4.2.3 Distribusi Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Batam
Untuk mendapatkan distribusi sumber air baku pada depot air minum isi ulang terdapat dua kategori yaitu: dari sumber air perpipaan PDAM dan sumber air sumur
bor. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sumber air baku dapat diketahui memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Batam Tahun 2008
No. Sumber Air Baku
Jumlah 1. PDAM
32 84.,2
2. Sumur Bor
6 15,8
Total 38
100
Berdasarkan Tabel 4.5. terlihat bahwa sumber air baku pada depot air minum isi ulang dari PDAM 32 depot 84,2 dari sumur bor 6 15,8 depot air minum isi
ulang.
4.3. Hasil Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat antara manajemen pengawasan, kondisi sanitasi lingkungan dan sumber air baku dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum
isi ulang maka, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara Variabel bebas dengan kualitas bakteriologis, maka dilakukan analisis tabel 2 x 2
pada semua variabel bebas yang diteliti. Uji statistik yang digunakan adalah chi- square dan didapat hasil seperti tabel 4.6 di bawah ini.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6. Hasil Analisis Hubungan Antara Manajemen Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang dengan Kualitas Bakteriologis di Kota Batam
Tahun 2008
Kualitas bakteriologis Manajemen
Pengawasan Memenuhi
syarat Tidak memenuhi
syarat Total
No Jumlah
Jumlah Jumlah
1 Baik 6
15,8 61 15,8
2 Buruk 28
73,7 4
10,5 32 84,2
Total 34 89,5
4 10,5
38 100
λ= 0,838; df = 1; prob = 0,487 Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa
manajemen pengawasan depot air minum isi ulang dengan kategori baik sebanyak 6 depot 15,8 dengan kualitas bakteriologis memenuhi syarat kesehatan, sedangkan
kategori buruk sebanyak 32 depot 84,2 dengan kualitas bakteriologis tidak memenuhi syarat kesehatan 4 depot 10,5, maka untuk mengetahui hubungan
manajemen pengawasan dengan kualitas bakteriologis, bahwa tabulasi silang 2 x 2 terdapat nilai harapan 5 lebih dari 20, maka tidak dapat digunakan uji chi-square
sehingga digunakan uji exact fisher’s, dan ternyata probabilitas 0,487
α
= 0,05, artinya Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
manajemen pengawasan dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.7. Hasil Analisis Hubungan Antara Kondisi Sanitasi Lingkungan Depot Air Minum Isi Ulang dengan Kualitas Bakteriologis di Kota Batam
Tahun 2008
Kualitas Bakteriologis Kondisi
Sanitasi Lingkungan Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Total No
Jumlah Jumlah
Jumlah 1 Baik
28 73,7
28 73,7
2 Buruk 6
15,8 4
10,5 10
26,3 Total 34
89,5 4
10,5 38
100 λ= 12,518; df = 1; prob = 0,003
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang dengan kategori baik sebanyak 28
depot 73,7 dengan kualitas bakteriologis memenuhi syarat kesehatan, kemudian kategori buruk sebanyak 10 depot 26,3 dengan kualitas bakteriologis tidak
memenuhi syarat kesehatan 4 depot 10,5, maka untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis,
menunjukkan bahwa probabilitas 0,003
α
0,05, artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas
bakteriologis. Nilai tersebut menunjukkan kuatnya hubungan antara kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis, hal tersebut menunjukkan apabila kondisi
sanitasi lingkungan baik, maka kualitas bakteriologis hasil produksi depot air minum isi ulang memenuhi syarat.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8. Hasil Analisis Hubungan Antara Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang dengan Kualitas Bakteriologis
Kualitas Bakteriologis Sumber Air Baku
Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Total No Jumlah
Jumlah Jumlah
1 PDAM 32
84,2 32 84,2
2 Sumur bor
2 5,3
4 10,5
6 15,8 Total 34
89,5 4
10,5 100
λ= 23,843 ; df = 1 ; prob = 0,000 Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa sumber
air baku depot air minum isi ulang dengan kategori dari PDAM sebanyak 32 depot 84,2 dengan kualitas bakteriologis memenuhi syarat kesehatan, sedangkan
kategori dari air sumur bor sebanyak 6 depot 15,8 dengan kualitas bakteriologis tidak memenuhi syarat kesehatan 4 depot 10,5, maka untuk mengetahui hubungan
sumber air baku depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis, diperoleh nilai probabilitas atau p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan 0,05, artinya Ho di tolak.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air baku dengan kualitas bakteriologis. Nilai tersebut menunjukkan kuatnya hubungan antara sumber air baku
dengan kualitas bakteriologis.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Manajemen Pengawasan dengan Kualitas Bakteriologis
Secara statistik antara manajemen pengawasan depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis tidak ada hubungan, ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan manajemen pengawasan tidak memberikan andil dalam perbaikan kualitas bakteriologis dari hasil produksi depot air minum isi ulang. Pada tabel 4.3
dapat dilihat bahwa pada manajemen pengawasan depot air minum isi ulang dengan kategori baik 6 depot 15,8 memenuhi syarat kesehatan, sedangkan dengan
kategori buruk 32 depot 84,2 tidak memenuhi syarat kesehatan 4 depot 10,5. Manajemen pengawasan terhadap kegiatan depot air minum isi ulang belum
optimal dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Batam sebagaimana diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907MenkesSK VII 2002 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Beberapa aspek penilaian dalam kegiatan manajemen pengawasan belum dilaksanakan secara baik, kondisi ini
dipengaruhi juga oleh berbagai faktor, kurangnya kesadaran pihak pengelola dan pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota Batam.
Pelaksanaan manajemen pengawasan diperlukan penataan secara baik dan teratur sehingga pihak pengusaha depot air minum isi ulang tidak merasa dirugikan,
namun sebaliknya bahwa dengan adanya manajemen pengawasan yang baik akan dapat meningkatkan hasil produksinya. Dengan demikian masyarakat konsumen akan
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008