan saya sering memberi perintah kepada saya untuk melakukan suatu pekerjaan.
0,459 0,361 Valid
3. Pimpinan saya selalu menjanjikan imbalan jika saya mampu
melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik.
0,500 0,361 Valid
4. Pimpinan membatasi ruang gerak saya dalam bekerja.
0,644 0,361 Valid
5. Pimpinan saya selalu memantau kesalahan yang saya lakukan dalam bekerja.
0,435 0,361 Valid
6. Pimpinan saya melakukan tindakan perbaikan atas kesalahan yang saya lakukan.
0,460 0,361 Valid
(40)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada Tabel 3.4 terhadap 6 variabel
pertanyaan yang diberikan kepada 30 orang responden menunjukkan semua butir
pertanyaan variabel Kepemimpinan Transaksional memiliki nilai Corrected Item
Total Correlation yang lebih besar dari nilai r-tabel. Dengan demikian semua
butir pertanyaan dinyatakan valid.
3. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Tabel 3.5
Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja
No. Pernyataan Corrected Item
Total Correlation
r-tabel Keterangan
1. Pekerjaan yang saya terima di
perusahaan ini cukup menarik.
0,534 0,361 Valid
2. Pekerjaan yang saya terima di
perusahaan ini sesuai dengan kemampuan saya.
0,703 0,361 Valid
3. Gaji yang saya terima di perusahaan ini sesuai dengan beban kerja yang saya lakukan.
0,684 0,361 Valid
4. Gaji yang saya terima di perusahaan ini sama dengan karyawan lain dengan beban kerja yang sama.
0,615 0,361 Valid
5. Perusahaan tempat saya bekerja
memberi kesempatan yang luas bagi karyawan yang ingin maju dalam karir.
0,447 0,361 Valid
6. Keputusan perusahaan dalam promosi karyawan ditangani secara adil.
0,450 0,361 Valid
7. Atasan saya selalu memotivasi saya untuk bekerja lebih baik.
0,396 0,361 Valid
8. Pengawasan dari atasan bagi saya merupakan hal yang sangat diperlukan.
0,468 0,361 Valid
9. Hubungan saya dengan rekan-rekan kerja dalam perusahaan ini dapat dikatakan baik.
0,654 0,361 Valid
10. Diantara sesama karyawan di
perusahaan ini ada saling keterbukaan dan kerjasama.
0,529 0,361 Valid
(41)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada Tabel 3.5 terhadap 10 variabel
pertanyaan yang diberikan kepada 30 orang responden menunjukkan semua butir
pertanyaan variabel Kepuasan Kerja memiliki nilai Corrected Item Total
Correlation yang lebih besar dari nilai r-tabel. Dengan demikian semua butir
pertanyaan dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas bisa diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau
konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel apabila memiliki Cronbach
Alpha>0,60. Uji reliabilitas menggunakan software SPSS 16.0 for windows,
dengan ketentuan apabila R alpha positif > r-table, maka pernyataan adalah
reliabel.
Tabel 3.6 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.905 25
Sumber: Data SPSS 16.0,diolah (2011)
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha bernilai 0.905. menurut
Ghozali (2005) dan Kuncoro (2003), suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 atau nilai Cronbach’s
(42)
3.9. Teknik Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis data dimana data
yang telah diperoleh disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian
diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang
masalah yang dihadapi dan menjelaskan hasil perhitungan.
b. Analisis Perbandingan Rata-rata
Teknik statistik yang digunakan adalah paired sampled t test. Uji ini
digunakan untuk membandingkan dua mean (rata-rata) sampel yang
berpasangan. Sampel yang berpasangan adalah sebuah sampel yang terdiri
dari satu subjek, tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Uji ini
digunakan untuk menguji hipotesis yaitu “ Ada perbedaan kepuasan kerja
karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional
pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit” dimana kriteria
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Ho : μ1 - μ2= 0 Artinya, tidak ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan
transaksional pada PT Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit.
b. Ha : μ1- μ2≠ 0 Artinya, ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan
transaksional pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit.
Kriteria pengambilan keputusan :
(43)
Ha diterima jika t-hitung > t-tabel pada α = 5%
Disamping menggunakan t-hitung dan t-tabel, pengujian hipotesis juga bisa
dilakukan dengan melakukan perbandingan Sig (2-tailed) dengan α dimana jika Sig (2-tailed) lebih kecil dari α maka Ho ditolak.
(44)
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Fantasi Utama Nusantara atau Hillpark Sibolangit berdiri sejak 7 Juni
2008 yang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Ir. Jero Wacik.
Hillpark adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang hiburan keluarga
dimana banyak menawarkan wahana (games) yang sangat menyenangkan dan
menegangkan. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 45 menit dari kota Medan
atau sekitar 45 km dari pusat kota dan berada dekat dengan pegunungan sehingga
menimbulkan suasana yang sejuk dan nyaman. Hillpark dengan menyajikan
konsep theme park 3 tema, antara lain: heritage, lostcity dan toon town.
Kesemuanya dengan suasana yang berbeda-beda dan menampilkan
bangunan-bangunan yang artistik dengan luas area keseluruhan sekitar +
Hillpark menyediakan fasilitas yang membuat pengunjung merasa nyaman
dan tetap bisa merasa senang. Hillpark juga menyediakan lahan parkiran yang
cukup luas dan aman sehingga tidak perlu khawatir meninggalkan kendaraan.
Hillpark juga menyediakan foodcourt (fasilitas pujasera) dengan konsep yang 5 ha. Dengan total
sekitar 24 wahana outdoor ditambah dengan games-games indoor yang dapat
memberikan kepuasan kepada para pengunjung. Hillpark memiliki komitmen
dalam menjalankan perusahaan dan melayani konsumen dengan sebaik-baiknya
(45)
berbeda di dua zona yaitu lostcity dan toontown, yang menawarkan paket-paket
makanan dan minuman yang dapat dipilih sendiri. Hillpark juga menyediakan
sebuah teater yang dapat menampung sekitar seribu orang. Disamping itu tersedia
areal dimana pengunjung dapat berbelanja berupa barang souvenir yang unik dan
cukup menarik yang berlogo hillpark. Hillpark memiliki berbagai mascot yang
menggambarkan semangat, keceriaan dan kegembiraan yaitu moncu, kina, maga
dan hari.
Usaha di bidang pariwisata merupakan usaha yang cukup menjanjikan
karena pada saat ini banyak masyarakat yang mempunyai tingkat kejenuhan yang
tinggi dengan rutinitas sehari-hari. Para pekerja baik di instansi-instansi
pemerintah maupun swasta yang bekerja setiap hari membuat mereka sering
mengalami stress kerja. Hal ini dapat mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal atau kinerja karyawan akan
menurun. Agar hal tersebut tidak terjadi maka dibutuhkan kegiatan seperti liburan
atau out-bond.
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
1. Visi
Visi yang memiliki makna antara lain pokok yang ingin dicapai
perusahaan, yang merupakan target keinginan para stakeholder agar mendapatkan
nilai tambah yang diberikan perusahaan, serta karakteristik pasar yang dilayani
maupun bisnis yang dilakukan. Visi ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
menjadi pusat wisata yang terpadu, terdepan dan terbaik.
(46)
Sebelum menentukan arah perusahaan, sasaran perusahaan dan strategi pokok
maka perlu ditentukan dahulu misi. Misi perusahaan yaitu:
a. Sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi
kebanggaan bangsa.
b. Senantiasa menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik melalui sajian
hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya, dan pengetahuan.
c. Ikut membangun program pemerintah untuk memajukan dunia pariwisata.
3. Tujuan
Memberikan kualitas dalam segala pelayanan yaitu memastikan bahwa
semua konsumen dapat merasa nyaman dan senang dengan segala
fasilitas-fasilitas yang disediakan.
4.1.3. Struktur Organisasi
Struktur menggambarkan susunan dengan meletakkan dasar hubungannya
dengan bagian-bagian satu sama lain dalam bentuk (susunan). Struktur
dituangkan berbentuk organisasi sebagai wadahnya. PT. Fantasi Utama
Nusantara, Hillpark Sibolangit sebagai suatu perusahaan yang memiliki struktur
organisasi dalam operasionalnya.
Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap bagian/seksi dapat
menempatkan diri dengan baik sesuai dengan spesialisasi pekerjaan, tanggung
jawab, dan wewenang setiap bagian/divisi.
4.1.4. Susunan Organisasi
(47)
1. Pimpinan
Pimpinan PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit mempunyai tugas
untuk memimpin para bawahannya, mengkoordinir setiap kepala bagian serta
mengkoordinasi kegiatan perusahaan.
2. Manajer Personalia
Mengawasi dan mengatur karyawan baik dalam penggajian, dan memastikan
tersedianya data informasi karyawan yang lengkap.
3. Manajer Keuangan
Perbendaharaan serta akuntansi kantor. Manajer keuangan yang menentukan
biaya yang keluar dengan persetujuan pimpinan. Mengalokasi anggaran serta
realisasi anggaran dan pelaporan agar penggunaan keuangan dapat terkendali
secara efektif dan efisien.
4. Manajer Pemasaran
Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengatasi pelaksanaan kegiatan operasional
serta melakukan pemasaran dan kerja sama dengan staf operasional dan berusaha
untuk melakukan promosi kepada masyarakat, baik dalam bentuk papan reklame,
media cetak dan elektronik dan brosur.
5. Manajer Teknik
Mampu mengkordinir segala kegiatan yang berhubungan dengan masalah teknik
baik di lapangan maupun di kantor. Manajer teknik dalam menjalankan tugasnya
di bantu oleh kepala bagian mesin dan kepala bagian listrik.
(48)
Merencanakan, mengkoordinasi, menyelenggarakan dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan operasional dan pengembangan usaha.
4.2. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data
yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan,
penyusunan, dan penganalisisan data, sehingga dapat diketahui gambaran umum
dari objek yang diteliti. Data utama dalam penelitian ini adalah informasi dari
responden melaui kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden dan
pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
menganalisis masalah penelitian yang dirumuskan.
a. Analisis Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 77 responden, 32 orang (41,6%)
responden laki-laki dan 45 orang (58,4%) responden perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit
karyawannya lebih banyak berjenis kelamin perempuan karena perusahaan ini
bergerak di bidang jasa (pariwisata) dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya
seperti kasir dan sales (SPG), maka dalam hal merekrut karyawan lebih banyak
dibutuhkan perempuan.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
(orang)
Persentase (%)
Perempuan 45 58,4
Laki-laki 32 41,6
(49)
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan Tabel 4.2 rata-rata lamanya karyawan bekerja adalah 1 tahun
yaitu 35 orang (45,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pada PT. Fantasi Utama,
Hillpark Sibolangit karyawannya lebih banyak bekerja selama 1 tahun. Hal ini
disebabkan oleh karena perusahaan ini termasuk perusahaan yang baru berdiri
yaitu 3 tahun.
Tabel 4.2
Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja Masa Kerja
(Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1 35 45,5
2 20 25,9
3 22 28,6
Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2011)
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat tingkat pendidikan pada karyawan yang
terdiri dari 3 jenjang pendidikan yaitu SLTA,D3 dan S1. Tingkat pendidikan
yang paling dominan adalah SLTA sebanyak 45 orang (58,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa pada PT. Fantasi Utama Nusantara, Hillpark Sibolangit
karyawannya lebih banyak SLTA, hal ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan
(50)
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
D3 27 35
S1 5 6,5
SLTA 45 58,5
Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2011)
d. Karakteristik Berdasarkan Usia
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa karyawan PT. Fantasi Utama
Nusantara, Hillpark Sibolangit yang menjadi responden rata-rata berusia 20-35
tahun. Responden yang paling banyak adalah berusia antara 20-25 tahun
sebanyak 46 orang (59,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pada PT. Fantasi Utama
Nusantara, Hillpark Sibolangit karyawannya lebih banyak berusia antara 20-25
tahun karena usia tersebut merupakan usia produktif dan memiliki semangat kerja
yang tinggi.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
(Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (Orang)
20-25 46 59,7
26-30 23 29,9
31-35 8 10,4
(51)
4.3. Pendapat Responden Terhadap Variabel Penelitian 4.3.1. Distribusi Penilaian Jawaban Responden
Setelah mengetahui karakteristik dari responden penelitian, berikut ini
akan ditampilkan hasil olahan data primer yang merupakan deskriptif penelitian
berdasarkan pendapat responden mengenai Variabel Gaya Kepemmpinan
Transformasional, Variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Variabel
Kepuasan Kerja Karyawan.
a. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan Transformasional Item pernyataan SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total
F % F % F % F % F % F %
P1
(kepercayaan dari
pimpinan)
48 62,3 29 37,7 0 0 0 0 0 0 77 100
P2 (Bangga menjadi rekan kerja pimpinan)
37 48,1 37 48,1 3 3,9 0 0 0 0 77 100
P3
(Pimpinan memberi motivasi kerja)
28 36,4 35 45,5 14 18,2 0 0 0 0 77 100
P4
(Pimpinan memberikan semangat kerja)
20 26 54 70,1 3 3,9 0 0 0 0 77 100
P5
(Pimpinan memberikan
(52)
dorongan) P6
(Pimpinan memberi ide)
16 20,8 48 62,3 13 16,9 0 0 0 0 77 100
P7
(Penalaran dan percaya diri)
42 54,5 25 32,5 10 13 0 0 0 0 77 100
P8
(Pimpinan memberi perhatian pribadi)
20 26 48 62,3 9 11,7 0 0 0 0 77 100
P9
(Pimpinan memberikan penghargaan)
24 31,2 53 68,8 0 0 0 0 0 0 77 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa:
1. Pernyataan pertama “Pimpinan memberi kepercayaan pada saya dalam
bekerja”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 48 responden (62,3%)
dan yang menyatakan setuju sebanyak 29 responden (37,7%).
2. Pernyataan kedua “Pimpinan membuat saya merasa bangga menjadi rekan
kerjanya”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 37 responden
(48,1%), yang menyatakan setuju sebanyak 37 responden (48,1%) dan
yang menyatakan kurang setuju sebanyak 3 responden (3,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 3 responden (3,9%) yang menganggap
bahwa pimpinan tidak membuat karyawan tersebut merasa bangga
menjadi rekan sekerjanya.
3. Pernyataan ketiga “Pimpinan selalu memotivasi saya dalam bekerja”, yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 28 responden (36,4%), yang
(53)
kurang setuju sebanyak 14 responden (18,2%). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat 14 responden (18,2%) yang menganggap bahwa pimpinan
tidak selalu memotivasi karyawan tersebut dalam bekerja.
4. Pernyataan keempat “Pimpinan mampu menciptakan semangat kerja
dalam bekerja”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 20 responden
(26%), yang menyatakan setuju sebanyak 54 responden (70,1%) dan yang
menyatakan kurang setuju sebanyak 3 responden (3,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 3 responden (3,9%) yang menganggap
bahwa pimpinan tidak mampu menciptakan semangat kerja dalam bekerja.
5. Pernyataan kelima “Pimpinan mendorong saya untuk mencari cara-cara
kerja baru dalam menyelesaikan tugas”, yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 15 responden (19,5%), yang menyatakan setuju sebanyak 53
responden (68,8%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 9
responden (11,7%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 9 responden
(11,7%) yang menganggap bahwa pimpinan tidak mendorong karyawan
tersebut untuk mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugas.
6. Pernyataan keenam “Ide-ide pimpinan menjadikan saya memikirkan
kembali beberapa ide saya, yang saya pikir sudah sempurna”, yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 16 responden (20,8%), yang
menyatakan setuju sebanyak 48 responden (62,3%), dan yang menyatakan
kurang setuju sebanyak 13 responden (16,9%). Hal ini menunjukkan
(54)
pimpinan tidak tidak menjadikan karyawan tersebut memikirkan kembali
beberapa idenya yang dianggap sudah sempurna.
7. Pernyataan ketujuh “Pimpinan menghendaki saya menggunakan penalaran
dan kepercayaan diri dalam memecahkan masalah”, yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 42 responden (54,5%), yang menyatakan setuju
sebanyak 25 responden (32,5%) dan yang menyatakan kurang setuju
sebanyak 10 responden (13%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 10
responden (13%) yang menganggap bahwa pimpinan tidak menghendaki
karyawan tersebut menggunakan penalaran dan kepercayaan diri dalam
memecahkan masalah.
8. Pernyataan kedelapan “Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada
saya”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 20 responden (26%), yang
menyatakan setuju sebanyak 48 responden (62,3%) dan yang menyatakan
kurang setuju sebanyak 9 responden (11,7%). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat 9 responden (11,7%) yang menganggap bahwa pimpinan tidak
memberikan perhatian pribadi kepada karyawan tersebut.
9. Pernyataan kesembilan “Pimpinan memberikan penghargaan jika saya
bekerja dengan baik”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 24
responden (31,2%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 53 responden
(68,8%).
Dari keseluruhan pernyataan, dapat disimpulkan bahwa pernyataan pertama
(55)
untuk menjawab variabel kepemimpinan transformasional, dapat dilihat dari 48
responden (62,3%) yang menjawab sangat setuju.
b. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 1
Kepuasan kerja 1 adalah kepuasan kerja ketika karyawan dipimpin oleh
pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional. Berikut distribusi
jawaban responden terhadap variabel ini.
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 1 Item pernyataan SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total
F % F % F % F % F % F %
P1 (Jenis pekerjaan)
44 57,1 33 42,9 0 0 0 0 0 0 77 100
P2
(Pekerjaan sesuai dengan kemampuan)
12 15,6 57 74 8 10,4 0 0 0 0 77 100
P3
(Gaji sesuai dengan beban kerja)
15 19,5 62 80,5 0 0 0 0 0 0 77 100
P4 (Gaji sama dengan karyawan lain yang beban kerjanya sama)
5 6,5 29 37,7 43 55,8 0 0 0 0 77 100
P5
(Memberi kesempatan maju dalam karir)
21 27,3 47 61 9 11,7 0 0 0 0 77 100
P6 (Promosi karyawan ditangani
(56)
secara adil) P7
(Pimpinan memberi motivasi)
8 10,4 69 89,6 0 0 0 0 0 0 77 100
P8
(Pengawasan dari atasan)
16 20,8 47 61 14 18,2 0 0 0 0 77 100
P9
(Hubungan dengan rekan kerja
9 11,7 54 70,1 14 18,2 0 0 0 0 77 100
P10 (Saling Keterbukaan dan
Kerjasama
26 33,8 51 66,2 0 0 0 0 0 0 77 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa:
1. Pernyataan pertama “Pekerjaan yang saya terima di perusahaan ini cukup
menarik”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 44 responden (57,1%)
dan yang menyatakan setuju sebanyak 33 responden (42,9%).
2. Pernyataan kedua “Pekerjaan yang saya terima di perusahaan ini sesuai
dengan kemampuan saya”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 12
responden (15,6%), yang menyatakan setuju sebanyak 57 responden
(74%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 8 responden (10,4%).
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 8 responden (10,4%) yang
menganggap bahwa pekerjaan yang mereka terima di perusahaan tersebut
tidak sesuai dengan kemampuannya.
3. Pernyataan ketiga “Gaji yang saya terima di perusahaan ini sesuai dengan
(57)
15 responden (19,5%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 62 responden
(80,5%).
4. Pernyataan keempat “Gaji yang saya terima di perusahaan ini sama dengan
karyawan lain dengan beban kerja yang sama”, yang menyatakan sangat
setuju sebanyak 5 responden (6,5%), yang menyatakan setuju sebanyak 29
responden (37,7%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 43
responden (55,8%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 43 responden
(55,8%) yang menganggap bahwa gaji yang diterima tidak sama dengan
karyawan lain dengan beban kerja yang sama.
5. Pernyataan kelima “Perusahaan tempat saya bekerja memberi kesempatan
yang luas bagi karyawan yang ingin maju dalam karir”, yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 21 responden (27,3%), yang menyatakan setuju
sebanyak 47 responden (61%) dan yang menyatakan kurang setuju
sebanyak 9 responden (11,7%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 9
responden (11,7%) yang menganggap bahwa perusahaan tempat mereka
bekerja tidak memberi kesempatan yang luas bagi karyawan yang ingin
maju dalam karir.
6. Pernyataan keenam “Keputusan perusahaan dalam promosi karyawan
ditangani secara adil”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10
responden (13%), yang menyatakan setuju sebanyak 41 responden
(53,2%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 26 responden
(58)
yang menganggap bahwa keputusan perusahaan dalam promosi karyawan
tidak ditangani secara adil.
7. Pernyataan ketujuh “Atasan saya selalu memotivasi saya untuk bekerja
lebih baik”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 responden (10,4%)
dan yang menyatakan setuju sebanyak 69 responden (89,6%).
8. Pernyataan kedelapan “Pengawasan dari atasan bagi saya merupakan hal
yang sangat diperlukan”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 16
responden (20,8%), yang menyatakan setuju sebanyak 47 responden
(61%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 14 responden
(18,2%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 14 responden (18,2%)
yang menganggap bahwa pengawasan dari atasan bagi mereka bukan
merupakan hal yang sangat diperlukan.
9. Pernyataan kesembilan “Hubungan saya dengan rekan-rekan kerja dalam
perusahaan ini dapat dikatakan baik”, yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 9 responden (11,7%), yang menyatakan setuju sebanyak 54
responden (70,1%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 14
responden (18,2%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 14 responden
(18,2%) yang menganggap bahwa hubungan dengan rekan kerja dalam
perusahaan tersebut tidak baik.
10. Pernyataan kesepuluh “Diantara sesama karyawan di perusahaan ini ada
saling keterbukaan dan kerjasama”, yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 26 responden (33,8%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 51
(59)
Dari keseluruhan pernyataan, dapat disimpulkan bahwa pernyataan pertama
“Pekerjaan yang saya terima di perusahaan ini cukup menarik”, sangat
mendukung untuk menjawab variabel kepuasan kerja 1, dapat dilihat dari 44
responden (57,1%) yang menjawab sangat setuju.
c. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan Transaksional Item pernyataan SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total
F % F % F % F % F % F %
P1
(Pimipinan memberi pedoman kerja)
9 11,7 56 72,7 12 15,6 0 0 0 0 77 100
P2
(Pimpinan memberi perintah)
28 36,4 49 63,6 0 0 0 0 0 0 77 100
P3
(Pimpinan menjanjikan imbalan)
13 16,9 64 83,11 0 0 0 0 0 0 77 100
P4
(Pimpinan membatasi ruang gerak)
23 29,9 54 70,1 0 0 0 0 0 0 77 100
P5
(Pimpinan memantau kesalahan)
24 31,2 53 68,8 0 0 0 0 0 0 77 100
P6
(Pimpinan melakukan perbaikan kesalahan)
(60)
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa:
1. Pernyataan pertama “Pimpinan saya memberikan pedoman kerja kepada
saya untuk melakukan pekerjaan”, yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 9 responden (11,7%), yang menyatakan setuju sebanyak 56
responden (72,7%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 12
responden (15,6%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 12 responden
(15,6%) yang menganggap bahwa pimpinan tidak memberikan pedoman
kerja kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan.
2. Pernyataan kedua “Pimpinan saya sering member perintah kepada saya
untuk melakukan suatu pekerjaan”, yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 28 responden (36,4%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 49
responden (63,3%).
3. Pernyataan ketiga “Pimpinan saya selalu menjanjikan imbalan jika saya
mampu melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik”, yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 13 responden (16,9%) dan yang
menyatakan setuju sebanyak 64 responden (83,1%).
4. Pernyataan keempat “Pimpinan membatasi ruang gerak saya dalam
bekerja”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 23 responden (29,9%)
dan yang menyatakan setuju sebanyak 54 responden (70,1%).
5. Pernyataan kelima “Pimpinan saya selalu memantau kesalahan yang saya
lakukan dalam bekerja”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 24
responden (31,2%) dan yang menyatakan setuju sebanyak 53 responden
(61)
6. Pernyataan keenam “Pimpinan saya melakukan tindakan perbaikan atas
kesalahan yang saya lakukan”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak
19 responden (24,7%), yang menyatakan setuju sebanyak 52 responden
(67,5%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 6 responden
(7,8%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 6 responden (7,8%) yang
menganggap bahwa pimpinan tidak melakukan tindakan perbaikan atas
kesalahan yang dilakukan.
Dari keseluruhan pernyataan, dapat disimpulkan bahwa pernyataan kedua
“Pimpinan saya sering memberi perintah kepada saya untuk melakukan suatu
pekerjaan”, sangat mendukung untuk menjawab variabel kepemimpinan
transaksional, dapat dilihat dari 28 responden (36,4%) yang menjawab sangat
setuju.
d. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 2 Tabel 4.8
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja 2 Item pernyataan SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total
F % F % F % F % F % F %
P1 (Jenis pekerjaan)
31 40,3 41 53,2 5 6,5 0 0 0 0 77 100
P2
(Pekerjaan sesuai dengan kemampuan)
10 13 62 80,5 5 6,5 0 0 0 0 77 100
P3
(Gaji sesuai dengan beban kerja)
10 13 57 74 10 13 0 0 0 0 77 100
P4
(Gaji sama dengan
(62)
karyawan lain yang beban kerjanya sama) P5 (Memberi kesempatan maju dalam karir)
10 13 48 62,3 19 24,7 0 0 0 0 77 100
P6 (Promosi karyawan ditangani secara adil)
13 16,9 57 74 7 9,1 0 0 0 0 77 100
P7
(Pimpinan memberi motivasi)
23 29,9 45 58,4 9 11,7 0 0 0 0 77 100
P8
(Pengawasan dari atasan)
20 26 55 71,4 2 2,6 0 0 0 0 77 100
P9
(Hubungan dengan rekan kerja
11 14,3 53 68,8 13 16,9 0 0 0 0 77 100
P10 (Saling Keterbukaan dan
Kerjasama
21 27,3 45 58,4 11 14,3 0 0 0 0 77 100
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa:
1. Pernyataan pertama “Pekerjaan yang saya terima di perusahaan ini cukup
menarik”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 31 responden (40,3%),
yang menyatakan setuju sebanyak 41 responden (53,2%) dan yang
(63)
menunjukkan bahwa terdapat 5 responden (6,5%) yang menganggap
bahwa pekerjaan yang diterima di perusahaan tersebut tidak menarik.
2. Pernyataan kedua “Pekerjaan yang saya terima di perusahaan ini sesuai
dengan kemampuan saya”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10
responden (13%), yang menyatakan setuju sebanyak 62 responden
(80,5%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 5 responden
(6,5%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 5 responden (6,5%) yang
menganggap bahwa pekerjaan yang mereka terima di perusahaan tidak
sesuai dengan kemampuan.
3. Pernyataan ketiga “Gaji yang saya terima di perusahaan ini sesuai dengan
beban kerja yang saya lakukan”, yang menyatakan sangat setuju sebanyak
10 responden (13%), yang menyatakan setuju sebanyak 57 responden
(74%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 10 responden (13%).
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 10 responden (74%) yang
menganggap bahwa gaji yang diterima di perusahaan tidak sesuai dengan
beban kerja yang dilakukan.
4. Pernyataan keempat “Gaji yang saya terima di perusahaan ini sama dengan
karyawan lain dengan beban kerja yang sama”, yang menyatakan sangat
setuju sebanyak 14 responden (18,2%), yang menyatakan setuju sebanyak
60 responden (77,9%) dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 3
responden (3,9%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 3 responden
(3,9%) yang menganggap bahwa gaji yang diterima di perusahaan ini tidak
(1)
Frekuensi Tabel Pernyataan Gaya Kepemimpinan Transaksional
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 3.00 12 15.6 15.6 15.6
4.00 56 72.7 72.7 88.3
5.00 9 11.7 11.7 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 4.00 49 63.6 63.6 63.6
5.00 28 36.4 36.4 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 4.00 64 83.1 83.1 83.1
5.00 13 16.9 16.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 4.00 54 70.1 70.1 70.1
5.00 23 29.9 29.9 100.0
(2)
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 4.00 53 68.8 68.8 68.8
5.00 24 31.2 31.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 6 7.8 7.8 7.8
4.00 52 67.5 67.5 75.3
5.00 19 24.7 24.7 100.0
Total 77 100.0 100.0
Frekuensi Tabel Pernyataan Kepuasan Kerja_2
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 5 6.5 6.5 6.5
4.00 41 53.2 53.2 59.7
5.00 31 40.3 40.3 100.0
(3)
VAR00002
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 5 6.5 6.5 6.5
4.00 62 80.5 80.5 87.0
5.00 10 13.0 13.0 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 3.00 10 13.0 13.0 13.0
4.00 57 74.0 74.0 87.0
5.00 10 13.0 13.0 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 3 3.9 3.9 3.9
4.00 60 77.9 77.9 81.8
5.00 14 18.2 18.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 3.00 19 24.7 24.7 24.7
4.00 48 62.3 62.3 87.0
5.00 10 13.0 13.0 100.0
(4)
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 7 9.1 9.1 9.1
4.00 57 74.0 74.0 83.1
5.00 13 16.9 16.9 100.0
Total 77 100.0 100.0 VAR00007
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 9 11.7 11.7 11.7
4.00 45 58.4 58.4 70.1
5.00 23 29.9 29.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00008
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.00 2 2.6 2.6 2.6
4.00 55 71.4 71.4 74.0
5.00 20 26.0 26.0 100.0
Total 77 100.0 100.0
VAR00009
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 3.00 13 16.9 16.9 16.9
4.00 53 68.8 68.8 85.7
5.00 11 14.3 14.3 100.0
(5)
VAR00010
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 3.00 11 14.3 14.3 14.3
4.00 45 58.4 58.4 72.7
5.00 21 27.3 27.3 100.0
(6)