Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi bagian yang menyeluruh dari kehidupan manusia. Banyak kenyataan bahwa untuk meningkatkan taraf hidupnya, manusia dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan dalam memanfaatkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata ditentukan oleh keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan, sehingga mutu pendidikan di Indonesia samakin ke depan semakin dituntut untuk lebih baik. Bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang sedang membangun dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam mencapai tujuan dan cita-cita pembangunan bangsanya yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Kemampuan dalam memanfaatkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata ditentukan oleh keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan, sehingga mutu pendidikan di Indonesia samakin ke depan semakin dituntut untuk lebih baik. Perbaikan proses belajar mengajar tak lepas dari upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan akses untuk menggunakan sarana belajar yang sesuai dan memadai, kualitas mengajar, strategi pembelajaran yang digunakan, dan pengembangan sistem penilaian. Upaya perbaikan proses belajar mengajar akan mempengaruhi individu secara langsung, terutama melatih individu memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, kreatif, dan inivatif, serta kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan pendapat komunikasi. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika mempunyai peranan dalam melatih logika berpikir. Mengingat pentingnya matematika, maka pemerintah dalam hal ini DEPDIKNAS selalu berusaha meningkatkan mutu pengajaran matematika di segala jenjang pendidikan formal. Menurut DEPDIKNAS Jakarta 2003, disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah sebagai berikut : 1 1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarai, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat merumuskan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah. 5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. 6. Catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan. Demikian juga, NCTM 2000 mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, guru harus memperhatikan lima aspek pengajaran matematika yaitu : koneksi connections, penalaran reasoning, komunikasi communication, pemecahan masalah problem solving, dan representasi representations. 2 Jadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan komunikasi matematik, yaitu bagaimana siswa mampu menggunakan matematika sebagai alat komunikasi untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan komunikasi matematik menjadi kemampuan yang perlu ditingkatkan pada diri siswa. Berkaitan dengan pentingnya komunikasi, salah satunya komunikasi yang dilakukan manusia yaitu komunikasi dengan Tuhan yaitu Allah SWT, salah satunya adalah melalui media Al-Quran. Al-Qur,an mengatakan : ÅG¡†+݉ƒo ­°® a1” Ì 1 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h. 7.31 2 NCTM, Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM, 2000, p. 4 Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinyapandai berbicaraQ.SAr-Rahman: 1-4 Salah satu keberhasilan pembelajaran matematika sangat didukung oleh proses komunikasi yang sukses. Lindquist, mengemukakan bahwa kita akan memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh tujuan sosial seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika untuk semua orang. 3 Bell berpendapat bahwa yang menjadi penyebab siswa kesulitan belajar matematika adalah lemahnya kemampuan membaca secara umum dan ketidakmampuan membaca secara khusus, apalagi matematika merupakan ilmu yang bahasanya sarat oleh simbol dan istilah. 4 Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan suatu aktivitas berbagi informasi berupa kemampuan memodelkan situasi ke dalam bentuk gagasan-gagasan matematika dengan menggunakan simbol- simbol dan notasi-notasi matematika baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi matematika perlu menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika sebab, melaui komunikasi siswa dapat mengorganisasi berpikir matematisnya. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi komunikasi matematik siswa adalah faktor pembelajaran, sehingga untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa diperlukan strategi pembelajaran yang merangsang siswa untuk berdiskusi berkomunikasi, mengeluarkan argumennya. Karena dengan berdiskusi, siswa menjadi aktif berkomunikasi dengan siswa lainnya atau dengan guru, sehingga kemampuan komunikasi matematiknya terasah. NCTM 2000, mengungkapkan peran guru dalam membangun kemampuan komunikasi matematik pada grade 6-8, yaitu guru sebaiknya 3 Mary M. Lindquist, NCTM 1996 year book: Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA : NCTM INC, 2000, p. 1 4 Mumun Syaban, Menumbuhkan Daya Matematis Siswa, [online]. Tersedia: http:educare.e- fkipunla.net berusaha untuk membangun komunikasi yang lebih banyak di kelas, sehingga siswa menjadi bersemangat untuk membagi ide-ide mereka dan mencoba untuk mengklarifikasi ide-ide tersebut sampai mereka mengerti. 5 Sering kali ditemui bahwa beberapa siswa mengalami kejenuhan saat menerima materi pelajaran dari guru di sekolah sehingga materi yang dijelaskan guru kurang begitu diserap oleh siswa. Hal tersebut antar lain dikarenakan gaya mengajar guru yang cenderung monoton. Pembelajaran di kelas berpusat kepada guru teacher centered, sementara siswa diposisikan sebagai objek, sehingga kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar dan komunikasi yang terjadi di kelas merupakan komunikasi satu arah yaitu antara guru dengan siswa, sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa relatif rendah. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru teacher centered beralih berpusat pada siswa student centered, Untuk itu, guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik. Namun pada kenyataannya, efesiensi dan efektifitas pembelajaran matematika di sekolah belum mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Namun ditengah kondisi pendidikan yang demikian, Indonesia tetap mampu melahirkan prestasi yang cukup membanggakan dalam dunia pendidikan, antara lain Indonesia meraih tiga emas, tujuh perak, serta 17 perunggu dalam 13th Primary Mathematics World Contest atau Kontes Dunia Matematika yang digelar di Kota Incheon, Korea Selatan pada Juli 2010. 6 Berdasarkan laporan hasil seminar dan lokakarya pembelajaran matematika di P4TK PPPG Matematika, data TIMSS 2007 menunjukkan bahwa penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar basic skills, namun sedikit atau sama sekali tidak ada 5 NCTM, Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM, 2000, p. 227 6 Prestasi Indonesia di Dunia, tersedia : www.berita.liputan6.com penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis. 7 Terdapat fakta di lapangan yang menunjukkan siswa bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa relatif rendah, seperti yang terjadi di MTsN Tangerang II Pamulang. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti tepatnya di kelas VIII-2 diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan setelah dilakukannya tes awal kemampuan komunikasi matematik siswa dengan nilai rata-rata 46,75 terlampir. Selain itu hasil wawancara dengan guru matematika pada kelas tersebut juga mengatakan hal yang sama bahwa memang kemampuan komunikasi matematik siswa untuk kelas tersebut relatif rendah. Kemudian berdasarkan hasil observasi di kelas, ketika pembelajaran matematika berlangsung, metode yang digunakan guru adalah konvensional, ceramah, tanya jawab. Sebagian besar siswa kelas VIII-2 sangat pasif dalam belajar namun berisik pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Beranjak dari kondisi yang telah diuraikan, maka masalah yang muncul adalah model pembelajaran apa yang dapat dikembangkan guru dalam upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa? Peneliti tertarik untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang diperkirakan mampu mendukung upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu Model Pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle. Model Pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle merupakan salah satu model pembelajaran yang menerapkan banyak diskusisharing. “Teknik mengajar Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar Inside-Outside Circle dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada anak didik agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.” 8 Bahan yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar anak didik. 7 Fajar Shodiq, Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di P4TK PPPG Matematika, [online]. Tersedia: www.docstoc.com 8 M Yudha Saputradan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran Kooperatif. Bandung: CV. Bintang WarliArtika, 2008, h. 79 Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa dapat berbagi pada pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa jugabekerja dengan siswa laindalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Guru disarankan memberikan banyak kesempatan siswa untuk berdiskusi dan mengolah informasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat mengasah kemampuan komunikasi matematiknya. Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul:Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-Ouside Circle Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

Improving students’ skill in writing procedure text through picture sequences: a classroom action research at the ninth grade of MTs Negeri Tangerang 2 Pamulang

0 3 118

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

PENERAPAN INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V Penerapan Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jakenan Pati.

0 1 15

PENERAPAN INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V Penerapan Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jakenan Pati.

0 2 12

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA KELAS V Penerapan Strategi Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPA SD Negeri Ba

0 0 15

PENERAPAN METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI PERATURAN PENERAPAN METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI PERATURAN PERUNDANG –UNDANGAN SISWA KELA

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT.

0 0 5

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA - repository UPI S PEK 0807116 Title

0 0 4