pengkhianatan memiliki hasil yang berbeda dibanding trauma yang hanya didasari rasa takut.
Berdasarkan definisi-definisi diatas peneliti menggunakan pengertian dari J.J. Freyd bahwa betrayal trauma adalah sebuah trauma yang terjadi ketika
seseorang atau lembaga tempat kita bergantung membahayakan atau membuat suatu kejahatan dalam beberapa cara.
2.1.3 Pengukuran kekerasan seksual anak
Ada beberapa skala yang bisa digunakan dalam mengukur efek kekerasan seksual pada remaja, di antaranya adalah Brief Betrayal Trauma Survey BBTS, Abuse
Perpetration Inventory API, Life Stressor Checklist Revised LSC-R. Dalam mengukur efek kekerasan seksual pada remaja serta betrayal trauma sebagai salah
satu efek dari kekerasan seksual, maka digunakanlah skala yang diadaptasi dari skala Betrayal Trauma Inventory yang dikembangkan oleh Jennifer Freyd dan
Anne DePrince pada tahun 1997 Freyd, et. al., 2001.Skala ini terdiri dari 18 pertanyaan yang mendeskripsikan betrayal trauma sebagai salah satu efek
kekerasan seksual. Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena dimensi dalam alat
ukurnya menggunakan teori yang sama yaitu betrayal trauma sebagai salah satu efek kekerasan seksual. Selain itu alat ukur ini juga lebih bebas gender karena
itemnya bisa digunakan untuk perempuan. Karena ada beberapa alat ukur yang hanya diperuntukkan untuk responden laki-laki. Berdasarkan penelitian dari
Freyd, DePrince dan Zurbriggen 2001 didapat nilai validitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.60 sampai 0.80.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan seksual
Menurut DePrince, et al., 2012 ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk meminimalisasi terjadinya betrayal trauma yang merupakan salah satu efek
dari kekerasan seksual pada remaja. Diantaranya adalah: 1.
Dukungan sosial Menurut Feiring et al., 2013 dukungan sosial yang diterima korban
kekerasan seksual dapat membantu korban dalam menjalani proses pemulihan dan me-manage pengalaman traumatik secara bersamaan.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Horwitz 2005 mengatakan bahwa remaja yang mengalami trauma paska kejadian yang menyakitkan
disebabkan kurangnya dukungan sosial yang diterimanya. Selain itu, rendahnya dukungan sosial dari orang terdekatnya dikaitkan dengan
tingginya level stress seseorang. 2.
Forgiveness Forgiveness seringkali dihubungkan dengan kesehatan mental dan fisik.
Forgiveness juga seringkali dikaitkan dengan rendahnya level depresi dan kecemasan seseorang. Berdasarkan beberapa literatur yang ada,
forgiveness merupakan terapi yang efektif untuk korban kekerasan seksual Freedman, 1999 dalam Walton, 2006.
3. Coping strategy
Coping strategy merupakan elemen yang penting untuk mengurangi efek kekerasan seksual yang dialami oleh seseorang. Menurut penelitian yang
dilakukan Himelein and McElrath 1996 mengatakan bahwa korban
kekerasan seksual yang memiliki coping strategy yang baik akan menyesuaikan diri dengan baik. Penelitian senada juga diungkapkan oleh
Walsh et al,. 2007 menemukan bahwa para mahasiswa yang merupakan korban kekerasan seksual yang mengembangkan positive coping strategy
seperti problem focused coping, seeking support, dan berfokus pada hal yang positif dan memiliki internal focus control yang rendah memiliki
penyesuaian yang baik saat memiliki pasangan serta memiliki kepercayaan dalam membangun hubungannya dengan lawan jenis.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi dukungan sosial
Dalam menghadapi peristiwa traumatik yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan dukungan sosial. Siegel dalam Taylor, 2003 mengatakan
dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah informasi bahwa seseorang itu dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dianggap penting, juga merupakan
bagian dari jaringan komunikasi di sekitarnya dan merupakan bagian dari sebuah jaringan hubungan seperti hubungan timbal-balik orang tua, sepasang suami istri,
teman, dan masyarakat. Sarafino 2011 menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk
penerimaan dari seseorang atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam diri bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan
ditolong. Sedangkan menurut Cohen, Underwood dan Gothlieb 2000 istilah dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial yang tersedia bagi seseorang
atau yang benar-benar diberikan kepada orang tersebut oleh seorang yang bukan
professional baik berupa dukungan informasi, empati, dukungan materil dan pemberian nasehat.
Pendapat senada juga diungkapkan Sarason 2001 yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-
orang yang dapat diandalkan, dapat menghargai dan dapat menyayangi korban. Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan definisi dari Cohen,
Underwood dan Gothlieb 2000 yaitu dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada
orang tersebut oleh seseorang yang bukan profesional baik berupa dukungan informasi, empati, dukungan materil dan pemberian nasehat. Serta orang yang
menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diterimanya, dan begitupun sebaliknya.
2.2.2 Dimensi dan sumberdukungan sosial
Menurut Cohen dalam Taylor, 2003, terdapat 4 bentuk dukungan sosial, yaitu: a.
Appraisal Support Dukungan ini membantu korban untuk memahami lebih baik lagi sebuah
stressor dari trauma yang dialami dan strategi koping apa yang harus dilakukan untuk berdamai dengan hal itu. Melalui pertukaran appraisal yang
terjadi, korban yang menghadapi peristiwa traumatik dapat menentukan bagaimana mengelola stressor saat pemicu peristiwa tersebut datang.
b. Tangible Assistance
Dalam hal ini fungsi dukungan sosial adalah adanya bantuan yang bersifat material, finansial atau pelayanan. Dukungan ini merupakan bentuk dukungan
yang terlihat dan biasanya bersifat bantuan langsung. Seperti memberikan semangat, meminjaminya uang, menemaninya saat terapi berlangsung, dan
memberikan energi positif saat korban mengingat kejadian traumatiknya. c.
Informational Support Informational support adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk
pemberian nasehat atau saran, penghargaan, bimbingan atau pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu guna memecahkan masalah yang
terjadi. d.
Emotional Support Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, turut prihatin kepada seseorang.
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stress,
memberi bantuan dalam bentuk semangat dan cinta. Sarafino 2011 mengemukakan bahwa sumber-sumber dukungan sosial dapat
berasal dari beberapa hal, yaitu: 1.
Orang-orang sekitar individu atau significant other seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan. Dalam hubungan ini menempati bagian terbesar dari
kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial.
2. Kalangan profesional seperti psikolog atau dokter, yang berguna untuk
menganalisa secara klinis maupun psikis. 3.
Kelompok-kelompok dukungan sosial social support group
2.2.3 Pengukuran dukungan sosial
Ada beberapa instrument yang dapat digunakan untuk mengukur dukungan sosial seperti, Social Support Questionnaire SSQ, Student Social Support Scale,
dan Multidimensional Scale of Perceived Social MSPSS. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur Interpersonal Support Evaluation List ISEL
berdasarkan teori Cohen, McKay, Sarason 2000 yang terdiri dari 40 item dengan menggunakan skala likert dari 1-4.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang diukur oleh alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori dukungan sosial
yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian dari Kamau, Olson, Zipp, and Clark 2011 didapat nilai validitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.30
sampai 0.46. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, didapatkan nilai realibilitas alpha’s cronbach dari alat ukur ini adalah berkisar dari 0.88 sampai 0.90.
2.3 Forgiveness
2.3.1 Definisi forgiveness
Forgiveness adalah kesedian menanggalkan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang telah menyakiti hati atau melakukan suatu perbuatan salah pada
individu lain McCullough, 2001. Forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak
melakukan perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku. Sebaliknya muncul keinginan untuk berdamai
dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti, walaupun orang yang telah