32
1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang berada di bawah pengampuan
3. Orang-orang perempuan dalam hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan
pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Untuk syarat suatu hal tertentu, berkenaan dengan pokok perjanjian yang menjadi isi daripada perjanjian Pasal 1333 KUH Perdata menyebutkan bahwa “suatu
perjanjian mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu asal saja juga
itu kemudian dapat dihitung atau ditentukan”. Jika tidak dinyatakan sesuatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal,
ataupun jika ada suatu sebab yang lain, daripada yang dinyatakan perjanjiannya, namun demikian adalah sah Pasal 1336 KUH Perdata. Pasal ini merupakan dasar
bagi suatu perjanjian yang tanpa sebab, menjadi perjanjian yang sah adalah sesuatu yang dibolehkan.
2. Asas Hukum Dalam Perjanjian
Dalam hukum perjanjian menurut KUH Perdata terdapat beberapa asas yang berkaitan dengan hukum perjanjian kredit adalah sebagai berikut :
a. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mempunyai arti bahwa mereka yang tunduk dalam perjanjian bebas menentukan hak dan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat.
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
33
Asas ini sejalan dengan sistem terbuka yang dianut dalam hukum perjanjian Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Suatu asas hukum yang berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas
kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi
kontrak. Namun kebebasan tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian, asalkan pemberadaannya
memenuhi syarat, berlaku bagi para pembuatnya, sama seperti perundang- undangan. Pada pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan
menuangkan apa saja dalam isi sebuah kontrak. b.
Asas Bersifat Pelengkap Asas ini mempunyai arti bahwa pasal-pasal yang ada dalam Buku III KUH
Perdata boleh tidak diikuti sepanjang para pihak yang membuat perjanjian menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari
pasal-pasal undang-undang tersebut. Tapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan maka berlakulah ketentuan undang-undang,
dalam arti ketentuan yang diatur dalam perjanjian yang dibuat para pihak akan berlaku terhadap mereka.
c. Asas Konsensualisme
ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA
DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008.
34
Asas konsensualisme terdapat pada Pasal 1320 KUH Perdata, yang mengandung arti adanya “kemauan” will dari para pihak untuk saling
berpartisipasi, berarti ada kemauan untuk saling mengikatkan diri. Sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial dari hukum perjanjian.
Asas ini menentukan adanya perjanjian.
17
d. Asas Kepribadian
Asas ini mempunyai arti bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya, pengecualian diatur dalam pasal 1317 KUH Perdata yaitu
mengenai janji untuk pihak ketiga. Dari uraian tersebut di atas, untuk disebut suatu perjanjian kredit harus
memenuhi unsur-unsur : ada pihak, ada persetujuan antara pihak, ada tujuan yang dicapai, ada prestasi yang akan dilaksanakan, ada bentuk tertentu lisan atau tulisan
dan ada syarat-syarat tertentu seperti untuk akta jual beli oleh PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah.
3. Perjanjian Kredit