upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan dalam
memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan, membangun jamban
untuk tempat membuang kotoran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan menyediakan air yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan WHO dengan
penyelidikan-penyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian mortality, angka kesakitan morbidity yang tinggi serta seringnya terjadi
epidemi, terdapat di tempat yang sanitasi lingkungannya buruk, yaitu tempat yang terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran dan sampah yang tidak teratur,
air rumah tangga dan perumahan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi rendah. Sebaliknya, di tempat-tempat yang kodnsi sanitasi lingkungannya baik, angka
kematian dan kesakitan juga rendah Entjang, 2000.
2.4.1. Faktor-faktor dan Kondisi Yang Menyebabkan Kualitas Bakteriologis
Air pada Air Baku Tidak Memenuhi Standar Kesehatan
Pada dasarnya sumber air baku yang digunakan untuk penyediaan air seperti : air hujan, air permukaan air danau, air sungai dan air waduk, air tanah dan mata air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air baku antara lain disebabkan masuknya zat-zat pencemar yang dapat membahayakan atau mengkotaminasi air Depkes,
2003.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.4.2. Faktor-faktor Dan Kondisi Yang Menyebabkan Kualitas Bakteriologis
Air Pada Depot Air Minum Isi Ulang Tidak Memenuhi Standar Kesehatan
Pemeriksaan coliform dan E.coli sangat penting mengingat masih ditemukan bakteri coliform dan E.coli di beberapa depot air minum isi ulang, selain itu
dikhawatirkan adanya kontaminasi dengan bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan terutama mikroorganisme patogen penyebab infeksi pencernaan.
Faktor – faktor dan kondisi yang menyebabkan kualitas bakterilogis air pada depot air minum isi ulang tidak memenuhi standar kesehatan Depkes, 2003,
meliputi : 1. Bakteri total coliform dan E.coli ada di air minum dikarenakan adanya
kontaminasi pada peralatan pengolahan air minum, pengetahuan akan hygienes operator penjamah pemilik depot air masih kurang, sanitasi tempat pengolahan
air minum isi ulang atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum. 2. Saat pengambilan sampel air minum, depot air minum isi ulang dalam proses
pengolahan air, sehingga belum terjadinya pengendapan. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya kekeruhan pada air minum isi ulang sehingga akan
memicu pertumbuhan bakteri. 3. Temperatur penyimpangan sampel air minum isi ulang yang dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri. Bakteri Coliform membutuhkan suhu 35 C sebagai suhu
optimal untuk berkembang biak, sedangkan bakteri Escherichia coli membutuhkan 37
C sebagai suhu optimal untuk berkembang biak.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
4. Tidak optimal pada saat melakukan istem desinfeksi sterilisasi. Terutama depot yang menggunakan sistem desinfeksi sterilisasi dengan ultra violet. Mekanisme
kerja ultraviolet adalah memancarkan sinar radiasi yang dapat menyebabkan perubahan molekuler dalam komponen biockemical bakteri.
5. Selama operasional, efektivitas alat tidak diperhatikan oleh pemilik depot air minum isi ulang.
Dalam kehidupan manusia, air merupakan kebutuhan yang sangat vital, tanpa air manusia tidak bisa bertahan hidup demikian pula makhluk lainnya seperti hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air minum haruslah dapat menjamin, baik kuantitas maupun kualitasnya, seperti yang tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.:907Menkes- SKVII2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara
terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada terjamin kualitasnya, termasuk didalamnya air
minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang Depkes,
2002. Pengawasan kualitas air perlu dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air secara bateriologis maupun kimia sebagai data dasar
dalam memberikan rekomendasi atau tindak lanjut untuk pengamanan kualitas air
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
terhadap upaya perlindungan, pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak terkait Depkes, 2003.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi baik tidaknya kualitas air minum, diantaranya adalah tercemarnya mata air atau air baku, lemahnya sistem filtrasi dan
sistem transportasi untuk mengangkut air dari sumber menuju depot Suklan, 2003. Faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingka cemaran mikroba E.coli
dalam air minum isi ulang menurut Siswanto 2003 adalah proses pengolahan dan rendahnya kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang, sehingga untuk
menjaga kualitas air minum hasil produksi, maka perlu adanya pengawasan sanitasi lingkungan pada depot air minum isi ulang.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses pengolahan air, peralatan harus berfungsi dengan baik, mampu mengolah air baku untuk mereduksi kandungan
partikel-partikel fisik, kimiawi yang tinggi dan membunuh mikroorganisme yang berbahaya, sehingga produksi air siap minum memenuhi syarat. Untuk memenuhi
kualitas air minum, perlu dilakukan pemeriksaan kualitas di laboratorium, dengan indikator bahwa apabila dalam sampel air ditemukan bakteri Coliform atau E. coli,
maka air tersebut tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum Slamet, 1994.
Firdaus Yustisia Sembiring: Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.5. Kerangka Konsep Penelitian