BAB IV AKIBAT HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN
WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
B. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi
Walaupun kontrak telah dibuat dalam bentuk tertulis dan memuat berbagai ketentuan hak dan kewajiban para pihak, namun tetap saja tidak berjalan sebagaimana
mestinya seperti tidak tepat waktu dalam pelaksanaan pembangunan dan penyelesaian serta tidak memenuhi spesifikasi sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak.
Dalam praktek pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi pada satuan Kerja Perumahan dan Permukiman Wilayah I BRR NAD dalam hal ini Pejabat Pembuat
Komitmen PPK Aceh Besar diketahui bahwa terdapat 20 kontrak Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan PHO memiliki tanggal yang sama dengan FHO.
Dengan demikian disimpulkan bahwa PHO dan FHO khususnya pada kontrak yang dipilih sebagai sampel penelitian tidak berjalan sesuai ketentuan untuk dua puluh
kontrak perumahan, dengan rincian sebagai berikut:
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Tabel 2. Kontrak Pembangunan Perumahan Yang Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku
No Nama Rekanan
No. KontrakJangka Waktu Nilai Kontrak
Rp Realisasi Satuan
1 2 3
4 5
6 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
16. 17.
18. 19.
20. PT. Putra Sinar Desa
CV. Naguna CV. Purnama Mulia
PT.Citra Gunung Mas PT.Bintang BataraSakti
PT. Asiapim Utama PT.Ramaijaya Purnasejati
CV. Pusaka Tani CV. Sultahan Agung
CV. Putera H. Dua CV. Kharyanti
CV. Gaza Konstruksi Fa. Inpecon
PT. Jasa Mandiri CV. Tamita Beuna
PT. Aceh Setia Abadi PT Karia Asri
CV. Seulawah Perkasa
PT. Kalkausar PT. Jasa Adeek
KU.08.08SKS-BRR-P2P6502005 28 Oktober 2005 - 25 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6652005 28 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6992005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6412005 28 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6402005 28 Oktober 2005 -6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6392005 28 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6592005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6612005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6982005 28 Oktober 2005 - 25 Januari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6432005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6452005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6972005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6512005 8 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6372005 8 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6672005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6522005 28 Oktober 2005 - 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6442005 8 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6462005 28 Oktober 2005 - 9 Pebruari 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6382005 28 Oktober 2005 – 6 Maret 2006
KU.08.08SKS-BRR-P2P6582005 28 Oktober - 25 Januari 2006
3.144.422.000,00 1.181.562.000,00
592.214.000,00 1.180.298.000,00
1.495.682.000,00 1.494.070.000,00
1.180.260.000,00 788.140.000,00
394.853.000,00 669.711.000,00
590.945.000,00 472.127.000,00
1.373.992.000,00 1.564.940.000,00
512.116.000,00 1.456.397.000,00
666.752.000,00 670.317.000,00
1.572.264.000,00 1.572.648.000,00
80 30
15 30
38 38
30 20
10 17
15 12
35 40
13 37
17 17
40 40
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Unit Unit
Jumlah 22.573.710.000,00 574
Unit Sumber : Dokumen Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia NAD.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Berdasarkan data tersebut, jelaslah bahwa kondisi ini menyebabkan pengguna jasa keberatan dan merasa dirugikan atas kinerja dari penyedia jasa karena ketentuan
yang dimuat dalam kontrak tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Terhadap hal tersebut tentunya membawa akibat terhadap kedua pihak secara hukum.
65
Dari dua puluh kontrak konstruksi tersebut diatas, maka yang diambil penelaahan terhadap 5 kontrak konstruksi pada Satuan Kerja Perumahan dan
Permukiman Wilayah I Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR NAD dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen PPK Aceh Besar khususnya dalam kaitannya
dengan kontrak pembangunan perumahan bantuan yang didanai BRR NAD dimuat ketentuan sanksi yang dapat diterima para pihak khususnya bagi penyedia jasa yang
tidak dilaksanakan prestasinya. Hal ini tertuang dalam ketentuan sanksi yang dimuat dalam kontrak, yaitu
ketentuan Pasal 18 tentang Sanksi dan denda yang menentukan : 1.
Bilamana progres pekerjaan terlambat lebih dari 30 dari target pekerjaan, maka Pihak Kedua dikenakan sanksi berupa denda keterlambatan sebesar 1
00
satu per mil dari nilai kontrak perhari kalender.
2. Pada saat nilai denda keterlambatan sama atau melebihi nilai jaminan
pelaksanaan, maka kontrak dihentikan dan penyedia jasa dimasukkan dalam daftar hitam rekanan.
65
Juanda DJamal, Juru BicaraHumas BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 19 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
3. Denda dihentikan bilamana Pihak Kedua telah mencapai target prestasi pekerjaan.
4. Denda yang telah dibebankan harus disetorkan ke Kas Negara oleh Pihak Kedua
atau jaminan pelaksanaannya dicairkan atau diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.
Pembangunan 1.710 Unit Rumah Senilai Rp. 1.421.156.578,00 Tidak Sesuai dengan Spesifikasi Kontrak yang Ditetapkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara
uji petik atas kontrak pembangunan rumah baru tipe 36 RSS TA 2005 di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, dan
Kabupaten Aceh Selatan yang dikelola oleh Satuan Kerja Sementara Satker BRR - Pengembangan Perumahan dan Permukiman NAD-Nias ditemukan hal-hal sebagai
berikut: a.
Pembangunan 706 unit rumah di Kota Banda Aceh tidak sesuai dengan spesifikasi kontrak yang ditetapkan senilai Rp. 536.254.432,90;
b. Pembangunan 574 unit rumah di Kabupaten Aceh Besar tidak sesuai dengan
spesifikasi kontrak yang ditetapkan senilai Rp. 779.557.004,87 lihat Tabel; c.
Pembangunan 430 unit rumah di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Selatan tidak sesuai dengan spesifikasi kontrak yang ditetapkan senilai Rp.
105.345.140,55.
66
66
Dokumen Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia NAD.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Hal tersebut tidak sesuai dengan: a. Penjelasan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah Pasal
33 Ayat 2 yang antara lain menyatakan bahwa khusus untuk pekerjaan konstruksi, pembayaran hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak
termasuk bahan-bahan, alat-alat yang di lapangan; b. Syarat-syarat umum dan khusus, syarat-syarat teknis dan gambar bestek yang telah ditetapkan dalam kontrak.
Hal ini terjadi karena : a. Konsultan pengawas dalam melaksanakan tugas tidak mengikuti ketentuan yang berlaku; b. Kontraktor cenderung mencari keuntungan
yang tidak wajar; c. Pengawasan dan pengendalian atasan langsung deputi, direktur secara berjenjang belum berfungsi sebagaimana mestinya; d. Kepala Badan Pelaksana
Bapel Reonstruksi dan Rehabilitasi, Kedeputian Perumahan, Infrastruktur dan Penatagunaan Lahan tidak melakukan pemantauan dan evaluasi serta cenderung tidak
merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bawah lingkup kerjanya. Hal tersebut mengakibatkan adanya kelebihan pembayaran yang merugikan
negara minimal sebesar Rp. 1.421.156.578,00. Pihak Badan Pelaksana Bapel Rekonstruksi dan Rehabilitasi sepakat bahwa Konsultan Pengawas dalam melakukan
tugas belum bekerja atau mengikuti ketentuan yang berlaku sehingga BRR telah melakukan sanksi terhadap PT. Multi Areaconindo Macon bekerja sama dengan PT.
PPA Consultant dan PT. Trapenca Puga Raya sebagai Konsultan Pendamping, Perencana dan Pengawasan terhadap pekerjaan yang dikerjakan kurang optimal dan
tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam kontrak dengan memotong dana 20 dari nilai kontrak dan mengembalikan ke kas negara sebesar Rp.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
27.790.443,00 atas kelebihan pembayaran biaya langsung dan biaya non personil. Pihak ketiga yang tidak beritikad baik kontraktor dan konsultan, agar tidak
diikutsertakan dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi selanjutnya; Mempertanggungjawabkan kekurangan pekerjaan dengan menyetorkan kelebihan
pembayaran ke kas negara sebesar Rp. 1.421.156.578,00; Kepala Badan Pelaksana Bapel Rekonstruksi dan Rehabilitasi menegur secara tertulis deputi yang
bersangkutan dan beserta jajarannya agar meningkatkan pengawasan, pengendalian dan evaluasi agar permasalahan yang sama tidak terulang kembali.
Lanjutan Tabel 3
Lanjutan Tabel 3
Berdasarkan data tersebut, jelaslah bahwa jenis pelanggaran yang dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi pada pelaksanaan proyek pembangunan perumahan
antara lain sebagai berikut: Bahan material agregat kelas C tidak memenuhi syarat gradasi, Terdapatnya kelebihan pembayaran yang tidak sesuai ketentuan, Addendum
kontrak tidak sesuai ketentuan, Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan, Tidak memiliki kemampuan yang memadai. Sedangkan jenis aturan yang dilanggar adalah
1. Keppres 80 Tahun 2003 lampiran I Bab II.D.2.d ; Pasal 35 ayat 2, 3, 4; dan Lampiran I Bab II D.1.k.3; 2. Kontrak SPK awal Pasal 7 ayat 2 dan Pasal 21 ayat
1; 3.Pembuatan addendum kontrak tidak sesuai ketentuan; 4. Tidak memiliki kemampuan yang memadai; 5. Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai
kontrak; 6. Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 17; pasal 11 ayat 1; pasal 35; Pasal 37 ayat 1; Pasal 49 ayat 1 dan 2 7. Kontrak pasal 12 ayat g; Pasal 4 butir
2 dan rincian anggaran biaya. Dari ketentuan sanksi tersebut jelaslah bahwa pada intinya apabila terbukti
bahwa pelaksanaan pekerjaan pembangunan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak yang antara lain meliputi semua ketentuan dasar pelaksanaan teknis
pekerjaan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 Perjanjian tentang Dasar Pelaksanaan Pekerjaan yaitu :
Pekerjaan tersebut dalam Pasal 1 diatas harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua atas dasar referensi-referensi yang bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini, yaitu :
a. Gambar-gambar termasuk gambar-gambar detail. Rencana Kerja dan Syarat-
syarat pekerjaan RKS dengan semua perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasanya.
b. Semua ketentuan-ketentuan dari peraturan administrasi teknis yang tercantum
dalam : 1.
Persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia PUBBI 1982; 2.
Standar umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1986; 3.
Standard Industri Indonesia SII-003-1981; 4.
Standard dan peraturan mengenai pekerjaan utilitas yang berlaku. Misalnya: PUIL, 1987, LMK,. SPLN, PUIPP, DIM, JIS, IEC, VDE, UFPA, UL, 864,
ASTM, SMAGNA, AVMI, PPI dan Peraturan Keselamatan Kerja Daerah setempat;
5. Peraturan Perburuhan Indonesia;
6. Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia;
7. Peraturan Pembangunan Daerah Setempat;
8. NI-Normalisasi Indonesia;
9. PPT GIUG Earthquake Codes;
10. Building-codes untuk wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.
Oleh karena itu, apabila terbukti bahwa pelaksanaan pekerjaan pembangunan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak, maka pihak pengguna jasa dalam
hal ini dapat melakukan : 1.
Pemberian teguran-teguran dan peringatan-peringatan secara tertulis; 2.
Penangguhan pembayaran; 3.
Pemasukan Pihak Kedua ke dalam Daftar Hitam Rekanan dan pengalihan pekerjaan;
4. Pengenaan denda sebesar Rp. 11000 satu perseribu
untuk setiap hari keterlambatan sampai setinggi-tingginya 5 lima perseratus dari Nilai Kontrak.
Selain sanksi dan denda tersebut diatas juga terdapat tanggungjawab pelaku jasa konstruksi baik secara perdata maupun secara pidana; menurut Mariam Darus
Badrulzaman tanggungjawab secara perdata pelaku jasa konstruksi dapat dilihat dari perikatan yang terjadi antara pengguna jasa pemilik proyek dengan penyedia jasa
konsultan atau kontraktor. perikatan yang berbentuk kontrak kerja konstruksi tersebut terkait dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1233, yaitu
bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, dan atau karena undang-undang. sedangkan tanggungjawab secara pidana menurut Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1999 membuka peluang sanksi pidana bagi pelaku jasa konstruksi, khususnya Pasal 41 dan Pasal 43 ayat 1, 2, dan 3. tujuan Undang-undang ini
adalah untuk melindungi masyarakat yang menderita sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sedemikian rupa. pada prinsipnya barangsiapa yang
merencanakan, melaksanakan maupun mengawasi pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi pada saat berlangsungnya pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan setelah bangunan beroperasi, maka akan dikenai sanksi pidana paling lama 5 lima
tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10 sepuluh persen dari nilai kontrak. selain sanksi pidana, para profesional tenaga ahli teknik juga akan dikenai
sanksi administrasi sebagaimana yang diatur Peraturan Pemerintah PP Nomor 28 tahun 2000 Pasal 31,32, dan 33 juncto PP Nomor 30 tahun 2000 Pasal 6 ayat 4.
sanksi pidana dirasakan perlu mengingat bahwa sanksi lain seperti sanksi administrasi bagi pelanggaran norma-norma Hukum Tata Negara dan Tata Usaha Negara, dan
sanksi perdata bagi pelanggaran norma-norma hukum perdata mencukupi untuk mencapai tujuan hukum, yaitu rasa keadilan.
Namun demikian walaupun telah memiliki dasar yang kuat mengenai pengenaan sanksi bagi penyedia jasa yang tidak melaksanakan kewajiban sesuai
kontrak, pihak pengguna jasa tidak sepenuhnya dapat menerapkan ketentuan sanksi tersebut tetapi hanya berbentuk teguran secara lisan saja. Padahal apabila dilihat dari
bentuk pelanggarannya terhadap penyedia jasa telah dapat dikenakan denda atau pemutusan perjanjian. Akan tetapi, mengingat penyedia jasa telah banyak mengalami
kerugian dalam pelaksanaan pembangunan rumah dimaksud penyelesaian tetap diserahkan kepada penyedia jasa disamping mengupayakan untuk membuat
addendum kontrak. Akibat langsung yang dirasakan oleh penyedia jasa adalah tidak
lagi dipercaya untuk melaksanakan proyek lain atau dengan kata lain penyedia jasa dimasukkan dalam daftar hitam rekanan.
78
Berdasarkan uraian di atas terhadap tindakan penyedia jasa yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana yang diperjanjikan berakibat penyedia jasa
bersangkutan akan dikenakan sanksi. Dalam hal ini jelas bahwa akibat tindakan penyedia jasa yang tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian, maka
pengguna jasa dapat mengambil tindakan hukum sesuai ketentuan sedangkan bagi penyedia akan terkena tindakan hukum sesuai perjanjian seperti dimasukkan dalam
daftar hitam rekanan.
B. Upaya Penyelesaian Wanprestasi