Struktur Kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat

4.4. Struktur Kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat

Seiring dengan berjalannya waktu Partai Keadilan Sejahtera terus berkembang dan melaju terus, pantang mundur meskipun disana sini banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Awal tahun 2004 DPD Partai Keadilan Sejahtera Pakpak Bharat dideklarasikan sebagai konsekuensi pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat. DPD PKS Pakpak Bharat dalam waktu relatif singkat menunjukkan keberhasilan kerja-kerja nyata dimasyarakat hal ini dibuktikan dalam pemilihan legeslatif Tahun 2004 DPD PKS Pakpak Bharat memperoleh satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pakpak Bharat masa bakti 2004-2009. Untuk menjalankan amanah yang diemban partai maka DPW PKS Sumatera Utara mengukuhkan kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat. Kader-kader yang memiliki kapabilitas untuk mengemban amanah diangkat menjadi pengurus DPD PKS Pakpak Bharat. Sebahagian kepengurusan partai dilatarbelakangi dari kalangan aktivis dakwah kampus dari berbagai perguruan tinggi antara lain : Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan dan IAIN Medan. Struktur kepengurusan diisi oleh kalangan muda Islam yang memiliki usia yang relatif muda berkisar 21-35 Tahun. Rekrutmen pengurus dilakukan oleh ketua DPD terpilih bersama formatur menyusun kepengurusan memilih Pengurus Harian Tetap dan bahwa untuk mekamisme rekrutmen kepengurusan di tingkat Kecamatan dan kelurahan disesuaikan dengan ADART Partai. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Adapun struktur kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat periode 2006-2009 antara lain terdiri atas: Ketua Umum : Wahyuddin, S.Pd.I Sekretaris Umum : Syawaluddin Pasi, SH Bendahara Umum : Yustika Manik, S.Pd.I Ketua Bidang Pembinaan Kader : Irma Hamidah Suri Berutu, SH Ketua Bidang Pembinaan Cabang Dakwah : Kadirun Berutu Ketua Bidang Kewanitaan : Darni Tinendung Ketua Bidang Ekuintek : Nursalim Ketua Bidang pembinaan Pemuda : Tambak Tinendung Tabel 8. Komposisi Kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat Periode 2006-2009 Laki-laki Perempuan Jumlah 5 orang 3 orang 8 orang Sumber : DPD PKS Pakpak Bharat Terbitnya undang-undang nomor 2 Tahun 2007 tentang partai politik merupakan tantangan baru sekaligus peluang bagi perempuan, khususnya bagi perempuan di PKS Pakpak Bharat. Selama ini keterlibatan perempuan dalam pengambilan kebijakan terhambat oleh terbatasnya kader perempuan dalam partai politik. Keengganan sejumlah pihak untuk meningkatkan keterwakilan perempuan distruktur partai harus dijawab dengan kerja nyata. Partai Keadilan Sejahtera Pakpak Bharat telah memasukkan 30 perempuan untuk duduk dalam struktur kepengurusan partai jauh sebelum undang- undang ini terbit, PKS juga melakukan kegiatan kaderisasi perempuan khususnya pada bidang kewanitaan sehingga partai tidak hanya menjadikan perempuan sebagai pemasok suara dalam pemilu saja. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Peraturan perundang-undangan yang kondusif yang mendukung iklim kesetaraan gender di bidang politik sangat diperlukan. Dengan terbitnya Undang-undang nomor 2 Tahun 2007 memberikan kesempatan kepada perempuan untuk terjun dalam dunia politik. Terdapat beberapa kemajuan mendasar dalam undang-undang partai politik tersebut, pertama pendirian partai politik yang tertuang dalam pasal 1 ayat 2 isinya menyatakan pendirian dan pembentukan partai politik menyertakan 30 keterwakilan perempuan. Kedua, kepengurusan partai politik pasal 1ayat 5 menyatakan kepengurusan partai politik ditingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnnya 30 keterwakilan perempuan, pasal 20 menyebutkan kepengurusan partai politik ditingkat propinsi dan KabupatenKota disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan 30 yang diatur dalam ADART partai. 4.5. Pandangan PKS Pakpak Bharat terhadap partisipasi politik perempuan khususnya dalam jabatan Politik Sebagaimana dipahami riset ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pandangan PKS Pakpak Bharat terhadap partisipasi politik perempuan khususnya yang duduk dalam jabatan politik. Selanjutnya riset ini diarahkan untuk mengetahui bagaimana pandangan DPD PKS Pakpak tentang partisipasi politik perempuan dalam politik dan upaya apa yang dilaksanakan untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan. Dari pemetaan ini diharapkan dapat diperoleh sejumlah rekomendasi penting dan mendasar sebagai bahan yang dapat memberikan dampak yang positif bagi perubahan di segala bidang. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pandangan DPD PKS Pakpak Bharat terhadap partisipasi politik perempuan khususnya dalam jabatan politik maka pandangan tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai dan ajaran Islam, dikarenakan Partai Keadilan Sejahtera memiliki landasan filosofis dimana pokok-pokok pemikiran yang melandasi aktifitas politik sesuai dengan hukum-hukum-Nya yang dimanisfestasikan dalam ayat- ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniya-Nya. Selanjutnya diyakini bahwa manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi, maka kaum muslimin tidak mungkin mengelak dari tanggung jawab melaksanakan misi khilafah yaitu memelihara, mengatur dan memakmurkan bumi yang merupakan aktifitas politik yang paling otentik dan harus disadari bahwa keluhuran misi ini merupakan amanah dari Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap insan baik laki-laki maupun perempuan. Universalitas Islam telah menjadi inti pemahaman PKS terhadap konsep-konsep Islam dalam seluruh dimensi kehidupan. Seperti yang dikatakan Ketua DPD Pakpak Bharat wawancara dengan Wahyudin, di Sibande, 13 Mei 2009: Islam adalah sistem hidup yang universal, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan ummat, moral dan kekuatan, rahmat dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, usaha dan kekayaan, jihad dan da’wah, tentara dan fikrah, aqidah yang lurus dan ibadah yang benar. Sehingga Islam adalah suatu tata hidup yang meliputi agama, politik Negara dan masyarakat. Secara umum kebijakan yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera terefleksi secara utuh dalam jati dirinya sebagai Partai Da’wah. Sedangkan da’wah yang diyakini Partai Keadilan Sejahtera adalah da’wah yang rabbaniyah, alamiyah yaitu da’wah yang Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 membimbing manusia mengenal Tuhannya dan da’wah yang ditujukan kepada seluruh ummat manusia. Ia adalah da’wah yang menuju persaudaraan yang adil di kalangan ummat manusia, jauh dari bentuk-bentuk rasialisme atau fanatisme kesukuan, rasa atau etnisitas. Atas dasar itu maka da’wah menjadi poros utama seluruh gerakan partai. Ia juga sekaligus menjadi karateristik prilaku para aktivisnya dalam berpolitik. Maka prinsip-prinsip yang mencerminkan watak da’wah berikut menjadi dasar dan prinsip setiap kebijakan politik dan langkah operasional partai Ketetapan Majelis Syuro tentang Kebijakan Dasar Partai Keadilan 2000-2005, yakni: Al-Syumuliyah Lengkap dan Integral, setiap kebijakan partai akan selalu dirumuskan dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan hukum-hukum yang bersifat komprehensif syumuliyah dan integral sesuai watak dan kebutuhan yang menjamin keteraturan dan kesejahteraan. Al-Ishlah Reformatif, Partai Keadilan menyadari bahwa tugas pembangunan adalah salah satu misi yang paling utama. setiap kebijakan, program dan langkah yang ditempuh partai selalu berorientasi pada perbaikan ishlah dan konsisten menjauhi segala bentuk karakter dan sifat yang menimbulkan kerusakan, sehingga dapat mewujudkan suatu tatanan yang baik dan nilai-nilai moral yang dapat membentuk individu-individu yang shalih. Al-Syar’iyah Konstitusi, mentaati segala nilai-nilai dan hukum-hukum yang bersumber dari Allah baik dengan aktifitas hablum min Allah dan hablum min nas. Setiap muslim berkewajiban untuk patuh dan taat terhadap perintah Allah dengan penyerahan diri yang total dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah dimuka bumi. Ajaran Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Islam yang konfrehensif sebagai dasar konstitusi bagi seluruh kebijakan, program dan prilaku politik. Al-Wasath Moderat, Partai keadilan akan tetap menonjolkan sikap adil dan berimbang. Ia berada dalam posisi pertengahan dan selalu menyeru kepada kemudahan selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Al-Wasthiyah telah menjadi ciri Islam baik dalam aspek-aspek nazhariyah teoritis dan amaliyah operasional atau aspek tarbiyah pendidikan dan tasyri’iyah perundang-undangan harus merefleksi pada aspek ideologi ataupun tashawwur persepsi, ibadah yang bersifat ritual, akhlak, adab tatakrama dan dalam semua kebijakan, program dan prilaku politik partai. Al-Istiqomah Komit dan Konsisten, Konsekuensi dari seluruh kebijakan, program dan langkah-langkah operasional partai harus istiqomah taat asas pada hukum transeden yang ditemukan dalam keseluruhan tatanan alamiyah dan dalam keseluruhan proses sejarah ayat-ayat kauniyah-Nya, dalam Kitab-kitabNya ayat-ayat qauliyah-Nya dan dalam sunnah Rasulullah, dalam konsensus ummat, serta dalam elaborasi tertulis oleh para mujtahid yang berkompeten mengeluarkan hukum-hukum terhadap masalah yang benar-benar tidak diketemukan secara tektual dalam risalah orisinil al-qur’an dan al- sunnah. Konsistensi menuntut kontinuitas dalam gerakan dalam arti adanya kesinambungan antara kebijakan dan program sebelumnya Al-Numuw wa al-Tathawwur Tumbuh dan Berkembang, Partai Keadilan senantiasa berkarya dan berinovasi dalam beraktifitas sehingga melahirkan kerja-kerja yang produktifitas. Oleh karena itu partai dalam setiap kebijakan, program dan langkah- Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 langkah operasionalnya harus tetap konsern kepada pengembangan potensi sumber daya manusia. Al-Tadarruj wa Al-Tawazun Bertahap, Seimbang dan Proporsional, dalam aktifitas pergerakannya Partai Keadilan memperhatikan marhalah-marhalah da’wah yang berlangsung secara sunnatullah. Al-awlawiyat wa Al-Mashlahah Skala Prioritas dan Prioritas Kemanfaatan, efektifitas gerakan dakwah salah satunya ditentukan oleh kemampuan gerakan tersebut dalam menentukan prioritas langkah dan kebijakannya.. Prinsip al awlawiyat pada hakekatnya merefleksikan dari budaya berfikir strategis. Oleh karena itu kebijakan, program dan langkah operasionalnya didasarkan kepada misi dan visi partai. Prinsip al- awlawiyat dapat melahirkan efisiensi dan efektifitas gerakan, disamping itu partai yakin sebaik-baiknya muslim adalah yang paling bermanfaat bagi kepentingan manusia. Kepentingan ummat selalu menjadi pertimbangan dan prioritas maka baik kebijakan ataupun sikap dan operasional harus selalu memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kepentingan ummat. Al-Mustaqbaliyah Orientasi masa depan, tiga dimensi waktu masa lalu, kini dan mendatang merupakan realitas yang saling berhubungan. Masa lalu sebagai pelajaran, masa kini sebagai realitas dan masa depan sebagai harapan. Keadaan yang kita geluti sekarang merupakan refleksi masa lalu kita dan sekaligus akan menentukan masa depan. Maka sangat bijak kalau kebijakan, program dan langkah yang ditempuh tidak mengeyampingkan ketiga dimensi waktu dan selalu berorientasi pada masa depan. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Al-‘Alamiyah Bagian dari da’wah sedunia, eksistensi da’wah merupakan bagian dari da’wah ‘alamiyah. Oleh sebab itu prinsip kebijakan da’wah tidak lepas dari kebijakan dan gerakan da’wah sedunia. Adalah suatu kemestian setiap kebijakan yang diambil, program yang dicanangkan dan langkah yang ditempuh selaras dengan kebijakan da’wah yang bersifat ’alami dan tunduk kepada sunnatudda’wah. Dari kesepuluh prinsip diatas, lebih lanjut dijelaskan Ketua DPD PKS Pakpak Bharat bahwa Partai Keadilan Sejahtera dalam seluruh aktifitas politiknya selalu mengacu kepada nilai-nilai dan aturan yang bersumber dari Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah sehingga seluruh kebijakan, program dan langkah operasionalnya harus berlandaskan syariah oleh karena itu Partai Keadilan Sejahtera sesuai dengan ADART pasal 7 memiliki Dewan Syariah yang bertugas sebagai lembaga fatwa dan qadha yang merumuskan landasan syar’i terhadap partai dalam melaksanakan aktifitasnya dan memberikan jawaban syar’i terhadap berbagai permasalahaan yang dihadapi partai, anggotanya serta masyarakat. Berbicara tentang partisipasi politik perempuan dalam pandangan DPD PKS Pakpak Bharat tidak lepas dari kebijakan umum partai tentang aspek politik khususnya pembangunan partisipasi politik. Secara khusus pada bidang kewanitaan mendorong partisipasi politik perempuan merupakan misi yang utama yakni wanita keadilan harus mampu menjadi pelopor, fasilitator dan dinamisator bagi upaya perwujudan partisipasi politik perempuan yang dalam aktifitasnya harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang syar’i dan teladan uswah yang telah diberikan oleh para syahabiyah yang hidup dimasa Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Rasulullah. Kaidah syar’i dan teladan uswah tentunya sangat relevan dan ideal jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jejak jejak peran politik perempuan telah terekam sepanjang sejarah sejak turunnya risalah Islam itu sendiri. Sebagaimana politik telah terinternalisasi dalam kehidupan ummat sejak dua kalimat syahadat diikrarkan. Politik bukanlah hal yang baru, juga bukan hal tabu bagi perempuan dan masyarakat muslim pada umumnya yang memahami makna syahadatain dengan benar. Seperti diketahui, bahwa Islam datang untuk memuliakan kaum perempuan, yang di zaman jahiliyah Arab benar-benar direndahkan dan dinistakan. Lebih lanjut Wahyudin menerangkan dalam melaksanakan aktifitas da’wah dan peran politik perempuan DPD PKS Pakpak Bharat mengacu kepada Bayan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera Nomor:19BKDSP-PKS1429 tentang Aktifitas Da’wah dan Politik Muslimah, yang berisikan panduan bagi muslimah yang beraktifitas dalam da’wah dan politik dan keputusan yang dikeluarkan ini hanya bersifat umum dan untuk kebijakan yang mendukung pelaksanaan teknis dilapangan diserahkan kepada masing-masing Daerah dengan catatan tidak bertentangan dengan kebijakan diatas. Pandangan bahwa politik sebagai wadah atau sarana untuk berda’wah bertujuan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, dimana politik tidak hanya menyangkut penyelenggaraan pemerintah tetapi juga upaya menciptakan sistem yang bersih dan berkeadilan dimana mekanisme kontrol berperan besar sehingga dakwah adalah politis dan politik adalah da’wah. Dengan demikian politik da’wah dapat dimaknai sebagai berbagai upaya politis yang sistematik dan terencana, sesuai dengan manhaj da’wah Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Rasulullah untuk menegakkan hukum Allah dimuka bumi dan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, politik adalah sesuatu yang inheren dalam diri seseorang, kiprah perempuan dalam ranah ini adalah sesuatu yang memiliki dasar hukum dan sekaligus signifikan. Legitimasi syar’i berdasarkan ayat- ayat Allah dalam Al-Qur’an yang mengandung mission statement bagi setiap laki-laki dan perempuan. Seperti yang dikatakan oleh Yustika Manik wawancara di Sidikalang, 15 Mei 2009: Islam adalah agama yang sangat memuliakan perempuan. Memuliakannya sebagai ibu, istri, saudara dan temen. Islam memberikan penghargaan yang memuliakan kaum perempuan yang tampak pada realitas penerapan ajaran dan sejarah kaum muslimin. Islam menetapkan penghormatan tiga kali kepada ibu, baru kemudian kepada ayah, bahkan surga diberikan dibawah telapak kaki ibu. Peran, kedudukan, hak dan kewajiban kaum perempuan secara umum disetarakan dengan kaum laki- laki. Islam memberikan ketetapan mengenai kesamaan status kehambaan antara laki-laki dan perempuan, mengenai persamaan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan dan menerima taklif keberagaman dan ibadah, Sedangkan secara umum perempuan memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki baik yang terkait dengan ibadah perbuatan seperti sholat dan puasa, ibadah harta seperti zakat dan bersedekah dan ibadah perbuatan perbuatan seperti dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar. Allah SWT telah menerangkan dalam QS.At-Taubah ayat 71 bahwa kewajiban amar maruf memerintahkan kebaikan dan nahi munkar mencegah kemungkaran dalam artian seluas-luasnya berlaku untuk pria dan perempuan. Taklif beban perempuan sama dengan pria dalam berbagai kewajiban syariat, kecuali sesuatu yang dikhususkan oleh Allah bagi pria atau wanita. Ayat di atas sesungguhnya menekankan satu bentuk tanggung jawab manusia untuk berdakwah, dimanapun, kapanpun, dan dalam kondidisi Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 apapun. Dalam konteks dakwah, panggung politik hanyalah salah satu mimbar dakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran di samping lewat media sosial, budaya, pendidikan. Dengan pemahaman tersebut, perempuan memiliki tanggung jawab dakwah yang sama dengan pria. Pun, perempuan dapat pula hadir di kancah politik untuk kepentingan dakwah itu sendiri. Dalam prespektif yang lebih luas, dakwah bisa dipahami sebagai upaya menghadirkan perbaikan atau reformasi serta menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pandangan Partai Keadilan Sejahtera perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang terbingkai dalam platform kebijakan pembangunan PKS yang dikeluarkan oleh Majelis Pertimbangan Pusat pada Tahun 2007, yakni pertama, perempuan mitra hidup laki-laki yang harus bekerjasama secara harmoni dan saling mengokohkan. Kedua, kerjasama antar jenis harus ditujukan dalam kerangka menegakkkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam arti yang seluas-luasnya. Ketiga, kerjasamana itu harus berada dalam landasan ketaqwaan yang diindikasikan dengan penunaian hak ubudiyah kepada Allah maupun hak muamalah kepada manausia. Sebagai khalifah diatas bumi maka laki-laki dan perempuan untuk menjalankan misi ini harus bekerja sama. Oleh karena itu perempuan tidak dilarang untuk menjalankan hak politiknya seperti menggunakan hak dipilih dan memilih. Perempuan berhak memiliki keterlibatan dalam memilih wakil-wakil yang dianggap mampu menjadi aspirator mereka dalam legeslatif, atau menjadi pihak yang dipilih untuk menjadi wakil rakyat. Hal ini sesuai dengan bayan Dewan Syariah Pusat, dalam konteks hak perempuan menjadi wakil rakyat mereka berpendapat bahwa jabatan anggota dewan tidak terlepas dari 2 tugas Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 pokok, yaitu membuat undang-undang dan peraturan serta melakukan pengawasan terhadap langkah-langkah dan kebijakan eksekutif. Sehingga secara umum bahwa posisi sebagai anggota legeslatif dan pejabat eksekutif adalah terkait dengan kemaslahatan umum dan kemaslahatan da’wah. Maka apabila perempuan mempunyai kelayakan untuk menjadi anggota legeslatif dan pejabat eksekutif dan terdapat kemaslahatan da’wah dan umat, maka perempuan dibolehkan menjadi anggota legeslatif dan pejabat eksekutif. Dalam perkembangannya DPD PKS Pakpak Bharat berupaya meningkatkan peran politik perempuan salah satunya dengan cara mendudukkan kader perempuannya menjadi anggota DPRD sebagai buah hasil dari kerja keras pada pemilu 2004 kemaren. Menurut Kadirun Berutu wawancara dengan Kadirun Berutu di Sibande, 20 Mei 2009: Jabatan politik bagi seorang perempuan sangat diperlukan yakni sebagai penyeimbang di mana selama ini partai-partai politik di Pakpak Bharat banyak diduduki oleh laki-laki saja padahal perempuan mempunyai potensi yang cukup besar. Apabila potensi tersebut dapat dikembangkan dalam suatu partai maka sangat membawa dampak yang positif. Perempuan yang menjabat sebagai anggota legeslatif merupakan sarana aktualisasi seorang perempuan dalam menyampaikan aspirasi yang berpihak khususnya pada perempuan dan masyarakat pada umumnya, namun hal ini sangat tidak berimbang dikarenakan pada saat ini hanya ada satu perempuan yang duduk sebagai anggota dewan di Kabupaten Pakpak Bharat. Lebih lanjut Wahyudin menilai keterlibatan seorang perempuan yang terjun dalam jabatan politik, itu adalah fitrah seorang manusia dan merupakan hak seorang perempuan karena jabatan politik merupakan sarana seorang perempuan untuk berkiprah dimasyarakat. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Irma Hamidah Berutu memastikan saat ini partisipasi politik perempuan di Kabupaten Pakpak Bharat belum signifikan, contohnya dilegeslatif sendiri hanya satu orang saja perempuan yang duduk sebagai anggota legeslatif itupun hanya setahun belakangan ini dikarenakan adanya Pergantian Antar Waktu PAW. Namun walaupun melalui PAW Partai Keadilan Sejahteta sudah menempatkan perempuan dalam posisi strategis. Dari hasil Pemilu 2004 lalu, perempuan yang sesungguhnya menjadi kelompok pemilih paling besar secara nasional tidak lebih dari komoditas politik. Kuota perempuan di parlemen sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Pemilu tidak tercapai karena berbagai persoalan mendasar. Suatu persoalan yang sangat terkait dengan kultur patriarki, bahwa aktifitas politik identik dengan laki-laki. Oleh sebab itu, sekalipun perempuan didorong untuk terlibat aktif dalam politik, partai politik sebagai wahana transformasi politik belum menunjukkan sikap akomodatif perempuan. Dalam pemilihan anggota legislatif tingkat nasional maupun daerah pada Pemilu 2004 lalu, nomor urut calon-calon anggota legislatif caleg perempuan ditempatkan nomor bawah. Sikap ini berbeda dengan usaha partai politik saat musim kampanye di tiap daerah pemilihan, khususnya di Kabupaten Pakpak Bharat. Untuk urusan kampanye agaknya partai memilih cara mobilisasi massa yang memanfaatkan organisasi sosial masyarakat ormas seperti perwiridan dan kelompok-kelompok perempuan yang berbasis keluarga. Usaha mengerahkan massa organisasi yang sebagian besar perempuan itu umumnya melalui pemimpin, guru atau pembina kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan kelompok terbesar dalam satu acara kampanye partai politik adalah perempuan. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Kenyataan saat kampanye itu sangat berbeda dengan situasi setelah penghitungan suara diumumkan. Dijelaskan Irma Hamidah Berutu lihat tabel 8 bahwa komposisi keanggotaan DPRD Kabupaten Pakpak Bharat hasil Pemilu 2004, terdapat 20 orang anggota DPRD, terdiri dari 19 anggota laki-laki 95 persen dan 1 anggota perempuan 5 persen. Dengan perolehan demikian, terlihat bahwa partisipasi politik perempuan dalam pemilihan anggota legislatif di daerah masih belum dianggap sebagai usaha memberdayakan perempuan dalam arti luas. Tabel 9. Keanggotaan DPRD Kab.Pakpak Bharat hasil Pemilu 2004 No Nama Partai Politik Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Partai Persatuan Pembangunan 1 - 1 2 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1 - 1 3 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 1 - 1 4 Partai Amanat Nasional 2 - 2 5 Partai Kebangkitan Bangsa 2 - 2 6 Partai Keadilan Sejahtera - 1 1 7 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 4 - 4 8 Partai Golongan Karya 5 - 5 9 Partai Patriot 1 - 1 10 Partai Pelopor 1 - 1 Sumber Data Kantor DPRD Kabupaten Pakpak Bharat. Apa yang dikatakan Irma Hamidah Berutu juga diikuti oleh salah seorang caleg Perempuan dari PKS Pakpak Bharat pada pemilu 2004 kemaren, yakni Dosma Bancin. Katanya wawancara di Medan, 17 Mei 2009: Jabatan struktural partai-partai politik di Pakpak Bharat sangat sedikit menempatkan perempuan masuk menjadi pengurus hal ini menyebabkan Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 ketimpangan dalam struktur politik, di mana struktur politik yang ada cenderung untuk memarjinalkan posisi perempuan. Hal ini dikarenakan kurangnya keinginan perempuan untuk terjun dalam politik ditambah masih sangat rendahnya tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat khususnya perempuan. Berbeda dengan struktur kepengurusan DPD PKS Pakpak Bharat untuk periode 2006-2009 menempatkan kader perempuannya secara berimbang untuk duduk dalam jabatan partai. Lebih lanjut lagi Dosma menerangkan dalam proses seleksi dan nominasi dalam partai politik seringkali menjadi bias untuk lebih menekankan pada figur laki-laki. Kenyataannya, jumlah perempuan yang aktif sebagai kader partai politik jauh lebih sedikit dibanding laki-laki. Sehingga perempuan belum memiliki peran yang dominan dibidang sosial dan politik. Dalam proses politik, laki-laki menjadi aktor yang dominan dalam arena politik. Peran kuat ini muncul mulai dari tahap formulasi aturan politik sampai pada standar evaluasi yang mesti dilakukan terhadapnya. Oleh karena kondisi yang tidak adil tersebut, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah keterwakilan dan masuknya perempuan dalam lembaga-lembaga politik di Kabupaten Pakpak Bharat. Apa yang harus dilakukan tersebut, bukan berarti menempatkan perempuan dalam posisi istimewa untuk mendapatkan perlakuan khusus demi tercapainya peran yang sama dalam jabatan publik. Mengingat, kehidupan politik dalam kurun yang begitu lama muncul dominasi laki-laki, maka langkah khusus tersebut harus dipahami sebagai strategi menciptakan arena kompetisi politik yang lebih fair bagi laki-laki maupun perempuan. Hal ini tidak berlaku dalam sistem kepartaian PKS, sebab dalam sistem rekruitmen yang dilakukan DPD PKS Pakpak Bharat dalam proses seleksi jabatan dan nominasi dalam partai tidak menekankan figur laki-laki. Untuk duduk dalam struktur Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 partai ada beberapa pelaksanaan rekrutmen, yang paling inti adalah mengikuti Training Orientasi Partai dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh PKS Pakpak Bharat serta mengikuti kegiatan Taklim Rutin Partai yang dilaksanakan secara berkala yakni sekali seminggu. Pola rekrutmen yang diterapkan mulai dari rekrutmen individu yaitu rekrutmen satu atau dua orang anggota dengan pendekatan pribadi atas inisiatif sendiri. Disamping terbuka peluang untuk melakukan rekrutmen kolektif dilakukan melalui rekrutmen kepartaian, dilakukan dengan melibatkan anggota masyarakat melalui kegiatan formal kepartaian untuk menjadi anggota dan simpatisan partai. Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 Tabel 10. Jenjang Keanggotaan PKS Jenis Keanggotaan Pengertian Anggota Pemula Mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai dan terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang DPC setelah lulus mengikuti Training Orientasi Partai 1 satu Anggota Muda Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah DPD dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar satu Anggota Madya Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah DPD dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dua Anggota Dewasa Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikelaurkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah DPW dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat lanjut Anggota Ahli Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikelaurkan oleh Dewan Pimpinan Pusat DPP dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi Anggota Purna Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat DPP dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat ahli Anggota Kehormatan Mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan oleh Majelis Pertimbangan Partai. Sumber :http.www.keadilan.or.id Menurut Tamba Tinendung dalam pemilu Tahun 2004 kemaren untuk sistem rekrutmen calon legeslatif dari PKS Pakpak Bharat dilakukan dengan “Sistem Jaringan Mutiara”. DPD PKS Pakpak Bharat mengusulkan kader yang dianggap memiliki Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 kapasitas untuk menjadi caleg, kemudian dilakukan Pemilihan Umum Internal PUI yang diikuti oleh seluruh Pengurus dan kader PKS Pakpak Bharat hasilnya diperoleh suara terbanyak untuk diusulkan menjadi calon anggota legeslatif dari DPD PKS Pakpak Bharat ke Dewan Pimpinan Wilayah kemudian nama-nama yang diusulkan ditetapkan oleh DPW. Pemilihan umum dalam penyelenggaraannya di Kabupaten Pakpak Bharat dibagi dalam dua daerah pemilihan yakni dapil I terdiri dari Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Dapil II terdiri dari Kecamatan Kerajaan. Menurut data DPD PKS Pakpak Bharat pada pemilu Tahun 2004 calon legeslatif dari PKS sebanyak 12 orang yang dibagi dalam dua daerah pemilihan. Calon legeslatif laki-laki sebanyak 9 orang dan Calon legeslatif perempuan sebanyak 3 orang. Dengan demikian DPD PKS Pakpak Bharat hanya mengajukan 25 persen calon legeslatif perempuan pada pemilu tahun 2004 kemaren. Tabel 11. Komposisi caleg PKS Pakpak Bharat pada pemilu 2004 Daerah Pemilihan Laki-laki Perempuan 1 6 orang 2 orang 2 3 orang 1 orang Jumlah 9 orang 3 orang Sumber : DPD PKS Pakpak Bharat Untuk dapat menjalankan peran publik dan politik tersebut, Dewan Syariah Pusat PKS memberikan beberapa yang harus diperhatikan muslimah yang beraktifitas dalam da’wah dan politik, 1 Bekerjanya perempuan di rumah dan di luar rumah di atur oleh Islam, karena dalam kedua peran tersebut, kaum perempuan dapat menjalankan peran amar maruf nahi munkar yang telah diperintahkan agama. Oleh karena itu, perspektif yang Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 digunakan untuk menerima peran perempuan dalam politik adalah semata-mata untuk dakwah amru bil maruf wa nahyu anil munkar. 2 Dalam beraktivitas publik politik, bagi perempuan dan laki-laki berlaku prinsip fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Dalam konteks ini, Islam mendorong kemajuan bagi umatnya untuk meraih tingkat keilmuan dan tingkat keterampilan yang lebih baik. Dengan kemampuan dirinya itu diharapkan kaum perempuan dapat memberikan kontribusi dan perubahan yang lebih baik bagi masyarakatnya. 3 Setiap pria muslim hendaknya memberikan kesempatan kepada isterinya untuk memiliki saham dalam aktifitas tersebut. Pemberian kesempatan ini bukanlah merupakan shodaqoh dari suami kepada isterinya, melainkan merupakan kewajiban syariat seorang suami. Bahwa aktifitas istri tersebut untuk memenuhi tanggung jawab sosial dan tanggung jawab dakwah sebagai muslimah. Hal ini juga merupakan analog atas perintah Rasul kepada kaum pria agar tidak melarang isteri- isteri mereka keluar ke masjid apabila para isteri tersebut memintanya. 4 Apabila suami tidak memperbolehkan, maka isteri wajib mentaatinya, karena taat kepada suami harus didahulukan atas segala kewajiban lainnya. Selama alasannya benar, tetapi jika alasannya tidak cukup maka sang suami berdosa. 5 Peran perempuan dalam ranah publik politik harus tetap menjaga keseimbangan dengan tugas-tugas rumah tangga sebagai seorang istri, ibu, dan pendidik bagi anak-anaknya. Karena sesungguhnya Allah SWT juga men- taklif kaum perempuan untuk menjadi pengelola rumah tangga dan pendidik generasi. 6 Menjadikan kegiatan sosial dan politik sebagai sarana ibadah. Artinya kehidupan ini tidak dipisah-pisahkan, sebagaimana pandangan sementara kalangan bahwa politik itu kotor, sehingga bukan sarana ibadah. Justru harus dipahami bahwa kehidupan adalah satu Ampe Sahrianita Boangmanalu : Pandangan PKS Pakpak Bharat Terhadap Partisipasi Politik Perempuan, 2009 kesatuan yang utuh. Shalat sebagai salah satu bagian ibadah mahdhah, harus bisa tercermin dalam kehidupan perpolitikan. Zakat yang berorientasi pembersihan, sebagai satu bagian ibadah harus termanifestasikan dalam kegiatan politik. Begitu seharusnya, bagian demi bagian hidup kita saling menguatkan dalam pengabdian kepada Allah. Dampak baliknya adalah, kerja politik harus bisa menuai hasil, berupa terkuatnya sendi- sendi ibadah masyarakat. Dengan moralitas ibadah ini seluruh pelaku politik tak layak melakukan aktifitas yang bertentangan dengan prinsip ubudiyah. Berbagai kegiatan, baik pribadi maupun tingkat kepartaian, harus mencerminkan pembelaan terhadap kebenaran sebagai refleksi atas keikhlasan niat ibadah.

4.6. Upaya yang dilakukan DPD PKS Pakpak Bharat untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Perempuan