45
Piutang Negara Perbankan yaitu kredit macet bank-bank pemerintah seperti Bank Tabungan Negara BTN, Bank Negara Indonesia BNI, Bank Mandiri, Bank
Rakyat Indonesia BRI maupun Bank Pemerintah Daerah misalnya Bank Sumut. Piutang Negara Non Perbankan berupa tagihan dari lembaga atau instansi atau
badan pemerintah selain bank seperti tagihan macet Perusahaan Listrik Negara, Telkom, tuntutan ganti rugi dan lain-lain.
Selain dari kedua jenis piutang tersebut di atas, ada juga piutang negara yang berasal dari pajak masyarakat. Namun hutang pajak masyarakat ini diselesaikan
bukan melalui PUPN melainkan melalui Undang-Undang Penagihan Pajak Negara. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan UU No.49 Prp tahun 1960 bahwa “hutang
pajak tetap merupakan piutang negara, akan tetapi diselesaikan tersendiri dengan Undang-undang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa.
2. Pengertian Piutang Negara Macet
Piutang negara macet adalah piutang yang bersumber dari dana pemerintah dan dana masyarakat yang dikelola oleh Bank-bank Pemerintah. Kemudian termasuk
juga piutang yang berasal dari non bank, seperti tunggakan Telkomsel, tunggakan listrik, tunggakan telepon, perumahan, dan sebagainya yang sifatnya bukan berupa
kredit uang.
26
Dengan demikian dikatakan istilah piutang negara macet karena termasuk kredit dari krediturbank pemerintah maupun bukan berupa kredit atau disebut
26
S. Mantayborbir, Kompilasi Sistem Hukum Pengurusan Piutang dan Lelang Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal. 18.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
46
piutang non bank, contohnya pembayaran jasa telepon, listrik, jasa pelabuhan, tunggakan handphone HP dan iuran perumahan yang macet. Namun berikut ini
dibahas kredit macet yang lebih dominan. Pengertian kredit macet ialah kredit yang telah jatuh tempo, namun belum
dilunasi, dan tunggakan angsuran lebih dari 180 hari.
27
Kemudian dapat dikatakan kredit macet ialah nasabah debitur tidak mampu lagi untuk mengangsur hutang pokok
dan bunganya dari hasil usaha yang dimodalidibiayai dari fasilitas kredit. Sebaliknya suatu kredit dinyatakan sebagai kredit macet karena nasabah
debitur wanprestasi atau ingkar janji atau cedera janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya
pembayaran atas perhitungan bunga maupun hutang pokok. Dengan perkataan lain yang dimaksud dengan kredit macet adalah nasabah debitur tidak dapat
melunasi hutangnya kepada kreditur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian, peraturan atau sebab apapun yang menimbulkan piutang atau tagihan
tersebut sehingga untuk penyelesaiannya lebih lanjut diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang
Negara DJPLNKantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN.
28
Berdasarkan uraian di atas, maka setiap kredit yang macet, sudah barang tentu
ada penyebabnya. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit itu macet adalah sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan fasilitas kredit oleh nasabah debitur
b. Kurangnya pengawasan dan bimbingan dari pihak kreditur kepada nasabah
debitur c.
Gagalnya usaha nasabah debitur atau bangkrut yang diakibatkan persaingan yang tajam, profesionalisme yang kurang dan akibat di luar kemampuan
manusia.
d. Keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan dunia usaha
e. Itikad yang kurang baik dari nasabah debitur
27
Peraturan Bank Indonesia 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif
28
S. Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Op. Cit, hal. 18.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
47
f. Memang kegiatan usaha nasabah debitur tidak mampu lagi untuk membayar
angsuran pokok, angsuran bunga maupun pelunasannya. g.
Terjadinya krisis moneter yang menyebabkan kegiatan usaha nasabah debitur tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
h. Perangkat hukum atau peraturan tidak mendukung pelaku ekonomi
i. Lingkungan yang tidak aman untuk berusaha
j. Kebijakan moneter dan fiskal
k. Nasabah debitur tidak mampu untuk mengelola kredit yang diterimanya atau
kemampuan manajemen nasabah debitur kurang lemah.
29
Dengan demikian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet,
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka penyebabnya sangat multi faktor baik dari faktor intern maupun faktor ekstern yang terjadi.
Dilihat dari faktor kealpaan pihak krediturbank memang ada sebab krediturbank tidak hati-hati atau kurang selektif dalam memberikan kredit dan
nilaiharga barang jaminan terlalu rendah bila dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan. Kemudian pihak krediturbank maupun nasabah debitur kadang-
kadang secara sengaja menimbulkan kredit macet dan hal ini sangat erat kaitannya dengan kolusi pada saat proses kredit.
30
Selain dari pada itu ditambah lagi dengan nasabah debitur yang nakal,
maksudnya nasabah debitur tidak mempunyai itikad yang baik untuk menyelesaikan hutangnya. Hal ini banyak terjadi dan terbukti dengan dieksekusi lelang barang
jaminan hutang, ternyata nasabah debitur tidak mampu untuk melunasi hutangnya. Selanjutnya penyebab terjadinya kredit macet, dan bila dibandingkan antara
krisis moneter dengan kejahatan nasabah debitur, maka lebih banyak disebabkan dari krisis moneter itu sendiri. Krisis moneter sebetulnya lebih banyak disebabkan oleh
kreditur itu sendiri, karena sering memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit 3L Legal Landing Limit kepada kelompok pengusaha tertentu, di
29
Ibid., hal. 18-19.
30
Ibid., hal. 19.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
48
samping itu nasabah debitur tidak mampu mengelola kredit yang diterimanya dan jumlahnya cukup besar.
Kriteria untuk menentukan suatu kredit itu macet, sebenarnya telah diatur di dalam peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia tentang kolektibilitas kredit, yaitu
lancar dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Hal ini baru terjadi apabila nasabah debitur tidak melakukan pembayaran pokok dan angsuran
bunga atau kewajiban lainnya selama lebih kurang 9 bulan. Namun dapat juga dilihat dari segi cara pembayaran hutangnya, demi kelancaran usaha yang dibiayai dengan
kredit itu, dan demi niatkejujuran dari pihak nasabah debitur. Namun demikian, apabila nasabah debitur tidak memenuhi ketentuan yang
telah dibuat dalam perjanjian kredit atau nasabah debitur telah melalaikan janji cedera janji, atau dengan kata lain nasabah debitur tidak melakukan pembayaran
angsuran atas jumlah hutang pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal
12 Nopember 1998, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 46PBI2002 tentang Kualitas Aktiva Produktif.
Kriteria untuk menentukan kredit itu macet adalah terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari 9 bulan, dokumentasi kredit dan atau
pengikatan agunan tidak sempurna. Dengan demikian ukuran untuk menentukan kredit macet adalah berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak antara nasabah debitur dan krediturbank. Karena kesepakatan kedua belah pihak merupakan undang-undang
bagi mereka yang membuat perjanjian dimaksud sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Sedangkan menurut sudut pandang PUPN adalah
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
49
berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960, undang-undang perbankan yang dijabarkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Kualitas
Aktifa Produktif dan perjanjian kredit. D. Dasar Hukum Pengurusan Piutang Negara Macet
Landasan hukum PUPN dan BUPLNDJPLN dalam sistem pengurusan piutang negara adalah Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia
Urusan Piutang Negara. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara, Keputusan Presiden
Nomor 21 Tahun 1991 tentang badan Urusan Piutang dan Lelang Negara, Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen
Keuangan,Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan
Departemen Keuangan, Pasal 4 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960, meyebutkan bahwa PUPN bertugas mengurus piutang negara yang adanya dan
besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi nasabahpenanggung hutang tidak melunasi hutangnya sebagaimana mestinya.
Di dalam Pasal 8 jo Pasal 12 Undang-undang Nomor 49 Prp tahun 1960 yang mengatur tentang instansi-instansi pemerintah dan badan-badan negara yang langsung
dikuasai oleh negara diwajibkandiharuskan untuk menyerahkan piutang-piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum kepada Panitia Urusan Piutang
Negara PUPN.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
50
Untuk menciptakan kepastian hukum di dalam pengurusan piutang negara macet terhadap nasabah debiturpenanggung hutang maka PUPN mengadakan suatu
pernyataan bersama PB dengan nasabah debiturpenanggung hutang, yang memuat pengakuan hutang kepada negara dan syarat-syarat penyelesaiannya. Pernyataan
Bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu putusan hakim dalam memutus suatu perkara perdata yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960. Jika debitur tidak memenuhi panggilan ataupun nasabah debitur penanggung
hutang menolak menandatangani Pernyataan Bersama PB, tanpa alasan yang syah, atau menghilang maka PUPN mengambil tindakan yang tegas dengan menerbitkan
Penetapan Jumlah Piutang Negara PJPN , kemudian penagihan sekaligus dengan Surat Paksa dan landasan tugas operasional dilengkapi dengan hukum acara
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 49 Prp tahun 1960 yang juga memberlakukan ketentuan Pasal 1, 3 dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 23
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan tugasnya.
Jurusita membawa surat paksa untuk diberitahukan kepada nasabah debiturpenanggung hutang penjamin hutang ditempat tinggalnya atau tempat
kediamannya dan dalam hal nasabah debitur yang bersangkutan tidak mempunyai tempat tinggal atau tempat kediaman di Indonesia atau yang bersangkutan telah
menghilang dan tidak diketahui domisilinya, maka surat paksa akan diberitahukan dengan menempelkan salinan surat paksa tersebut pada pintu utama Kantor
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
51
Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN, atau surat paksa tersebut akan disampaikan melaui aparat pemerintah setempat Lurah, Camat dan sebagainya.
Untuk kelancaran sistem pengurusan piutang negara macet maka terhadap nasabah debiturpenanggung hutangpenjamin hutang dilakukan pencegahan untuk
tidak berpergian keluar negeri sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku dicekal. Pencekalan pada akhir – akhir ini sering dilakukan terhadap
nasabah debitur penanggung hutang untuk tidak berpergian keluar negeri apabila jumlah hutangnya diatas Rp. 250.000.000 dan barang jaminan hutang diperkirakan
tidak akan menutupi jumlah hutang dan diduga nasabah debiturpenanggung hutang akan menghilang.
Penyitaan terhadap barang jaminan hutang atau harta kekayaan lainnya milik nasabah debiturpenaggung hutangpenjamin hutang akan dilakukan, apabila
ketentuandalam Surat Paksa tidak dipenuhi yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan eksekusi lelang barang jaminan hutang. Sebelum pelaksanaan eksekusi
lelang terlebih dahulu dapat diumumkan 2 dua kali berselang 15 lima belas hari. Pemgumuman eksekusi lelang pertama bisa dilakukan melalui pengumuman
selebaran dan pengumuman melalui surat kabar harian. Sedangkan pengumuman eksekusi lelang kedua diharuskan untuk melalui surat kabar harian. Barang
jaminan hutang yang akan dieksekusi lelang, ditetapkan harga limit oleh Ketua PUPN Cabang dengan berpedoman pada harga taksasi yang dibuat dan
dirumuskan oleh Tim Taksasi KP2LN, dan terhadap barang jaminan hutang yang akan dilelang tesebut, apabila mempunyai nilai spesifik seperti mesin, pabrik dan
bangunan yang memerlukan keahlian khusus dalam penilaiannya, maka harga limit ditetapkan oleh Ketua PUPN Cabang berdasarkan harga taksasi yang
ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari perusahaan jasa penilai Appraisal.
31
Jika barang jaminan hutang sitaan PUPN setelah 2 dua kali dieksekusi lelang namun tidak mencapai harga limit yang telah ditetapkan atau sama sekali tidak ada
31
S.Mantayborbir, Imam Jauhari,Agus Hari Widodo, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2002, hal.38.selanjutnya disebut
Buku II
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
52
peminat lelang, maka harga limit yang sudah ditetapkan ditinjau ulang dan sesuaikan dengan kondisi barang jaminan hutang dan situasi yang bersangkutan saat itu, atau
KP2LN mengusulkan kepada penyerah piutangkreditur bank untuk membeli barang jaminan hutang tersebut. KP2LN dapat juga mengusulkan kepada nasabah
debiturpenanggung hutangpenjamin hutang untuk mencari pembeli. Nasabah
debiturpenanggung hutang
yang mempunyai jumlah hutang kepada negara sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah atau lebih dan
berdasarkan hasil pemeriksaan KP2LN, nasabah debitur penanggung hutang sebenarnya berkemampuan untuk menyelesaikan hutangnya, namun ia tidak
memperlihatkan itikad baiknya, maka Ketua PUPN Cabang dapat memerintahkan kepada KP2LN agar terhadap nasabah debiturpenanggung hutang yang
bersangkutan dapat disandera atau dipaksa badan. Surat perintah penyanderaan atau paksa badan ini, harus disetujui terlebih dahulu olek Ketua PUPN pusat.
32
Sistem pengurusan piutang negara macet merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan negara, dan merupakan bagian sangat penting dan strategis baik dilihat secara mikro yaitu dari segi Penyerah Piutang PP maupun secara makro yaitu dalam
rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Bagi Penyerah Piutang PP khususnya krediturbank pemerintah tersedianya likuiditas yang cukup
adalah merupakan suatu hal yang sangat penting agar ia dapat melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya dengan baik.
Krediturbank pemerintah sebagai pelaksanapenyelenggara sumber dana bagi pembiayaan pembangunan, maka likuiditas perbankan perlu mendapat prioritas dari
pemerintah untuk menyelesaikan piutang negara macet dimaksud tidak terlepas dari
32
Ibid.,hal.39.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
53
upaya pemerintah untuk terus meningkatkan pengelolaan keuangan negara yang berdaya guna dan berhasil guna.
Sistem pengurusan piutang negara diberikan kepada KP2LN ini adalah sebagai alat bantu pemantauan terhadap pelaksanaan dan permasalahan pengurusan
piutang negara pada KP2LN, oleh karena itu sub sistem ini diperuntukkan bagi manajemen dan ketua PUPN Cabang. Dengan demikian tugas dan wewenang untuk
menarik semua piutang negara macet oleh pemerintah telah diserahkan kepada satu lembagabadan yaitu PUPN dan DJPLNKP2LN.
Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 instansi– instansi pemerintah dan badan–badan negara diharuskandiwajibkan untuk
menyerahkan pengurusan piutang negara kepada PUPN yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum, akan tetapi nasabah debiturpenanggung hutang tidak
melunasi hutangnya sebagaimana mestinya. Adapun sistem yang dilakukan untuk menentukan piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum,
khususnya bagi krediturbank pemerintah adalah : a
Sebelum menyerahkan pengurusan piutang negara macet kepada PUPN dan KP2LN, krediturbank yang bersangkutan sudah harus mengadakan penelitian
atas piutangnya tersebut ; b
Penelitian dimaksud didasarkan pada perjanjian hutang piutang yang dibuat antara bank dan nasabah debiturpenanggung hutang ;
c Perhitungan mengenai jumlah piutang yang diserahkan kepada PUPN harus
memenuhi kriteria piutang atau kredit macet seperti diatur dalam Surat Keputusan
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
54
Direksi Bank Indonesia Nomor : 31 147 KEP DIR tanggal 12 Nopember 1998 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor.
46PBI2002, tanggal 6 September 2002 jo Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Kwalitas Aktiva Produktif
PUPN didalam
menerima penyerahan
piutang negara macet maka kepada kreditur untuk menyerahkan dokumen yang ada kaitannya dengan penyerahan
piutang negara macet gunanya untuk membuktikan secara hukum kepastian adanya dan besarnya piutang negara tersebut.Jika dokumen yang berkaitan dengan
penyerahan piutang negara macet tidak lengkap seperti rekening koran, datadokumen, sehingga hal ini mengakibatkan PUPN mengalami kesulitan untuk
membuktikan adanya dan besarnya piutang yang pasti menurut hukum atau dari hasil penelitian PUPN ternyata piutang negara macet masih dalam keadaan sengketa atau
piutang negara belum dikategorikan sebagai piutang macet, maka PUPN dapat menolak untuk menerima penyerahan pengurusan piutang negara dimaksud. Sistem
pengurusan piutang negara dimaksud dilakukan dengan membuat surat pernyataan bersama antara PUPN dan nasabah debitur untuk menyelesaikannya.
PUPN sebagai lembaga yang menyelesaikan piutang negara macet, dibentuk oleh pemerintah dengan alasan :
a Sengketa itu merupakan piutang negara
b Lembaga peradilan masih belum mampu menyelesaikan piutang negara macet
dengan cepat.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
55
c Untuk mencegah supaya keuangan negara tidak dirugikan.
33
Piutang negara atau hutang kepada negara dimaksudkan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 ialah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada negara atau badan – badan yang baik secara langsung atau tidak langsung, dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
Dalam penjelasan Undang – undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 dinyatakan bahwa pada prinsipnya piutang negara macet pada tingkat pertama diupayakan secara
intern untuk diselesaikan oleh instansi –instansi dan badan yang bersangkutan dan jika tidak berhasil terutama tidak beritikad baik maka instansi tersebut dapat
menyelesaikan dan menyerahkannya pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara.
Didalam keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2001 disebutkan tugas untuk menyelesaikan pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang yang berasal dari
penyelenggaraan tugas PUPN maupun pelaksanaan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dilaksanakan
oleh DJPLN. KP2LN sebagai salah satu unit kantor operasional DJPLN dalam menjalankan ugas pengurusan piutang negara mengacu kepada Keputusan Menteri
Keuangan No. 333KMK 012000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 505KMK. 012000 Jo. Keputusan Menteri Keuang Nomor
300KMK.012002 dan Surat Keputusan Kepala BUPLN Nomor. 38PN2000
33
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, P.T Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal.171
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
56
sebagaimana telah diubah denngan Keputusan Direktor Jenderal Piutang dan Lelang Negara Nomor : Kep. 25PL2002.
Pengurusan piutang negara yang berasal dari instansi–instansi dan badan perbankan berprilaku pada ketentuan peraturan instansibadan yag bersangkutan.
Ketentuan yang diberlakukan terhadap pengurusan piutang negara macet juga merujuk pada beberapa peraturan diantaranya HIRRBg, Undang–undang Nomor 1
tahun 1974 Tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan–peraturan lain yang terkait.
Prinsip sistem pengurusan piutang negara pada PUPN paling lama 1 tahun, jangka waktu lebih dari 1 tahun hanya dapat dipertimbangkan bilamana usaha
debiturpenanggung hutang masih memiliki prospek usaha yang baik dalam menyelesaikan piutang negara. Pertimbangan yang dapat diberikan sehubungan
dengan adanya kesempatan bagi nasabah debitur penanggung hutang mempunyai prospek usaha yang baik untuk menyelesaikan hutang dimaksud perlu mendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Piutang dan Lelang Negara selaku Ketua PUPN pusat. Dalam hal pernyataan bersama PB mengenai besarnya piutang negara tidak
dapat dibuat, PUPN menetapkan jumlah piutang negara yang wajib dilunasi oleh penanggung hutangpenjamin hutang dimaksud.
34
Jadi sebenarnya prinsipnya dalam sistem pengurusan piutang negara macet, PUPN menempuh dua cara, yaitu pertama secara non eksekusi, maksudnya
34
Bambang Setijoprodjo, “Penyelesaian Kredit Bank Pemerintah Dalam Kaitannya Dengan Rahasia Bank”, Pustaka Peradilan Jilid I, Prospek Pembinaan Teknis Yustisial
Mahkamah Agung R.I, Jakarta,1994,hal.172
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
57
penanganan terhadap nasabah debiturpenjamin hutang dapat dilakukan secara persuasif dengan melihat dari segi usahanya apakah nasabah debiturpenanggung
hutang masih mempunyai prospek yang baik, sehingga dapat diharapkan untuk membayar piutang negara. Apabila cara dimaksud tidak dapat dilaksanakan dengan
baik, maka ditempuh cara kedua yaitu pelaksanaan eksekusi lelang terhadap barang jaminan hutang.
1. Sistem Hukum