Di samping responden di atas, untuk melengkapi data primer ini juga dikumpulkan data melalui wawancara dengan beberapa informan, yaitu:
1. Bidang Pengawasan BRR NAD – NIAS 3 tiga orang;
2. Biro HUMASJuru Bicara BRR NAD-NIAS 2 dua orang;
3. Biro HUMAS dan HUKUM Pemerintah Aceh 1 satu orang;
4. Masyarakat Korban Bencana 3 tiga orang.
6. Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Dokumen yaitu dengan meneliti dokumen-dokumen dan kontrak-
kontrak konstruksi. Dokumen ini merupakan sumber informasi yang penting. 2.
Pengamatan observasi dengan alat-alat check List. Pengamatan ini dipergunakan dengan tujuan untuk menambah kejelasan yang jujur yang jujur
dan seksama atau suatu situasi tertentu sehingga mendapatkan perimbangan sejumlah data yang objektif.
3. Wawancara
36
dengan menggunakan pedoman wawancara interview quide.
37
Alat pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah dokumen dan bahan pustaka serta dari hasil wawancara. Bahan pustaka yang
36
Herman Warsito, Loc. Cit, yang menyatakan wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus
informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara interviewer, responden interview informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara interviewer, responden interview pedoman wawancara dan situasi
wawancara.
37
Ibid, hal. 76, menyatakan pedoman wawancara yang digunakan pewawancara, mengenalkan masalah penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan. Isi
pertanyaan yang peka dan tidak menghambat jalannya wawancara.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
dimaksud terdiri dari bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan
penelitian melalui wawancara diperoleh dengan mewawancarai pihak responden dan informan yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi di lokasi
penelitian dengan menyusun pedoman wawancara.
7. Analisis Data
Analisis data
38
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Sebelum
analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitasnya. Untuk selanjutnya diadakan
pengelompokan terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode kualitatif. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir induktif kepada logika berpikir deduktif yang dimulai dari hal-hal yang khusus untuk selanjutnya
menarik hal-hal yang umum sebagai kesimpulan, dan dipresentasekan dalam bentuk deskriptif.
38
Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal. Hal 76-77, menyatakan terhadap data yang sudah terkumpul dapat dilakukan analisis kualitatif apabila: 1
Data yang terkumpul tidak berupa angka-angka yang dapat dilakukan pengukurannya, 2 Data tersebut sukar diukur dengan angka, 3 Hubungan antara variabel tidak jelas, 4 Sample lebih bersifat non
probabilitas, 5 Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan, 6 penggunaan teori kurang diperlukan bandingkan dengan pendapat Maria S.W. Sumardjono, yang
menyatakan bahwa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali apabila digunakan dengan tepat sepanjang hal itu mungkin keduanya saling menunjang, Lexy
Molcong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Resdakarya, Bandung, hal. 103, Bandingkan juga dengan pendapat Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, hal. 66.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
BAB II BENTUK-BENTUK WANPRESTASI DALAM
PELAKSANAAN KONTRAK KERJA KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG
A. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Konstruksi
Dalam setiap perjanjian atau kontrak yang melibatkan dua pihak pastilah mempunyai hak dan kewajiban. Hak bagi salah satu pihak merupakan
kewajibanprestasi yang harus dilaksanakan oleh pihak lainnya. Demikian pula dalam kontrak kerja konstruksi terdapat dua pihak yaitu pengguna jasa dan pelaksana jasa
konstruksi yang masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana telah diuraikan di atas dan merupakan prestasi yang harus dilaksanakan.
Setelah berlakunya ketentuan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 mengenai hak dan kewajiban dalam kontrak kerja konstruksi secara jelas ditentukan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, kewajiban pengguna jasa dalam hal ini Pasal 15 menentukan :
Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk: a.
Mengumumkan secara luas melalui media masa dan papan pengumuman setiap pekerjaan yang ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau
pelelangan terbatas;
b. Menertibkan dokumen pelelangan umum, pelelangan terbatas, dan
pemilihan langsung secara lengkap, jelas dan benar serta dapat di pahami, yaitu memuat: 1 Petunjuk bagi penawaran; 2 Tata cara pelelangan dan
atau pemilihan mencakup prosedur, persyaratan dan kewenangan; 3 Persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus dan 4
Ketentuan evaluasi.
c. Mengundang semua penyedia jasa yang lulus prakualifikasi untuk
memasukkan penawaran.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
d. Menertibkan dokumen menunjukkan langsung secara lengkap, jelas, dan
benar serta dapat di pahami yang memuat: 1 Tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan 2 Syarat-
syarat kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus.
e. Memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk mengadakan
peninjauan lapangan apabila diperlukan; f.
Memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa; g.
Menetapkan penyedia jasa dan batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang;
h. Mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah
sedangkan bagi penyedia jasa yang menang mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumen pelelangan;
i. Menunjukkan bukti kemampuan membayar;
j. Menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang
ditentukan dalam dokumen lelang; k.
Mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelangan apabila pengguna jasa membatalkan pemilihan penyedia
jasa,dan
l. Memberikan penjelasan tentang resiko pekerjaan termasuk kondisi dan
bahaya yang timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan.
Sedangkan mengenai hak dari pengguna jasa dalam hal pemilihan penyedia jasa ditentukan dalam Pasal 16, yaitu :
Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berhak untuk: a.Memungut biaya penggandaan dokumen pelelangan umum dan pelelangan terbatas dari penyedia
jasa; b. Mencairkan jaminan penawaran dan selanjutnya memiliki uangnya dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi ketentuan pelelangan dan c. Menolak seluruh
penawaran apabila dipandang seluruh penawaran tidak menghasilkan kompetisi yang efektif atau seluruh penawaran tidak cukup tanggap terhadap dokumen pelelangan.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Kewajiban penyedia jasa diatur dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, yang menentukan bahwa :
Penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk :a. Menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja, rencana
usulan biaya tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran keselamatan dan kesehatan kerja, dan peralatan; b. Menyerahkan jaminan penawaran; dan c.
Menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang.
Sedangkan yang menjadi hak penyedia jasa diatur dalam Pasal 18 Peraturan Pemerintah PP Nomor 29 Tahun 2000, bahwa :
Penyedia jasa dalam proses pemilihan berhak untuk : a.Memperoleh penjelasan pekerjaan; b.Melakukan peninjauan lapangan apabila diperlukan;
c.Mengajukan sanggahan terhadap bagi penyedia jasa yang kalah; dan d.Mendapat ganti rugi apabila terjadi pembatalan pemilihan jasa yang tidak sesuai dengan
ketentuan dokumen lelang. Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi juga dijelaskan mengenai tahapan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi adalah perencanaan yang meliputi: pra studi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan umum, dan perencanaan teknik; serta pelaksanaan beserta pengawasannya yang meliputi: pelaksanaan fisik, pengawasan uji coba dan
penyerahan bangunan.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Berdasarkan ketentuan di atas diketahui bahwa sebagaimana layaknya perjanjian selalu melibatkan para pihak yang terkait di dalamnya. Demikian pula
halnya kontrak kerja konstruksi yang merupakan perjanjian timbal balik juga melibatkan para pihak dalam pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan
penyedia jasa. Oleh karena itu, pengaturan hak dan kewajiban pun dilakukan secara timbal balik, dimana yang menjadi hak pengguna jasa menjadi kewajiban penyedia
jasa dan hak penyedia jasa menjadi kewajiban bagi pengguna jasa. Dari penjelasan Pasal 23 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999,
yang menyebutkan bahwa kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan perjanjian pemborongan termasuk kontrak jasa konstruksi, yaitu :
1. Dalam kegiatan penyiapan.
a. Kewajiban pengguna jasa, antara lain :
1 Menyerahkan dokumen lapangan untuk pelaksanaan konstruksi dan
fasilitas sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak jasa konstruksi; dan 2
Membayar uang muka atas penyerahan jaminan uang muka dari pelaksana jasa apabila diperjanjikan.
b. Kewajiban pelaksana jasa, antara lain :
1 Menyampaikan usul rencana kerja dan penanggung jawab pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan pengguna jasa; 2
Memberikan jaminan uang muka kepada pengguna jasa apabila diperjanjikan; dan
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
3 Mengusulkan calon sub pelaksana dan pemasok bahan untuk mendapatkan
persetujuan pengguna jasa. 2.
Dalam Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan a.
Kewajiban pengguna jasa, antara lain : Memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak kerja dan menanggung
semua resiko atas ketidakbenaran permintaan, ketetapan yang dimintanyaditetapkannya yang tertuang dalam kontrak jasa konstruksi.
b. Kewajiban pelaksana jasa, antara lain :
Mempelajari, meneliti perjanjian pengadaan jasa konstruksi dan melaksanakan sepenuhnya semua materi kontrak kerja baik teknik dan
asministrasi serta menanggung resiko akibat kelalaiannya. 3.
Dalam Kegiatan Pengakhiran a.
Kewajiban pengguna jasa, antara lain : Memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan isi kontrak kerja kepada
pelaksana jasa yang telah berhasil mengakhiri dan melaksanakan serah terima teknis dan administrasi sesuai dengan perjanjian pengadaan jasa konstruksi.
b. Kewajiban secara seksama keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakannya
termasuk melakukan pemeliharaan dengan baik sebelum mengajukan serah terima akhir pekerjaan kepada pihak pengguna jasa.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
4. Dalam Perjanjian pengadaan jasa konstruksi
a. Kewajiban pengguna jasa; Membayar pelaksana jasa konstruksi sebagaimana
yang tertera dalam perjanjian pengadaan jasa konstruksi atas pelaksanaan. Penyelesaian dan perbaikan pekerjaan berdasarkan hasil pengukuran dan
harga satuan serta total tetap lumpsum yang tertera dalam daftar kuantitas dan harga, pada waktu dan cara yang telah ditentukan dalam dokumen
perjanjian pengadaan jasa konstruksi atau secara lain berdasarkan ketentuan SPKKontrak memberikan izin masuk untuk pihak pelaksana jasa konstruksi
ke lokasi pekerjaan, penggunaan lahan dan bangunan sebagaimana yang dinyatakan dalam gambar rencana dan atau dokumen lain dalam perjanjian
pengadaan jasa konstruksi. b.
Kewajiban pelaksana jasa; Sesuai dengan ketentuan perjanjian pengadaan jasa konstruksi pihak pelaksana jasa wajib melaksanakan, menyelesaikan,
memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian dan kesungguhan serta menyediakan segala tenaga kerja termasuk pengawasannya bahan-bahan,
peralatan, pengangkutan ke atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta melaksanakan segala sesuatu baik yang bersifat permanen
maupun bersifat sementara yang dipergunakan untuk pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan sebagaimana yang dirinci dalam kontrak jasa
konstruksi.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
B. Bentuk-bentuk Wanprestasi Dalam Kontrak Kerja Konstruksi
Suatu perjanjian mempunyai konsekuensi yang dikenakan kepada pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut, guna memenuhi kewajiban-kewajiban
sebagaimana yang telah diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian mempunyai kekuatan sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian itu.
Ada atau tidak adanya akibat hukum dari perjanjian tersebut sangat bergantung pada pelaksanaan prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian.
Pelaksanaan ini tidaklah harus merupakan prestasi yang diwajibkan melainkan dapat hanya berupa dengan menunjukkan itikad yang baik atau kehendak untuk
melaksanakan prestasi yang diwajibkan pada saat prestasi tersebut wajib dilaksanakan.
Dalam hal salah satu pihak telah melakukan itikad baik tersebut, maka hak- hak dan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian tersebut telah lahir. Maka
konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan para pihak, yang terdiri dari :
a. Pihak-pihak harus mentaati isi perjanjian yang telah disepakati secara
bersama. b.
Salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian apabila tidak dapat memperoleh persetujuan dari pihak lainnya kecuali ditentukan dalam
perjanjian maupun undang-undang. c.
Perjanjian yang telah dibuat dan disepakati itu harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada para pihak dapat diartikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib untuk dipenuhi oleh penyedia jasa dalam
setiap perikatan.
39
Sehingga ketiada pemenuhan atau kegagalan oleh pihak lainnya dalam perjanjian ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran
terhadap perjanjian wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang telah
diperjanjikan dalam suatu perjanjian, oleh karena kelalaian salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian.
Wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi melalui penunjukan langsung pada proyek pembangunan perumahan di Kabupaten Aceh
Besar oleh BRR NAD-NIAS, yaitu :
40
a. Tidak melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya;
b. Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana bestek dan
spesifikasi yang ada dalam kontrak; c.
Mensub-kontrakkan pekerjaan kepada kontraktor lain.
39
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Buana, Bandung, 1993, hal. 17
40
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1992, Cetakan ke-24, hal. 135.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Wanprestasi diatas menyebabkan pelaksanaan pengerjaan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Besar yang dilakukan oleh kelima
penyedia jasa tersebut menjadi terhambat dan tersendat-sendat, sehingga melanggar aturan dalam kontrak konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi.
Pada saat penandatanganan kontrak kelima penyedia jasa konstruksi sudah menyepakati hal-hal yang tertulis dalam kontrak, akan tetapi memasuki pada tahap
pelaksanaannya hal tersebut tidak dapat dielakkannya, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Tidak tepatnya waktu pengerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan
dalam kontrak merupakan faktor kurang telitinya dan kelalaian pihak penyedia jasa sendiri. Gambar rencana bestek dan spesifikasi tidak memenuhi kontrak karena
banyak bahan material yang terpasang dari agregat kelas C, sehingga menyebabkan tidak pada waktunya bahan material tersebut menjadi rusak dan tidak bisa dipakai
lagi. Dalam kontrak disebutkan bahwa dalam pelaksanaan pemborongan penyedia jasa kontraktor tidak boleh mensub-kontrakkan kepada kontraktor lain, kecuali
dinyatakan secara dalam kontrak dan disetujui oleh pengguna jasa konstruksi, dalam hal ini adalah pihak BRR. Namun demikian pengerjaan proyek tersebut tetap
diteruskan atas pertimbangan bahwa biaya yang sudah dikeluarkan sudah cukup besar dan menghindari kerugian oleh penyedia jasa atas modal yang telah dikeluarkan.
Langkah yang ditempuh untuk mengatasi ketiga hal tersebut diatas adalah pengguna jasa membuat suatu addendum kontrak baik mengenai biaya maupun waktu
pelaksanaannya, Pihak yang lalai dan melakukan wanprestasi dapat digugat di depan hakim.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Tentang wanprestasi ini harus dinyatakan dahulu secara tertulis, yaitu dengan memperingatkan pihak tersebut, bahwa pihak yang lain menghendaki pembayaran
seketika atau dalam jangka waktu yang pendek. Peringatan atau tagihan ini disebut somasi. Cara melakukan somasi ini ditentukan dalam pasal 1238 KUH Perdata.
Apabila Penyedia jasa sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya dan ia tidak memenuhi prestasinya, maka pengguna jasa dapat menuntut
penyedia jasa untuk : a
Pelaksanaan perjanjian; b
Ganti rugi; c.
Pelaksanaan perjanjian dan ganti rugi; d.
Pembatalan persetujuan timbal balik; e.
Pembatalan persetujuan timbal balik dan ganti rugi. Berdasarkan ketentuan Pasal 1246 KUH Perdata, ganti rugi terdiri dari dua
unsur yaitu : a.
Kerugian yang nyata-nyata diderita dan b.
Keuntungan yang seharusnya diperoleh. Kedua unsur dicakupi dalam :
a. Biaya yaitu segala pengeluaran yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu
pihak, misalnya biaya notaris, biaya perjalanan dan lain-lain.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
b. Kerugian, yaitu berkurangnya kekayaan pengguna jasa sebagai akibat dari
wanprestasi kerugian yang diatur oleh KUH Perdata hanya bersifat materil. Sedangkan yang inmateril tidak diatur.
c. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh pengguna jasa jika
wanprestasi tidak terjadi. Ganti rugi atas wanprestasi harus memenuhi 2 dua syarat yaitu:
a. Kerugian yang dapat diduga atau sepenuhnya diduga pada saat perjanjian
dibuat Pasal 1247 KUH Perdata; b.
Kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta dari perjanjian pasal 1248 KUH Perdata;
Dalam hal ini untuk mengetahui apakah kerugian sebagai akibat langsung wanprestasi atau tidak, terdapat dua teori:
a. Teori Conditio Sine Qua Nonn Von Bury
Menurut teori ini suatu akibat ditimbulkan oleh berbagai peristiwa yang tidak dapat ditiadakan untuk adanya akibat. berbagai peristiwa tersebut merupakan
satu kesatuan yang disebut “sebab”, ajaran ini menganggap setiap syarat adalah sebab.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
b. Teori adequate Van Kries
Menurut teori ini suatu peristiwa dianggap sebagai akibat dari peristiwa lain, apabila peristiwa yang pertama secara langsung diakibatkan oleh peristiwa
yang kedua dan menurut pengalaman dapat diduga akan terjadinya hal tersebut.
Terhadap wanprestasi tersebut, penyedia jasa yang gagal melaksanakan kewajibannya tersebut, diberikan hak pembelaan untuk mengajukan alasannya
terhadap kegagalannya dalam melaksanakan prestasi tersebut. Ada tiga macam alasan pembelaan yang dapat dipergunakan oleh pihak yang wanprestasi, yaitu:
a. Adanya keadaan memaksa force mejeure, yaitu suatu keadaan yang terjadi
diluar kemampuan manusia untuk menduga atau menanganinya, sehingga pelaksanaan dari perjanjian atau perikatan itu menjadi hal yang mustahil
ataupun jika dapat dilaksanakan, maka pelaksanaannya akan menimbulkan kerugian yang demikian besar dari pihak penyedia jasa.
b. Bahwa pengguna jasa sendiri juga belum sepenuhnya melunasi seluruh
kewajibannya kepada penyedia jasa exeptio non ademleti contractus. c.
Bahwa pengguna jasa telah melepaskan haknya untuk meminta pelaksanaan prestasi tersebut dari penyedia jasa rechtsverwerking.
39
C. Prosedur yang Ditempuh Dalam Melakukan Penunjukan Langsung
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penunjukan langsung merupakan salah satu sistem penetapan pelaksana kontrak kerja konstruksi tanpa melalui tender,
dimana pengguna jasa dapat memilih pelaksana jasa yang dipandang layak dan memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
39
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Lisens, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2001.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Dalam menentukan pelakasana jasa yang akan ditetapkan sebagai pelaksana suatu proyek konstruksi dilakukan oleh panitia pemilihan langsung yang dibentuk
oleh Kepala KantorSatuan Kerja atau Pemimpin Proyek yang beranggotakan 5 orang yang terdiri dari unsur-unsur 1 Perencana pekerjaan, 2 penanggung jawab
keuangan dan 3 Penanggung jawab peralatan dan pemeliharaan. Kesemuanya merupakan orang yang terlibat dalam pelaksanaan pemilihan.
40
Penentuan penyedia jasa melalui pemilihan langsung dilakukan adalah untuk mencari penyedia jasa yang berbobot untuk melaksanakan pembangunan fisik ini,
juga berpedoman pada syarat yang harus dipenuhi oleh pelaksana jasakontraktor yang ingin ikut serta dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut yaitu telah lulus
prakualifikasi sesuai dengan bidang dan klasifikasi yang telah ditentukan dan tidak termasuk daftar hitam rekanan.
41
Syarat-syarat tersebut di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi penyedia jasa sebelum pelelangan pekerjaan dilaksanakan dan ini merupakan seleksi
pendahuluan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini dilaksanakan oleh panitia pelelangan pekerjaan. Sedangkan pada kualifikasi yang dinilai adalah kemampuannya
dalam menangani proyek. Termasuk kemampuan modal yang cukup untuk membiayai pekerjaan selama borongan itu belum diserahterimakan.
40
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 13 Februari 2009.
41
Sarma Marpaung, Staf Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 14 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Adapun prosedur dilakukannya penunjukan langsung penyedia jasa guna pelaksanaan pembangunan rumah bantuan korban bencana tsunami menurutnya
adalah sudah tepat dengan mempertimbangkan keadaan tertentu hal ini diatur di lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dan Peraturan Presiden Nomor
70 Tahun 2005, pada bab I; yaitu : 1.
Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih dimungkinkan untuk mengadakan penunjukan langsung;
2. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan teknologi
baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas; 3.
Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau
4. Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan untuk kepentingan pelayanan
umum dalam hal ini bagi korban bencana, mempunyai risiko kecil, menggunakan teknologi sederhana, dan dilaksanakan penyedia jasa usaha
orang perseorangan dan badan Usaha Kecil.
42
Lebih lanjut dapat dijelaskan pula bahwa pelaksanaan penunjukan penyedia jasapelaksana konstruksi untuk pekerjaan pembangunan rumah bantuan korban
tsunami pada Kepala Satuan Kerja Perumahan dan Permukiman Wilayah I BRR NAD termasuk untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar juga dilakukan dengan cara
penunjukan langsung ini dan dilaksanakan dengan beberapa persyaratan :
42
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara. Tanggal 13 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
1. Diundang sekurang-kurangnya 3 tiga penawar;
2. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tidak perlu pada waktu
yang bersamaan; 3.
Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada lembaga;
4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau
usaha perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.
43
Tata cara pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara penunjukan langsung
terdiri dari: 1.
Undangan, yang dilakukan terhadap tiga penyedia jasa yang memenuhi syarat;
2. Penjelasan, penjelasan ini diberikan menyangkut dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan termasuk dengan memberikan pagu dana yang tersedia untuk pekerjaan yang bersangkutan;
3. Pemasukan penawaran, setelah mendengar penjelasan dan pagu dana yang
tersedia penyedia jasa yang diundang memasukkan penawaran atas pekerjaan dimaksud;
4. Dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; negosiasi ini
dimaksudkan untuk menelaah dan menentukan berbagai spesifikasi yang mungkin dilakukan penggantian guna memudahkan penyedia jasa
melakukan penawaran;
5. Penetapan pemenang, hal ini dilakukan setelah panitia menilai semua
penawaran yang dilakukan oleh penyedia jasa yang diundang.
44
Kesemua kegiatan ini dilakukan dan diikuti oleh kelima penyedia jasa yang menjadi pemenang dalam pelaksanaan proyek pembangunan tersebut dan hal ini
dibenarkan oleh kelima penyedia jasa yang berhasil ditemui.
45
Setelah melalui prosedur penunjukan langsung tersebut, maka dalam penunjukan langsung terhadap
43
Sarma Marpaung, Staf Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, Tanggal 14 Februari 2009.
44
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 13 Februari 2009.
45
Zulkifli Ali, Muzakkir, Muslim Kasim, Najib AR dan Firman Putra, Penyedia Jasa, Wawancara, tanggal 10 – 12 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
kelima penyedia jasa yang dipilih sebagai sampel penelitian diterbitkan Surat Keputusan Kepala Satuan Kerja Perumahan Permukiman Satker Wilayah I BRR
NAD, yaitu : 1.
Surat Keputusan No. KU.08.08SKS-BRR-P2P6432005, jangka waktu pelaksanaan terhitung sejak 28 Oktober 2005 sampai dengan 6 Maret 2006
tentang Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Pembangunan Perumahan Type – 36 berlokasi di Kecamatan Lhoknga Aceh Besar. Didalam Surat Keputusan tersebut
memutuskan bahwa : Pertama : Perusahaan : PT. Aceh Setia Abadi, Untuk Melaksanakan Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Type 36, sebanyak 37 tiga
puluh tujuh, Kecamatan : Lhoknga KabupatenKota : Aceh Besar, Harga : Rp. 1. 456.397.000,- satu milyar empat ratus lima puluh enam juta tiga ratus sembilan
puluh tujuh ribu rupiah Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran : 2005. Kedua : Untuk persiapan penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak dan persiapan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kepada kontraktor yang ditunjuk tersebut diminta untuk penyiapan bahan-bahan: 1.Jaminan pelaksanaan berupa jaminan
Bank atau surrety bond dengan nilai minimal 5 lima persen dari nilai kontrak; 2. Jadwal waktu pelaksanaan schedule pekerjaan; 3. Mengusulkan site manager
beserta struktur pelaksana yang mempunyai wewenang penuh untuk bertindak dan mewakili atas nama perusahaan. Ketiga: Segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaan ini akan diatur dalam Surat Perjanjian Kontrak sesuai ketentuan-ketentuan dalam dokumen lelang pekerjaan tersebut.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
2. Surat Keputusan No.KU.08.08SKS-BRR-P2P6502005, jangka waktu
pelaksanaan terhitung sejak 28 Oktober 2005 sampai dengan 25 Maret 2006 tentang Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Pembangunan Perumahan Type – 36
Lokasi Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. Didalam surat Keputusan tersebut memutuskan bahwa : Pertama : Perusahaan: PT. Putra Sinar Desa
berlokasi di Kecamatan Leupung; Untuk Melaksanakan Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Type 36, sebanyak 80 delapan puluh Unit, Harga :
Rp.3.144.422.000,- tiga Milyar seratus empat puluh empat juta empat ratus dua puluh dua ribu rupiah Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran : 2005. Kedua :
Untuk persiapan penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak dan persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kepda kontraktor yang ditunjuk tersebut
diminta untuk menyiapkan bahan-bahan: 1.Jaminan pelaksanaan berupa jaminan Bank atau surrety bond dengan nilai minimal 5 lima persen dari nilai kontrak;
2. Jadwal waktu pelaksanaan schedule pekerjaan; 3. Mengusulkan site manager beserta struktur pelaksana yang mempunyai wewenang penuh untuk bertindak
dan mewakili atas nama perusahaan. Ketiga: Segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini akan diatur dalam Surat Perjanjian Kontrak sesuai
ketentuan-ketentuan dalam dokumen lelang pekerjaan tersebut. 3.
Surat Keputusan No.KU.08.08SKS-BRR-P2P6432005, jangka waktu pelaksanaan terhitung sejak 28 Oktober 2005 sampai dengan 9 Februari 2006
tentang Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Pembangunan Perumahan Type – 36 berlokasi di Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Didalam surat
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Keputusan tersebut memutuskan bahwa : Pertama : Perusahaan: CV. Putera H – 2 Untuk Melaksanakan Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Type 36, sebanyak 17
Unit Kecamatan : Baitussalam, KabupatenKota : Aceh Besar. Harga : Rp.669.711.000,- enam ratus enam puluh sembilan juta tujuh ratus sebelas ribu
rupiah Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran : 2005. Kedua : Untuk persiapan penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak dan persiapan pelaksanaan pekerjaan
di lapangan, kepda kontraktor yang ditunjuk tersebut diminta untuk menyiapkan bahan-bahan: 1.Jaminan pelaksanaan berupa jaminan Bank atau surrety bond
dengan nilai minimal 5 lima persen dari nilai kontrak; 2. Jadwal waktu pelaksanaan schedule pekerjaan; 3. Mengusulkan site manager beserta struktur
pelaksana yang mempunyai wewenang penuh untuk bertindak dan mewakili atas nama perusahaan. Ketiga : Segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini
akan diatur dalam Surat Perjanjian Kontrak sesuai ketentuan-ketentuan dalam dokumen lelang pekerjaan tersebut.
4. Surat Keputusan No.KU.08.08SKS-BRR-P2P6372005, jangka waktu
pelaksanaan terhitung sejak 28 Oktober 2005 sampai dengan 6 Maret 2006 tentang Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Pembangunan Perumahan Type – 36
sebanyak 40 empat puluh Unit, Lokasi Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar. Didalam surat Keputusan tersebut memutuskan bahwa : Pertama :
Perusahaan: PT. Jasa Mandiri. Untuk Melaksanakan Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Type 36, sebanyak 40 Unit Kecamatan: Baitussalam, KabupatenKota
: Aceh Besar. Harga : Rp. 1.564.940.000,- satu milyar lima ratus enam puluh
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
empat juta sembilan ratus empat puluh ribu rupiah Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran : 2005. Kedua : Untuk persiapan penandatanganan Surat Perjanjian
Kontrak dan persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kepeda kontraktor yang ditunjuk tersebut diminta untuk menyiapkan bahan-bahan: 1.Jaminan
pelaksanaan berupa jaminan Bank atau surrety bond dengan nilai minimal 5 lima persen dari nilai kontrak; 2. Jadwal waktu pelaksanaan schedule
pekerjaan; 3. Mengusulkan site manager beserta struktur pelaksana yang mempunyai wewenang penuh untuk bertindak dan mewakili atas nama
perusahaan. Ketiga : Segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini akan diatur dalam Surat Perjanjian Kontrak sesuai ketentuan-ketentuan dalam
dokumen lelang pekerjaan tersebut. 5.
Surat Keputusan No. KU.08.08SKS-BRR-P2P6582005, jangka waktu pelaksanaan terhitung sejak 28 Oktober 2005 sampai dengan 25 Januari 2006
tentang Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Pembangunan Perumahan Type – 36 berlokasi di Kecamatan Peukan Bada Aceh Besar. Didalam Surat Keputusan
tersebut memutuskan bahwa : Pertama : Perusahaan : PT. Jasa Adek, Untuk Melaksanakan Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Type 36, sebanyak 40
empat puluh tujuh Unit, Kecamatan : Peukan Bada KabupatenKota : Aceh Besar, Harga : Rp. 1. 572.648.000,- satu milyar lima ratus tujuh puluh dua juta
enam ratus empat puluh delapan ribu rupiah Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran : 2005. Kedua : Untuk persiapan penandatanganan Surat Perjanjian
Kontrak dan persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kepada kontraktor
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
yang ditunjuk tersebut diminta untuk penyiapan bahan-bahan: 1.Jaminan pelaksanaan berupa jaminan Bank atau surrety bond dengan nilai minimal 5
lima persen dari nilai kontrak; 2. Jadwal waktu pelaksanaan schedule pekerjaan; 3. Mengusulkan site manager beserta struktur pelaksana yang
mempunyai wewenang penuh untuk bertindak dan mewakili atas nama perusahaan. Ketiga: Segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini akan
diatur dalam Surat Perjanjian Kontrak sesuai ketentuan-ketentuan dalam dokumen lelang pekerjaan tersebut.
Setelah penunjukan langsung perjanjian pelaksanaan pekerjaan konstruksi juga dibuat dalam bentuk kontrak yang berisi perjanjian pemborongan seperti pada
kontrak konstruksi melalui pelelangan umum maupun pelelangan terbatas. Di dalam kontrak dimaksud juga ikut diperjanjikan hal-hal yang menjadi kewajiban
penyediapelaksana jasa konstruksi dalam masa pelaksanaan dan pemeliharaan bangunan kecuali dalam hal tertentu.
Kelima kontrak kerja konstruksi diatas merupakan kontrak lumpsump dan harga satuan dan bersifat tetap kecuali adanya perubahan pekerjaansyarat atau
pekerjaan tambah kurang atas perintah tertulis pihak pengguna jasa. Hal ini secara jelas disebutkan dalam Pasal 8 Surat Perjanjian. Karena kontrak ini bersifat lump
sump dan harga satuan nilai kontrak sebagaimana dimaksud bersifat tetap dan tidak dapat diadakan amandemen pertahapan kecuali ada perintah dari pengguna jasa.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Kelima proyek di atas merupakan proyek yang dilakukan dengan cara penunjukan langsung sesuai dengan ketentuan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2007 dengan membandingkan tiga pelaksana jasa yang lulus prakualifikasi. Kelima pelaksana jasa
telah menyetujui dan menyatakan sanggup dan bersedia menggunakan harga satuan negosiasi langsung. Penunjukan langsung ini dilaksanakan karena nilai kontraknya
kecil.
46
Dalam proses penunjukan langsung pelaksana jasa konstruksi yang ditunjuk belum tentu memenuhi klasifikasi yang baik, karena prosesnya tidak melalui
pelelangan terbuka yang biasanya menyaring pelaksana jasa konstruksi yang punya klasifikasi yang baik. Dalam penunjukan langsung kemungkinan tidak terlaksananya
kontrak sesuai dengan perjanjian sangat mungkin terjadi karena pelaksana jasa konstruksi yang ditunjuk langsung tersebut bisa jadi tidak memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam Pasal 17 ayat 5 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barangJasa Pemerintah disebutkan bahwa dalam keadaan khusus pemilihan penyedia barangjasa dapat dilakukan dengan cara
penunjukan langsung terhadap 1 satu penyedia barangjasa. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan cara melakukan negosiasi
46
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 13 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan hasil penelaahan pada kelima kontrak kerja konstruksi di atas diketahui bahwa penyediapelaksana jasa konstruksi diwajibkan menyelesaikan
pekerjaannya dalam jangka waktu 90 dan 120 hari Kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja SPMK dan berakhir sampai dengan tanggal serah terima
pertama pekerjaan PHO Pasal 9 1 Surat Perjanjian. Jangka waktu 90 hari kalender dimaksud adalah lamanya pelaksanaan proyek oleh pelaksana jasa
konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembangunan rumah
bantuan yang dilakukan oleh kelima pelaksana jasa konstruksi. Tidak berjalan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari adanya pelanggaran yang dilakukan khususnya
dalam pemenuhan kewajiban untuk membangun perumahan sesuai dengan spesifikasi teknis yang disepakati dan kewajiban lain yang dibebankan dalam kontrak dan jangka
waktu penyelesaian. Kondisi ini mengakibatkan sebagian bangunan mengalami keterlambatan atau tidak sesuai spesifikasi dan penggunaan bahan serta proses
pekerjaannya di lapangan tidak selesai tepat pada waktu serah terima pertama, yaitu tidak selesai dalam jangka waktu 90 dan 120 hari sesuai dengan ketentuan Pasal 9
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Perjanjian karena kedua proyek tersebut telah berjalan lebih dari enam bulan sehingga menimbulkan permasalahan juga pada masa pemeliharaan.
47
Menurut Deputi Pengawasan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR NAD-NIAS, pelanggaran yang dilakukan oleh kelima pelaksana jasa konstruksi
tersebut merupakan pelanggaran dari kontrak khususnya mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan. Pihak pelaksana konstruksi terkesan tidak memperhatikan
lagi kondisi dan situasi lapangan yang disebabkan faktor kejar target sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sering kali tidak memperhatikan proses dan
kualitas dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kajian lapangan oleh Staf Pengawasan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR Nad-Nias, dimana
ditemukan bahwa pelaksanaan pembangunan konstruksi perumahan oleh kelima pelaksana jasa konstruksi tidak maksimal dan tidak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam perencanaan dan telah ditentukan dalam kontrak.
48
Menanggapi hal tersebut kelima pelaksana jasa konstruksi menjelaskan bahwa ketidakmampuan pihaknya menyelesaikan proyek pembangunan dan memenuhi
spesifikasi adalah diakibatkan pihaknya tidak mampu menyediakan bahan sesuai dengan harga yang ditentukan dalam kontrak, sehingga untuk mengejar target
penyelesaiannya pihak perusahaan harus berhemat agar tidak mengalami kerugian yang besar akibat tidak tersedianya bahan dan harga material yang jauh lebih tinggi
47
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, wawancara, tanggal 13 Februari 2009.
48
Ramli Ibrahim, Deputi Pengawasan BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 16 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
dari nilai sebelumnya yang ditentukan dalam Rencana Anggaran Biaya. Padahal kontrak yang disepakati adalah lump sump contract dengan harga satuan yang bersifat
tetap sehingga dalam pelaksanaannya tidak dapat dirubah walaupun ada kenaikan harga material.
49
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa apabila ditinjau dari pelaksanaan prosedur penunjukan langsung terhadap penyedia jasa yang menjadi pelaksana
proyek pembangunan perumahan bantuan yang didanai oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR NAD tersebut sebenarnya telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, hanya saja akibat kurang jelinya panitia pelaksana dalam menilai penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya Wanprestasi karena kemampuan finansial
penyedia jasa yang terbatas, dimana modal terbatas yang hanya berharap dari uang muka proyek yang dikerjakannya dan kemampuan tenaga kerja yang harus
didatangkan dari luar daerah.
D. Kedudukan dan Eksistensi dari Sub Kontraktor dalam Perjanjian
Pemborongan dan Konstruksi
Seringkali terjadi setelah ditunjukkan pihak kontraktor, maka kontraktor tersebut selanjutnya akan menunjuk pihak sub kontraktor untuk disubkan pekerjaan-
pekerjaan yang timbul dari kontrak tersebut.
49
Zulkifli Ali, Muzakkir, Muslim Kasim, Najib AR dan Firman putra, Penyedia Jasa, Wawancara, tanggal 10 – 12 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Yang dimaksud dengan sub kontraktor adalah pihak ketiga yang dilibatkan oleh pihak kontraktor utama untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang
terbit dari kontrak konstruksi antara pihak kontraktor utama dengan yang memborongkan pekerjaan mana dilakukan oleh sub kontraktor untuk dan atas mana
pihak kontraktor utama.
50
Secara hukum bahwa pihak yang memborongkan hanya mempunyai hubungan hukum dengan kontraktor utama, maka tidak ditemukan adanya hubungan
yuridis antara pihak yang memborongkan dengan sub kontraktor, kecuali ditentukan dengan tegas dan jelas di dalam kontrak, yang artinya bahwa jika sub kontraktor
tertera dengan jelas dan tegas dalam kontrak, maka pihak yang memborongkan telah mengetahui eksistensi dari pekerjaan sub kontraktor tersebut, sebab pihak yang
memborongkan telah mendapat jaminan bahwa pihak sub kontraktor dapat melakukan pekerjaan dengan mutu dan efiensi yang diharapkan.
Adakalanya sub kontraktor mempunyai hubungan langsung dengan pihak yang memborongkan. adapun alasan-alasan pihak yang memborongkan mempunyai
hubungan langsung dengan sub kontraktor, adalah dengan cara-cara sebagai berikut: a.
Apabila disebutkan dengan jelas untuk itu dalam kontrak; b.
Misalnya pembayaran kepada sub kontraktor dilakukan langsung oleh pihak yang memborongkan;
c. Dalam kontrak ditentukan bahwa pihak kontraktor diwajibkan
menginformasikan kepada pihak yang memborongkan termasuk adanya pihak lain untuk bekerjasama diantara mereka.
51
50
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 183.
51
Ibid, hal. 186 – 187.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Apabila kontraktor tidak menginformasikan adanya sub kontraktor yang bekerjasama dengan mereka dan tidak pula disebutkan dengan jelas didalam kontrak,
maka kontraktor bertanggungjawab kepada pihak yang memborongkan atas tindakan sub kontraktor, apabila sub kontraktor tersebut gagal memenuhi kewajibannya, maka
pihak yang memborongkan dapat mengajukan klaim atas kerugiannya kepada pihak kontraktor, karena dalam hal ini pihak yang memborongkan hanya mempunyai
hubungan yuridis kepada kontraktor bukan terhadap sub kontraktor. Namun dalam prakteknya dalam melaksanakan pembangunan, khususnya
dalam hal pembangunan rumah bagi korban Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, kontraktor selalu mensub kontrakkan kepada sub kontraktor, dengan alasan mereka
tidak dapat meraup keuntungan jika mereka sendiri yang melakukan pembangunan tersebut. disini juga salah satu alasan mengapa rumah yang dibangun masih di bawah
standar. dan tidak sedikit kontraktor yang kabur setelah meraih fulus dikantongi bisa jadi karena dari awal sudah ada niat. sehingga tidak dipungkiri, dari seribu lebih
kontraktor yang melaksanakan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi, banyak juga kontraktor yang telah dilapor ke kejaksaan karena kelalaian mereka tidak
menyelesaikan rumah. padahal mereka telah menarik 30 persen dari anggaran untuk membangun rumah tersebut.
52
Pihak kontraktor utama membuat suatu perjanjian tersendiri dengan subkontrakktor tanpa diketahui oleh pengguna jasa kontruksi di hadapan notaris
52
Aceh Recovery Forum, Senin, 29 Januari 2007.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
secara bersama-sama. Nah, disini akan melibatkan pihak notaris dalam hal pembuatan akta perjanjian untuk kepentingan para pihak, guna mengikat kedua belah pihak
dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman korban tsunami di Provinsi NAD kedalam sebuah perjanjian pemborongan antara kontraktor utama dan
sub kontaktor. Perjanjian pemborongan dibuat untuk mengalihkan pekerjaan dari kontraktor utama kepada sub kontrakktor. Perjanjian pemborongan dibuat dalam
bentuk akta notaris atau cukup dilegalisasi oleh notaris saja, asalkan perjanjian tidak menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Notaris
dalam membuat suatu perjanjian pemborongan meminta dokumen yang selengkap- lengkapnya dari pihak kontraktor utama, kontrak tersebut akan dijadikan dasar dari
pembuatan perjanjian pemborongan antara kontraktor utama dengan subkontrakktor, dengan kata lain pihak kontraktor utama harus menyerahkan salinan kontrak asli
beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya kepada notaris. Ada model kontraktor meminta jasa notaris dibuatkan perjanjian pemborongan pengalihan pekerjaan
pembangunan perumahan korban tsunami kepada sub kontraktor, kontrak tersebut adalah fotocopi palsu bukan salinan asli.
Ketika penulis konfirmasi dengan notaris di Banda Aceh bahwa, pada tahun 20052006 banyak dibuat perjanjian pemborongan pengalihan pekerjaan
pembangunan rumah tsunami baik dalam bentuk akte otentik maupun legalisasi. Notaris sangat hati-hati pada saat diminta oleh kontraktor untuk dibuatkan sebuah
perjanjian karena disamping dokumen-dokumen tidak lengkap mereka pun berani memalsukan surat-surat yang berhubungan dengan kontrak. Kejelian seorang notaris
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
pada saat itu sangat diperlukan, kalau tidak harus menanggung resiko perjanjian yang telah dibuatnya. Padahal sebuah akte hanya bernilai Rp. 300 sampai dengan 500 ribu.
Kalau seorang notaris yang kurang mengerti disamping keterampilan yang dimilikinya sangat minim ditambah tidak jeli dalam melihat suatu persoalan, besar
kemungkinan uang sebesar tersebut diatas bisa menjerumuskan notaris kedalam penjara.
Banyak juga kontraktor yang minta dibuatkan addendum kontrak, dalam addendum tersebut diatur mengenai perpanjangan waktu kontrak dan penambahan
biaya. Pada sebelumnya semua ketentuan-ketentuan yang memenuhi syarat-syarat suatu perjanjian sudah dimasukkan dalam sebuah perjanjian pemborongan, tapi itulah
kontraktor mau enaknya saja tidak mau memikirkan panjang kedepan padahal proyek yang mereka bangun adalah penghuninya korban tsunami yang tidak mempunyai apa-
apa lagi, jangankan tempat tinggal orang tua dan saudara-saudara mereka pun sudah lenyap ditelan gelombang tsunami. Selaku notaris, sering mengarahkan mereka
kontraktor agar mematuhi semua yang telah disepakati bersama dalam sebuah perjanjian tersebut, agar nantinya pelaksanaan pembangunan perumahan bagi korban
tsunami bisa selesai dalam jangka waktu yang ditentukan. Kalaupun semua syarat- syarat dan kewajiban sudah dipeunhijalankan tetapi masih ada juga yang tidak sesuai
dengan ketentuan kontrak dan point-point dalam kontrak tersebut tidak dilanggar tapi karena oleh suatu sebab lain diluar jangkauan manusia misalnya keadaan kahar
sebagaimana pasal 12 surat Perjanjian disebutkan peristiwa-peristiwa seperti bencana alam dan peperangan, kerusuhan dan sebagainya secara keseluruhan ada hubungan
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
langsung dengan penyelesaian pekerjaan pemborongan tersebut. ini sah-sah saja sepanjang dapat dibuktikan dengan surat keterangan atau penjelasan dari penentu
kebijakan pada waktu itu dalam hal ini pemerintah daerah. Notaris selaku pejabat umum yang membuat akta otentik dalam menjalankan tugas harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku sekaligus melaksanakan kode etik kenotarisannya. Apabila seorang notaris sudah tidak lagi mematuhi aturan-aturan
yang ada dan mengabaikan kode etik akan membawa akibat bagi notaris tersebut. Akibat apa yang harus diterima misalnya dalam pembuatan perjanjian pemborongan
yang dokumen-dokumen asli tidak ada notaris tetap membuat perjanjian tersebut, apabila para pihak dalam perjanjian tersebut dikemudian hari berseteru karena tidak
dipenuhi kewajiban salah satu pihak, maka akan berakibat bagi notaris yang membuat perjanjian seperti akan dikenakan denda maupun sanksi pidana yang harus
ditanggung.
53
53
Teuku Abdurahman, Notaris di Banda Aceh, Wawancara, tanggal 23 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA WANPRESTASI
BERKAITAN DENGAN PENUNJUKAN LANGSUNG PELAKSANA JASA KONSTRUKSI
Dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi adakalanya tidak berjalan sebagaimana mestinya, hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak kerja
konstruksi disebabkan oleh kelalaian wanprestasi pihak penyedia jasa terhadap kontrak yang dibuat dan telah disepakati bersama. Di samping itu, tidak terlaksananya
kewajiban atau berbuat yang pada prinsipnya tidak diinginkan oleh kedua pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 5 lima Kontrak Kerja Konstruksi
Proyek Pembangunan Rumah Type 36 pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstrksi BRR NAD-NIAS Divisi Perumahan dan Permukiman Nanggroe Aceh Darussalam
yang berlokasi di Kabupaten Aceh Besar penyedia jasa tidak melaksanakan kewajiban penyelesaian pembangunan sesuai dengan kontrak wanprestasi. Hal ini
dapat dilihat dari sebagian bangunan mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dengan spesifikasi dan penggunaan bahan serta proses pekerjaannya di lapangan tidak
selesai tepat pada waktu serah terima pertama, yaitu tidak selesai dalam jangka waktu 90 hari sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Perjanjian karena kelima proyek tersebut
telah berjalan lebih dari enam bulan sehingga menimbulkan permasalahan juga pada masa pemeliharaan.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
Tidak terlaksananya kewajiban penyedia jasa tersebut sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
5. Faktor Kenaikan Barang Bangunan
Penyebab wanprestasi yang sering terjadi berdasarkan hasil penelitian adalah kondisi eksternal 26,79, gambar rencana 21,43, kondisi lapangan
19,64 dan spesifikasi teknis 16,07. Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa pada tahap pelaksanaan konstruksi bangunan rumah, kinerja kontraktor
dipengaruhi oleh perubahan kondisi eksternal, seperti kebijakan pemerintah dalam ekonomi dan fiskal, serta kondisi sosial. Sebagai contoh bila terjadi lonjakan
perubahan harga atau biaya baik tenaga kerja, bahanmaterial, peralatan dan lain- lain, dapat menyebabkan tersendatnya pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena
harga kontrak awal yang diajukan oleh penyedia jasa kontraktor sangat jauh berbeda dengan harga pada saat pelaksanaan pekerjaan. Agar pekerjaan dapat
tetap diselesaikan maka penyedia jasa kontraktor akan mengajukan permintaan perubahan kepada pihak pemilik baik perubahan biaya, perubahan waktu maupun
gabungan antara perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan jasa. kondisi ekonomi dalam negeri masih belum stabil, termasuk adanya kenaikan harga dasar
bahan bakar minyak BBM yang signifikan, mempengaruhi harga-harga bahan dasar material untuk pekerjaan konstruksi dan menyebabkan terjadinya
pembengkakan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi. Atas kebijakan pemerintah menaikkan harga dasar bahan bakar minyak BBM yang
mengakibatkan perubahan harga barangmaterial terhadap pembangunan
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
perumahan bagi korban gempa dan tsunami, maka kelima penyedia jasa yang penulis ambil sebagai sample penelitian atas kebijakan pemerintah tersebut,
sehingga penyedia jasa dari 20 perusahaan dalam pelaksanaan pembangunan mengalami kegagalan bangunan rata-ratanya 2 sampai dengan 10 persen, jikalau
ditotal dari dua puluh perusahaan tersebut semuanya mencapai 68,49 persen tingkat kegagalan yang dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi sebagaimana
perinciannya termaktub dalam Tabel 3 Hasil Analisa Pekerjaan dilapangan berdasarkan data dari Badan Pemeriksa Keuangan RI.
Hal ini dapat dilihat dari tindakan penyedia jasa konstruksi yang mengerjakan proyek dengan tidak melalui pertimbangan yang matang. Penyedia
jasa hanya melihat keuntungan yang akan diperoleh saja tanpa perhitungan untung rugi dan baru menyadari setelah pekerjaan dimulai sehingga pada saat
pekerjaan sedang berjalan terjadi perbedaan kondisi di lapangan dengan yang dimuat dalam kontrak. Sementara itu, harga atau nilai kontrak tidak dapat
disesuaikan karena kontraknya adalah lump sump dan harga satuan. Tidak terlaksananya kewajiban penyedia jasa konstruksi ini memang dapat
dilihat dari kondisi penyedia jasa konstruksi yang tidak lagi mampu melanjutkan pembangunan karena salah perhitungan dalam menerima pekerjaan. Semula
perhitungan yang dilakukan dengan tingkat harga material yang sedikit lebih
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
murah sedangkan pada saat pelaksanaan nilai material yang diperlukan sudah meningkat dan tidak sesuai dengan kontrak yang dibuat sebelumnya.
54
Apabila dilihat dari kelima kontrak tersebut yang merupakan kontrak lump sump dan harga satuan dan bersifat tetap kecuali adanya perubahan
pekerjaansyarat atau pekerjaan tambah kurang atas perintah tertulis pihak pengguna jasa, maka faktur kenaikan harga material tersebut tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengubah atau mengajukan adendum atau perubahan nilai kontrak. Bahwa tidak adanya pertimbangan yang matang mengenai harga material
bangunan dari pelaksana jasa konstruksi dan langsung menerima pekerjaan tanpa konfirmasi di lapangan merupakan faktor sangat mempengaruhi berhasil tidaknya
pengerjaan suatu proyek yang diterima pelaksana jasa konstruksi. Tindakan pelaksana jasa konstruksi pada saat menerima ketentuan penetapan harga atau
nilai proyek seharusnya perlu mendapat perhatian, disamping juga harus disesuaikan dengan kondisi keuangan dari perusahaan. Hal ini sama sekali tidak
diperhatikan oleh kelima pelaksana jasa tersebut sehingga mereka tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu pelaksana jasa konstruksi akan
kekurangan dan atau bahkan mengalami kerugian sehingga tidak lagi mampu
54
Bambang Sudiatmo, Deputi Bidang Perumahan dan Permukiman BRR NAD-NIAS, Wawancara, tanggal 13 Februari 2009.
Muhammad Zaki : Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Di Kabupaten Aceh Besar Oleh Brr Nad – Nias, 2009
melaksanakan masa pemeliharaan karena nilai proyek habis untuk pengadaan material dan kebutuhan lainnya.
55
Menanggapi hal ini kelima penyedia jasa konstruksi juga membenarkan bahwa akibat kenaikan harga material yang lebih dari 40 dari nilai RAB
sehingga keuntungan yang semula diharapkan sebesar 20 persen dari nilai proyek telah habis untuk mengejar target penyelesaian pekerjaan sedangkan untuk
pelaksanaan masa pemeliharaan tidak lagi memiliki dan sehingga perusahaan tidak melaksanakan pembangunan sampai dengan selesai. Terhadap hal tersebut
pihak penyedia jasa seharusnya dapat mengajukan addendum guna pembaharuan kontrak. Namun hal tersebut telah terlambat untuk dilakukan disamping kelima
kontrak tersebut yang merupakan kontrak lump sump dan harga satuan dan bersifat tetap.
56
Dengan demikian, jelas bahwa faktor kenaikan harga bahan bangunan merupakan salah satu faktor penyebab tidak dilaksanakannya kewajiban
pelaksana jasa dalam penyelesaian proyek.
6. Besarnya Biaya Tambahan yang Dikeluarkan