Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. DATA PENELITIAN
1. Gambaran Umum Pemerintahan Kabupaten Langkat
a. Sejarah Singkat Pemerintahan Kabupaten Langkat
Kesultanan langkat adalah salah satu Kesultanan Melayu yang ada di Sumatera. Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus
keresidenan dan kesultanan kerajaan dengan pimpinan pemerintah yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Pada
awal kemerdekaan Republik Indonesia Sumatera dipimpin oleh seorang gubernur yaitu Mr.T.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan
dengan asisten residen atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur NST yang
berkedudukan di Binjai dengan kepala pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan,
dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.
Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
kepala daerahnya Bupati Netap Bukit. Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 tiga kewedanan yaitu :
1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai 2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura
3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana
Camat sebagai perangkat akhir. Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher Pak Wongso dan
selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat.
b. Letak Geografis
Secara geografis, kabupaten Langkat terletak pada 3,14º- 4,13º Lintang Utara dan 97,52º- 98,85º Bujur Timur. Topografinya sangat beragam mulai dari 0 – 4
meter hingga 3 – 1200 meter dari permukaan laut. Awalnya Kabupaten Langkat beribukota di Binjai. Namun setelah Binjai menjadi Kotamadya, ibukotanya
dipindahkan ke Kecamatan Stabat. Dengan luasnya yang begitu besar yakni 626.329 Ha. Kabupaten Langkat dibagi atas 20 kecamatam, 226 desa dan 34
kelurahan yang dibagi atas 3 wilayah pembangunan. Batas-batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh - Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II karo.
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
- Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang - Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh Aceh Tengah
Jumlah penduduk Langkat tahun 2006 tercatat 1.013.849 jiwa, yang sebagian besar 567.955 berada di usia produktif. Laju pertumbuhan penduduk 1,58 persen
jauh dibawah rata-rata pertumbuhan nasional yang 2 persen, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,14 persen sedangkan jumlah rumah tangga yang ada sebanyak
235.760 KK dan kepadatan penduduk 161,87 jiwakm² dengan anggaran APBD di tahun 2006 adalh sebesar Rp. 663.903.528.154,44. yang lebih besar tentu
berkonsekuensi pada semakin besarnya jumlah tenaga kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Pendapatan terbesar dari Kabupaten Langkat yang memiliki
motto “Bersatu Sekata Berpadu Jaya” ini masih diperoleh dari sektor pertanian dan perkebunan. Lebih dari 40 persen sektor perkebunan memberikan kontribusi
bagi pendapatan Kabupaten Langkat.
c. Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Langkat