Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
D. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah
Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No. 24 tahun 2005 tentang SAP adalah “merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.” Menurut Erlina 2008 : 18
Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip
yang dinyatakan dalan PP No.24 Tahun 2005. Laporan keuangan daerah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi
ekonomi keuangan dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya. Laporan keuangan pemerintah
daerah tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah:
a. Masyarakat
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawa, dan lembaga pemeriksa
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman d.
pemerintah 2.
Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Daerah
a. Peranan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005: 7 : Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama saru periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut Erlina 2008: 21:
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya- upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :
1
Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik
2 Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian aras seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat
3 Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan.
4 Keseimbangan antargenerasi intergenerational equity
Membantu para pengguna dalam mengetahiu kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban penegeluaran tersebut.
b. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Erlina 2008: 20: Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005: 7 menyatakan bahwa pelaporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang bermanfat bagi
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
1 Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah 2
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
3 Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan pengunaan sumber
daya ekonomi. 4
Menyediakan informasi mengenai mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
5 Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya 6
Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan menyediakan informasi yang
berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Erlina 2008: 20 menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan umum ini,
laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal : 1
Aset 2
Kewajiban 3
Ekuitas dana 4
Pendapatan 5
Belanja 6
Transfer 7
Pembiayaan 8
Arus kas 3.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya.
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005: 10: Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :
a Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan menbantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya.
Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki kriteria:
1 Memiliki manfaat umpan balik feedback value. Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu
2 Memiliki manfaat prediktif predictive value. Informasi dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3 Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. 4
Lengkap. Imformasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik :
1 Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan
2 Dapat diverifikasi verifiability. Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
3 Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
c Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan lapora keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal
yang dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara ektsternal dapat
dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menrapkan
kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahab tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan
d Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud
Menurut Erlina 2008: 35: Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan
yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan
andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah daerah, yaitu:
1 Materialitas. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan
keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi criteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
laporan keuangan
2 Pertimbangan biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi
seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semsetinya menyajkan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunanya. Namnun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya itu juga tidak hanya harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat . Manfaat mungkin juga dinikmati oleh
pengguna lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi
biaya yang dipikul oleg suatu entitas pelaporan
3 Keseimbangan antar karakteristik kualitatif. Keseimbangan antar
karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatife antar karakteristik
dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut
merupakan masalah pertimbangan profesional
4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam
memahami laporan keuangan yang disajikan. Menurut Erlina 2008: 31:
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah :
a. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari
rekenimg kas umum daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa lebih pembiayaan anggran untuk
setiap periode tergantung pada selisih realisasi pendapatan dan belanja serta pembiayaan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset,
kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh
pada keuangan pemerinyah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Prinsip nilai historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan consideration untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di
masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis,
dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
c. Prinsip realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunakan
untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya-pendapatan matching-cost against revenue principle dalam
akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekan dalam akuntansi komersial.
d. Prinsip substansi mengungguli bentuk
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajkan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam
Catatan atas Laporan Keuangan
e. Prinsip periodesitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur
dan posisi sumber daya yang dimlikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, Peremndagri Nomor 13 tahun
2006 menentukan pemerintah daerah dan atau SKPD diharapkan membuat laporan semester pertama dan laporan prognosis untuk satu semester ke
depan.
f. Prinsip konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan maupun entitas akuntansi
prinsip konsistensi internal. Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang
lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memebrikan informasi yang lebih
baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
g. Prinsip pengungkapan lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka on the face laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan
h. Prinsip penyajian wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Faktor
pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian
seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan . pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan
terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja
menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
5.
Unsur-Unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat
diperbandingkan dengan anggarannya. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi apakah
sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan : 1
Telah dilaksnakan secara efisien, efektif, dan hemat
2 Telah sesuai dengan anggarannya
3 Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Menurut Ulum 2004: 192 bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut: 1
Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negarakas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah pusatdaerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusatdaerah
2 Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negarakas daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh
pemerintah.
3 Pembiayaan financing adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaaan maupun pemgeluaran yang perlu dibayar, atau akann
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran
Bentuk laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2.
PEMERINTAH KABUPATEN ………………. FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER ….
Dalam Rupiah
Kode Uraian
Anggaran setelah
Perubahan Realisasi
Lebih kurang
1 2
3 4
5 1
PENDAPATAN 1.1
PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.1.1
Pendapatan Pajak Daerah 1.1.2
Pendapatan Retribusi Daerah 1.1.3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 1.2.1.2
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana Otonomi Khusus 1.2.2.2 Dana Penyesuaian
1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat
1.3.3 Pendapatan Lainnya
Jumlah
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
Kode Uraian
Anggaran setelah
Perubahan Realisasi
Lebih kurang
1 2
3 4
5 2
BELANJA 2.1
BELANJA OPERASI 2.1.1
Belanja Pegawai 2.1.2
Belanja Barang 2.1.3
Belanja Bunga 2.1.4
Belanja Subsidi 2.1.5
Belanja Hibah 2.1.6
Belanja Bantuan Sosial 2.1.7
Belanja Bantuan Keuangan
Jumlah 2.2
BELANJA MODAL 2.2.1
Belanja Tanah 2.2.2
Belanja Peralatan dan Mesin 2.2.3
Belanja Gedung dan Bangunan 2.2.4
Belanja Jalan,Irigasi dan Jaringan 2.2.5
Belanja Aset Tetap Lainnya 2.2.6
Belanja Aset Lainnya 2.3
Belanja Tidak Terduga 2.3.1
Belanja Tidak Terduga
Jumlah
2.4 Transfer
2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke KabKotaDesa
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 2.4.1.2 Bagi Hasil Restribusi
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
SurplusDefisit 3
Pembiayaan
3.1 Penerimaan Daerah
3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 3.1.4
Penerimaan Pinjaman Daerah 3.1.5
Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah 3.1.6
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
Kode Uraian
Anggaran setelah
Perubahan Realisasi
Lebih kurang
1 2
3 4
5 3.2
Pengeluaran Daerah
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pembiayaan Neto
3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 SAP
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh
neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Menurut Ulum 2004: 213 bahwa masing-masing unsur didefinisikan sebagai
berikut: 1
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai danatau oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomisosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya
karena alasan sejarah dan budaya.
2 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu
kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelasaiannya baru wajib
dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan
3 Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
a Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek b
Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset nonlancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang
c Ekuitas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Bentuk neraca pemerintahan kabupaten disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3.
PEMERINTAH PROVINSIKABUPATENKOTA …………… NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Dalam Rupiah
No. Uraian
20X1 20X0
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah
4 Kas di Bendahara Pengeluaran
5 Kas di Bendahara Penerimaan
6 Investasi Jangka Pendek
7 Piutang Pajak
8 Piutang Retribusi
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
16 Piutang Lainnya
17 Persediaan
Jumlah 18
INVESTASI JANGKA PANJANG 19
Investasi Nonpermanen
20 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
21 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
22 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
23 Investasi dalam Surat Utang Negara
24 Investasi dalam Proyek Pembangunan
25 Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
No. Uraian
20X1 20X0
26 Investasi Permanen
27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
28 Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Jumlah
29 ASET TETAP
30 Tanah
31 Peralatan dan Mesin
32 Gedung dan Bangunan
33 Jalan, Irigasi dan Jaringan
34 Aset Tetap Lainnya
35 Konstruksi dalam Pengerjaan
36 Akumulasi Penyusutan
Jumlah 37
DANA CADANGAN
38 Dana Cadangan
Jumlah 39
ASET LAINNYA
40 Tagihan Penjualan Angsuran
41 Tuntutan Perbendaharaan
42 Tuntutan Ganti Rugi
43 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
44 Aset Tak Berwujud
45 Aset Lain-lain
Jumlah Jumlah
46 KEWAJIBAN
47 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
48 Utang Perhitungan Fihak Ketiga PFK
49 Utang Bunga
50 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
51 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
52 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank
53 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan
Bukan Bank 54
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi 55
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 56
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah
57 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
58 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
59 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
60 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
No. Uraian
20X1 20X0
61 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank
62 Utang Dalam Negeri-Obligasi
63 Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Jumlah
64 EKUITAS DANA
65 EKUITAS DANA LANCAR
66 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA
67 Pendapatan yang Ditangguhkan
68 Cadangan Piutang
69 Cadangan Persediaan
70 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
Jumlah 71
EKUITAS DANA INVESTASI
72 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
73 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
74 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
75 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
Jumlah 76
EKUITAS DANA CADANGAN
77 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Jumlah
Sumber: Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 SAP
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pada periode tertentu.
Menurut Ulum 2004: 228 unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing
didefinisikan sebagai berikut:
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
a Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum Negarakas daerah
yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan
b Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum Negarakas daerah
yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan arus kas menyajikan informsi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasi berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pembiayaan, dan nonanggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas.
Bentuk laporan arus kas pemrintahan kabupaten disajikan pada tabel
Tabel 2.4.
LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATENKOTA ………….
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung
Dalam Rupiah
No. Uraian
20X1 20X0
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Masuk Kas
Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas
Belanja Pegawai Belanja Barang
Bunga Subsidi
Hibah Bantuan Sosial
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
No. Uraian
20X1 20X0
Belanja Tak Terduga Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Jumlah Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
Arus Masuk Kas
Pendapatan Penjualan atas Tanah Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas
Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Masuk
Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
No. Uraian
20X1 20X0
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri-Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga PFK
Jumlah Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga PFK
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran
KenaikanPenurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD
Saldo Akhir Kas di BUD Saldo Akhir Kas di
Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kasdi Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas
Sumber: Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk
tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk tertentu
ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
diantara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi untuk
memnudahkan penggguna dalam memahami laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Menurut Ulum 2004: 235 catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1 Menyajikan informasi tentang kebijakn fiskalkeuangan, ekonomi, makro,
pencapaian target Undang-undang APBDPerda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
2 Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan
3 Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4 Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemrintah
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan 5
Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
6 Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 2.5 PEMERINTAH KABUPATEN …………..
FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN Bab I
Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan SKPD
Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja
APBD SKPD 2.1
Ekonomi makro 2.2
Kebijakan keuangan 2.3
Indikator pencapaian target kinerja APBD
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan SKPD
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan SKPD
3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
Bab IV Kebijakan akuntansi
4.1 Entitas akuntansientitas pelaporan keuangan daerah SKPD
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
SKPD 4.3
Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam SAP pada SKPD
Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan SKPD
5.1 Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan
SKPD 5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan khusus untuk SKPD
5.1.4 Aset 5.1.5 Kewajiban
5.1.6 Ekuitas Dana 5.2
Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas,untuk entitas akuntansientitas pelaporan yang menggunakan basis akrual
pada SKPD
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan SKPD
Bab VII
Penutup
Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009
E. Kerangka Konseptual