Bentuk-bentuk Wanprestasi Dalam Kontrak Kerja Konstruksi

B. Bentuk-bentuk Wanprestasi Dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Suatu perjanjian mempunyai konsekuensi yang dikenakan kepada pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut, guna memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana yang telah diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian mempunyai kekuatan sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian itu. Ada atau tidak adanya akibat hukum dari perjanjian tersebut sangat bergantung pada pelaksanaan prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Pelaksanaan ini tidaklah harus merupakan prestasi yang diwajibkan melainkan dapat hanya berupa dengan menunjukkan itikad yang baik atau kehendak untuk melaksanakan prestasi yang diwajibkan pada saat prestasi tersebut wajib dilaksanakan. Dalam hal salah satu pihak telah melakukan itikad baik tersebut, maka hak- hak dan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian tersebut telah lahir. Maka konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan para pihak, yang terdiri dari : a. Pihak-pihak harus mentaati isi perjanjian yang telah disepakati secara bersama. b. Salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian apabila tidak dapat memperoleh persetujuan dari pihak lainnya kecuali ditentukan dalam perjanjian maupun undang-undang. c. Perjanjian yang telah dibuat dan disepakati itu harus dilaksanakan dengan itikad baik. Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009 Kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada para pihak dapat diartikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib untuk dipenuhi oleh penyedia jasa dalam setiap perikatan. 39 Sehingga ketiada pemenuhan atau kegagalan oleh pihak lainnya dalam perjanjian ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran terhadap perjanjian wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang telah diperjanjikan dalam suatu perjanjian, oleh karena kelalaian salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian. Wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi melalui penunjukan langsung pada proyek pembangunan perumahan di Kabupaten Aceh Besar oleh BRR NAD-NIAS, yaitu : 40 a. Tidak melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya; b. Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana bestek dan spesifikasi yang ada dalam kontrak; c. Mensub-kontrakkan pekerjaan kepada kontraktor lain. 39 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Buana, Bandung, 1993, hal. 17 40 R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1992, Cetakan ke-24, hal. 135. Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009 Wanprestasi diatas menyebabkan pelaksanaan pengerjaan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Besar yang dilakukan oleh kelima penyedia jasa tersebut menjadi terhambat dan tersendat-sendat, sehingga melanggar aturan dalam kontrak konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi. Pada saat penandatanganan kontrak kelima penyedia jasa konstruksi sudah menyepakati hal-hal yang tertulis dalam kontrak, akan tetapi memasuki pada tahap pelaksanaannya hal tersebut tidak dapat dielakkannya, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Tidak tepatnya waktu pengerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam kontrak merupakan faktor kurang telitinya dan kelalaian pihak penyedia jasa sendiri. Gambar rencana bestek dan spesifikasi tidak memenuhi kontrak karena banyak bahan material yang terpasang dari agregat kelas C, sehingga menyebabkan tidak pada waktunya bahan material tersebut menjadi rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Dalam kontrak disebutkan bahwa dalam pelaksanaan pemborongan penyedia jasa kontraktor tidak boleh mensub-kontrakkan kepada kontraktor lain, kecuali dinyatakan secara dalam kontrak dan disetujui oleh pengguna jasa konstruksi, dalam hal ini adalah pihak BRR. Namun demikian pengerjaan proyek tersebut tetap diteruskan atas pertimbangan bahwa biaya yang sudah dikeluarkan sudah cukup besar dan menghindari kerugian oleh penyedia jasa atas modal yang telah dikeluarkan. Langkah yang ditempuh untuk mengatasi ketiga hal tersebut diatas adalah pengguna jasa membuat suatu addendum kontrak baik mengenai biaya maupun waktu pelaksanaannya, Pihak yang lalai dan melakukan wanprestasi dapat digugat di depan hakim. Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009 Tentang wanprestasi ini harus dinyatakan dahulu secara tertulis, yaitu dengan memperingatkan pihak tersebut, bahwa pihak yang lain menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek. Peringatan atau tagihan ini disebut somasi. Cara melakukan somasi ini ditentukan dalam pasal 1238 KUH Perdata. Apabila Penyedia jasa sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya dan ia tidak memenuhi prestasinya, maka pengguna jasa dapat menuntut penyedia jasa untuk : a Pelaksanaan perjanjian; b Ganti rugi; c. Pelaksanaan perjanjian dan ganti rugi; d. Pembatalan persetujuan timbal balik; e. Pembatalan persetujuan timbal balik dan ganti rugi. Berdasarkan ketentuan Pasal 1246 KUH Perdata, ganti rugi terdiri dari dua unsur yaitu : a. Kerugian yang nyata-nyata diderita dan b. Keuntungan yang seharusnya diperoleh. Kedua unsur dicakupi dalam : a. Biaya yaitu segala pengeluaran yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak, misalnya biaya notaris, biaya perjalanan dan lain-lain. Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009 b. Kerugian, yaitu berkurangnya kekayaan pengguna jasa sebagai akibat dari wanprestasi kerugian yang diatur oleh KUH Perdata hanya bersifat materil. Sedangkan yang inmateril tidak diatur. c. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh pengguna jasa jika wanprestasi tidak terjadi. Ganti rugi atas wanprestasi harus memenuhi 2 dua syarat yaitu: a. Kerugian yang dapat diduga atau sepenuhnya diduga pada saat perjanjian dibuat Pasal 1247 KUH Perdata; b. Kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta dari perjanjian pasal 1248 KUH Perdata; Dalam hal ini untuk mengetahui apakah kerugian sebagai akibat langsung wanprestasi atau tidak, terdapat dua teori: a. Teori Conditio Sine Qua Nonn Von Bury Menurut teori ini suatu akibat ditimbulkan oleh berbagai peristiwa yang tidak dapat ditiadakan untuk adanya akibat. berbagai peristiwa tersebut merupakan satu kesatuan yang disebut “sebab”, ajaran ini menganggap setiap syarat adalah sebab. Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009 b. Teori adequate Van Kries Menurut teori ini suatu peristiwa dianggap sebagai akibat dari peristiwa lain, apabila peristiwa yang pertama secara langsung diakibatkan oleh peristiwa yang kedua dan menurut pengalaman dapat diduga akan terjadinya hal tersebut. Terhadap wanprestasi tersebut, penyedia jasa yang gagal melaksanakan kewajibannya tersebut, diberikan hak pembelaan untuk mengajukan alasannya terhadap kegagalannya dalam melaksanakan prestasi tersebut. Ada tiga macam alasan pembelaan yang dapat dipergunakan oleh pihak yang wanprestasi, yaitu: a. Adanya keadaan memaksa force mejeure, yaitu suatu keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia untuk menduga atau menanganinya, sehingga pelaksanaan dari perjanjian atau perikatan itu menjadi hal yang mustahil ataupun jika dapat dilaksanakan, maka pelaksanaannya akan menimbulkan kerugian yang demikian besar dari pihak penyedia jasa. b. Bahwa pengguna jasa sendiri juga belum sepenuhnya melunasi seluruh kewajibannya kepada penyedia jasa exeptio non ademleti contractus. c. Bahwa pengguna jasa telah melepaskan haknya untuk meminta pelaksanaan prestasi tersebut dari penyedia jasa rechtsverwerking. 39

C. Prosedur yang Ditempuh Dalam Melakukan Penunjukan Langsung