Latar Belakang Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum. 3. Syahril Sofyan, S.H.,Sp.N., M.Kn.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan pembangunan ekonomi dalam bidang perbankan menunjukan peningkatan yang pesat. Hal itu dapat dilihat dari semakin besarnya kredit yang disalurkan kepada masyarakat sebagai akibat dari paket kebijaksanaan pemerintah di bidang perbankan. Lapangan kegiatan yang berdasarkan pada bisnis juga tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan perbankan, dimana bank merupakan titik sentral kehidupan bisnis yang membantu pembentukan modal dan produksi mulai dari skala kecil sampai pada skala besar yang lebih dikenal dengan pemberian fasilitas kredit. Di dalam dunia perbankan dikenal adanya suatu yang dilepaskan harus dapat diterima kembali sesuai dengan perjanjian. Perjanjian adalah merupakan perbuatan hukum, perbuatan hukum adalah perbuatan-perbuatan di mana terjadinya atau lenyapnya hukum atau hubungan hukum sebagai akibat yang dikehendaki oleh perbuatan orang atau orang-orang itu. Hubungan hukum dalam perjanjian bukan suatu hubungan yang timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta benda kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan, dengan sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orang tuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dengan perjanjian. Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak yang 1 ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008. 2 lainnya tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak yang satu dengan pihak lain menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberikan hak oleh pihak yang lain untuk menyediakan sesuatu diri yang dibebani dengan kewajiban dalam menunaikan prestasi seperti hubungan hukum dalam jual beli, perjanjian kredit dan sebagainya. Apabila dua orang mengadakan suatu perjanjian, maka bermaksud supaya diantara para pihak itu berlaku suatu perikatan hukum. Dengan demikian di antara para pihak yang terikat satu sama lain karena janji yang telah diperbuat. Dalam praktek sering terjadi bahwa perikatan ini barulah putus kalau janji itu telah dipenuhi. Suatu kredit akan diberikan baru setelah ada suatu kesepakatan tertulis, walaupun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana antara pihak kreditur sebagai pemberi kredit dengan pihak nasabah debitur sebagai penerima kredit. Kesepakatan akan persetujuan tertulis ini sering disebut dengan perjanjian kredit. Perjanjian kredit harus didukung dengan jaminan atau agunan hutang yang memadai, dan dengan adanya jaminan hutang ini merupakan upaya preventif bagi bank dimana apabila nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi dikemudian hari maka bank dapat mengeksekusi jaminanagunan hutang untuk membayar hutang oleh nasabah debitur. Dalam hal eksekusi jaminan hutang terdapat kepada ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. Dasar dari perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di dalam KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa : “Pinjaman meminjam ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008. 3 ialah persetujuan antara pihak yang satu dalam memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu berharap barang-barang yang habis karena pemakaiannya dengan syarat bahwa pihak yang belakang ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan benda yang sama pula. Dalam hubungan hutang piutang, maka kreditur berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang kepada nasabah debitur untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu sedangkan kewajiban nasabah debitur untuk mengembalikan sejumlah uang yang dipinjamkan itu tepat pada waktunya. Hutang yang telah ada itu bisa berupa hutang murni maupun hutang dengan ketentuan waktu. Pada hutang murni hanya disebutkan besarnya hutang dan kalau diperjanjikan juga bunganya, maka segera untuk ditagih. Dalam praktek sering dijumpai setelah perjanjian hutang piutang atau kredit dengan ketentuan waktu, dan dalam hal mana disebutkan juga untuk berapa lama jumlah hutang atau kredit itu diberikan dengan konsekwensi sesuai dengan asas dalam Pasal 1349 KUH Perdata, yang menentukan bahwa dalam perjanjian hutang piutang, ketentuan waktu sangat menentukan terhadap keuntungan nasabah debitur kecuali ditentukan lain krediturbank tidak bisa menagih hutang tersebut sebelum waktu yang ditentukan, sedang debitur bisa sewaktu-waktu dapat melunasinya, dan biasanya dalam perjanjian hutang piutangkredit memang ditetapkan adanya kesempatan nasabah debitur dapat mempercepat pelunasan, baik terhadap hutang pokok, perhitungan bunga dan denda. Kata yang telah diperjanjikan mengingatkan kepada nasabah debitur untuk mengadakan suatu perjanjian hutang piutang. Perjanjian hutang piutang sebagai ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008. 4 bagian dari perjanjian pinjam-meminjam yang merupakan perjanjian riel dan berlaku sesudah ada prestasi yang diperjanjikan, yaitu dengan uang pinjaman akan diserahkan kepada nasabah debitur. Dalam prakteknya perjanjian kredit. Setelah ditandatangani lebih dahulu, baru kemudian pinjaman kredit diserahkan. Hubungan hukum perjanjian dengan sistem pengurusan piutang negara bukanlah suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak yang satu dengan pihak yang lain untuk memperoleh prestasi sedangkan pihak yang lain itupun bersedia untuk dibebani dengan kewajiban dalam menunaikan suatu prestasi. Hukum perjanjian dalam kaitannya dengan pelaksanaan sistem pengurusan piutang negara yaitu : a. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas sesuatu beban Perjanjian cuma-cuma adalah suatu persetujuan yang mana pihak yang satu memberikan keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima prestasi untuk dirinya sendiri. b. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja terhadap lawan janjinya sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak saja. Perjanjian timbal balik adalah suatu perjanjian yang menimbulkan hak- dan kewajiban antara kepada kedua belah pihak dimana hak dan kewajiban tersebut mempunyai hubungan satu sama lain. c. Perjanjian konsensuil dan perjanjian rill Perjanjian konsensuil adalah suatu perjanjian dimana adanya kata sepakat antara yang satu pihak saja sudah cukup untuk menimbulkan suatu perjanjian 1 . 1 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 1994, hal. 19. ADELINA HERNAWATY GULTOM : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENATAAN TERHADAP JAMINAN HUTANG MILIK NASABAH DEBITURPENJAMIN HUTANG DALAM KAITANNYA DENGAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan, 2008. 5 Perkembangan hukum digunakan istilah jaminan karena : 1. telah lazim digunakan dalam bidang Ilmu Hukum dalam hal ini berkaitan dengan penyebutan-penyebutan, seperti hukum jaminan, lembaga jaminan, jaminan kebendaan, jaminan perorangan, hak jaminan, dan sebagainya. 2. telah digunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan tentang lembaga jaminan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia. Sering terjadi dalam pelaksanaan sistem pengurusan piutang negara yaitu apabila KP2LN sedang dan telah melakukan pelelangan atas barang jaminan hutang, maka secara spontan atau tiba-tiba muncul pihak ketiga atau pemilik jaminan hutang langsung membantah dan menggugat debiturnasabah penanggung hutang dengan menyatakan bahwa jaminan, itu bukan milik nasabah debitur atau penanggung hutang.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah Debitur/Penjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara

1 50 155

Hubungan Hukum Kreditur/Bank Pemerintah Dengan PUPN Cabang Sumatera Utara Dan KP2LN Dalam Kaitannya Dengan Pelaksanaan Sistem Pengurusan Piutang Negara (Penelitian Pada KP2LN Medan)

0 40 160

Penundaan Pelaksanaan Eksekusi Lelang Terhadap Barang Jaminan Hutang Milik Nasabah Debitur (Penelitian Pada Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara Medan)

0 34 139

Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Sistem Pengurusan Piutang Negara (Studi Kasus Pada KP2LN Medan)

0 19 139

Kajian Hukum Terhadap Pembatalan Eksekusi Lelang Jaminan Hutang Kebendaan Milik Penanggung Hutang/ Penjamin Hutang Dalam Kaitannya Dengan Pengurusan Piutang Negara (Penelitian Pada KP2LN Medan)

0 24 148

Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan dan Penataan Terhadap Jaminan Hutang Milik Nasabah Debitur/Penjamin Hutang dalam Kaitannya dengan Pengurusan Piutang Negara (Penelitian Pada PUPN dan KP2LN Medan)

1 37 143

Pelaksanaan Surat Paksa Dalam Kaitannya Dengan Pengurusan Piutang Negara (Penelitian pada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Medan)

1 27 148

Kajian Yuridis Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Lelang (Penelitian Pada Kantor Pelayanan dan Piutang Negara Medan)

0 18 145

Pemblokiran Dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah Debitur/Penanggung Hutang Dalam Kaitan Dengan Pengurusan Piutang Negara (Penelitian Pada KP2LN Medan)

0 19 126

Penundaan Pelaksanaan Eksekusi Lelang Terhadap Barang Jaminan Hutang Milik Nasabah Debitur

0 26 5