Analisis Pengaruh Luas Lahan, Pupuk, Dan Curah Hujan Terhadap Produktifitas Padi Sawah Di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2010

(1)

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI SAWAH

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005-2010

TUGAS AKHIR

SURYA WINATA 082407103

PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI SAWAH

DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 - 2010

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SURYA WINATA 082407103

PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK,

DAN CURAH HUJAN TERHADAP

PRODUKTIFITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 – 2010.

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SURYA WINATA

Nomor Induk Mahasiswa : 082407103

Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D Dra. Mardiningsih, M.Si


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIFITAS PADI SAWAH

DIKABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 – 2010

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2011

SURYA WINATA 082407103


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya akhirnya Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si sebagai pembimbing pada penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Begitu pula Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA USU, Dr. Sutarman, M.Si selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua Dosen dan staf pegawai pada Departemen Matematika FMIPA USU. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Rahmat Gustiar S.Si dan seluruh staf pegawai BPS Kab. Langkat yang telah membantu dalam pengumpulan data riset. Yang paling penulis sayangi Ayahanda Suparmo dan Ibunda Marsiah, karena dengan dorongan dan motivasinya sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini, begitu juga dengan Didik, Iis, Icut, Maman dan semua keluarga yang mendukung. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Suryo Sudikdo, Agung Laksana dan teman-teman yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Semoga penulis bisa membalas kebaikan dan perhatian kalian semua, dan apabila terkendala semoga Allah SWT yang dapat membalasnya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Maksud dan Tujuan 5

1.5 Metodologi 6

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan

6 7

Bab 2 Landasan Teori 9

2.1 Defenisi Variabel 9

2.2 Tinjauan Teori 11

Bab 3 Analisis Kebutuhan 20

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat 20

3.2 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) 29

3.3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 33

3.4 BPS Kabupaten Langkat 2010 – 2014 39

Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data 41

4.1 Pengolahan Variabel 41

4.2 Analisis Variabel 43

4.3 Implementasi Sistem 61

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 68

5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 69

Daftar Pustaka 70


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Luas Daerah di Kabupaten Langkat menurut Kecamatan 28

Tabel 3.2 Daftar Desa dan Kelurahan ditiap Kecamatan di Kabupaten Langkat 38

Tabel 4.1 Luas Lahan Panen Padi Sawah di Kabupaten Langkat 41

Tabel 4.2 Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan dan

Hortikulturan di Kabupaten Langkat. 42

Tabel 4.3 Jumlah dan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Langkat. 42

Tabel 4.4 Hasil Produksi Padi Sawah di Kabupaten Langkat 43

Tabel 4.5 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah 43 Tabel 4.6 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah

Setiap Tahun Setalah di Koding ke Dalam Ribuan. 45

Tabel 4.7 Output Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 45

Tabel 4.8 Daftar Harga-harga Perhitungan Matriks Dengan Metode Cramer 47

Tabel 4.9 Output Analisis Regresi Linear Berganda 52

Tabel 4.10 Tabel ANOVA Uji Signifikansi 53

Tabel 4.11 Interval Tingkat Hubungan Analisis Korelasi Pearson 55

Tabel 4.12 Daftar Harga-harga Analisis Korelasi Linear Ganda 56

Tabel 4.13 Output Analisis Korelasi 57


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Desain Kerangka Analisis Dalam Penelitian 44

Gambar 4.2 Tampilan Data Editor SPSS Statistics 19 for Windows 63

Gambar 4.3 Tampilan Variable View SPSS 19 63

Gambar 4.4 Input Data Variabel SPSS 19 64

Gambar 4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 65

Gambar 4.6 Analisis Regresi Linear Ganda 66


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja dalam sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari sektor pertanian. Hal ini juga di pengaruhi oleh kondisi alam, cuaca dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung di sektor pertanian ini dimana tanah di negara Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif, sehingga pertanian memang cocok untuk terus di kembangkan di Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas Tinggi”, Hal:2).

Namun, dalam perkembangannya secara umum, semakin lama kondisi tanah pertanian di Indonesia semakin rendah tingkat produktifitas dan kesuburannya yang berdampak kepada semakin menurunnya tingkat produksi pertanian (Ganesha Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas Tinggi”, Hal:2). Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh para petani guna mengembalikan tingkat produksi pertaniannya diantaranya adalah peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitas benih, penggunaan pupuk dan pestisida atau insektisida.

Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sektor pertanian tersebut bila ditangani dengan serius sebenarnya akan mampu memberikan sumbangan yang


(10)

besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia mendatang. Salah satu cara penanganannya yaitu dengan berorientasi pada bisnis pertanian atau agrobisnis (Soekartawi, 1999). Salah satu hasil pertanian dari sektor tanaman pangan adalah padi sawah yang dapat diolah menjadi beras yang merupakan makanan pokok negara Indonesia. Salah satu daerah atau Kabupaten yang memiliki Produk Domestik Regional Bruto perkapita terbesar di sektor pertanian adalah Kabutapen Langkat, sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

Sebagai salah satu daerah atau kabupaten yang sebagian besar warganya bermatapencaharian sebagai petani dan memiliki Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian, Kabupaten Langkat memiliki beberapa factor yang mendukung terjadinya hal tersebut, diantaranya karenakan luas lahan pertanian di daerah Kabupaten Langkat yang masih sangat luas, dan keahlian bercocok tanam yang dimiliki oleh para petani yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun, sebagai salah satu kabupaten yang memiliki PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian, Kabupaten Langkat masih mengandalkan pasokan pupuk untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, yang kebutuhan akan pasokan pupuk tersebut semakin meningkat jumlahnya tiap tahun. Padahal, pada kenyataannya hanya sebagian saja pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman dikarenakan beberapa sifat bahan kimia yang terkandung dalam pupuk tersebut susah larut.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil beberapa faktor yang akan digunakan sebagai variable untuk mengetahui produktifitas padi sawah di kabupaten Langkat. Faktor-faktor yang akan penulis gunakan diantaranya adalah: Luas lahan yang digunakan para petani untuk bercocok tanam, cuaca atau curah hujan yang terjadi tiap tahunnya di daerah Kabupaten Langkat, serta pasokan pupuk yang digunakan oleh para petani untuk membantu hasil produksi pertaniannya.

Namun, selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, ada juga beberapa faktor pendukung hasil produksi lainnya yang ikut mempengaruhi produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat yang tidak diikut sertakan oleh penulis sebagai salah satu variable dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut diantaranya: Faktor hama


(11)

yang menyerang lahan pertanian dan bencana yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya gagal panen seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tiupan angin, dan bencana-bencana lain yang terjadi di daerah tersebut.

Dengan demikian, dalam kajian ini penulis tertarik dan akan melakukan penelitian mengenai Produktifitas padi sawah di daerah Kabupaten Langkat tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang permasalahan tersebut diatas, diketahui bahwa salah satu daerah atau kabupaten yang memiliki Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB perkapita terbesar sektor pertanian adalah Kabupaten Langkat, karena di daerah atau kabupaten tersebut sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan lahan pertanian yang subur dan produktif, serta curah hujan yang mendukung tiap musimnya.

Sebagai daerah yang memiliki PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian, Kabupaten Langkat masih mengandalkan pasokan pupuk sebagai salah satu upaya guna meningkatkan produktifitas padi sawah yang terus meningkat jumlahnya tiap tahun.

Untuk mengetahui hasil produktifitas padi sawah di daerah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, dan beberapa permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan dan pengaruh yang terjadi secara signifikan dan simultan antara luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?

2. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara luas lahan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?

3. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara pupuk yang digunakan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?


(12)

4. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara curah hujan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?

Adapun usaha yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas adalah adanya hubungan dan seberapa besar pengaruh yang terjadi secara signifikan dan simultan antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat.

1.3.Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibuat demi kevaliditasan dan kerealibitasan hasil penelitian, dalam penelitian ini penulis member batasan sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai produktiftas padi sawah ini dilakukan di Kabupaten Langkat.

2. Data yang didapat merupakan data sekunder hasil survey yang dilakukan oleh Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.

3. Variabel yang digunakanan untuk penelitian ini adalah, variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat. Dan variabel lain diluar model yang ikut mempengaruhi antara lain, hama dan bencana yang melanda sehingga terjadi gagal panen.

4. Untuk variabel pupuk, penulis membatasi hanya pada pupuk jenis UREA yang bersubsidi untuk tanaman pangan dan hortikultura.

5. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada 6 tahun terakhir, yaitu tahun 2005 sampai 2010.

6. Penyelesaian asumsi klasik seperti uji normalitas, uji signifikansi atau uji kelinieran, uji koefisien dan uji multikolinieritas, pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program pengolah data SPSS Statistics 19.

7. Analisis korelasi parsial antara variabel pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program SPSS Statistics 19.


(13)

1.4.Maksud dan Tujuan

1.4.1. Maksud Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalah dan rumusan masalah tersebut diatas, adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan dan seberapa besar pengaruh yang terjadi secara signifikan dan simultan antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat sehingga membuat salah satu PDRB perkapita terbesar di Kabupaten Langkat ada di sektor pertanian.

1.4.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Untuk menganalisis besar hubungan dan pengaruh yang terjadi antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan, terhadap hasil produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010 secara simultan atau gabungan.

2. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel luas lahan terhadap hasil proudktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010 secara parsial atau bagian.

3. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel pupuk yang digunakan terhadap hasil produktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010 secara parsial atau bagian.

4. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel curah hujan terhadap hasil produktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010 secara parsial atau bagian.


(14)

1.5.Metodologi

1.5.1. Metodologi Pengambilan Data

Data yang diambil berupa data sekunder atau data yang telah di olah sebelumnya dari hasil survey yang telah di lakukan oleh Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.

1.5.2. Metodologi Pengembangan Sistem

Metode yang digunakan untuk mengembangkan data adalah dengan metode analisis korelasi atau metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa erat dan signifikankah hubungan antara dua buah variabel atau lebih. Dan metode analisis regresi linear berganda yaitu metode regresi untuk menemuka model regresi yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Model hasil regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.

1.6.Tempat dan Waktu Penelitian 1.6.1. Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kabupaten Langkat, dan data yang yang digunakan adalah data sekunder yang telah tersedia di Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.

1.6.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian serta jadwal seluruh penelitian hingga pembuatan laporan yang akan dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang tertera sebagai berikut:


(15)

Jadwal Penelitian

No. KEGIATAN JANUARI

(2011) FEBRUARI (2011) MARET (2011) APRIL (2011)

1. Pendalaman Materi

2. Pengambilan dan

Pengumpulan data

3. Mengolah dan

Menganalisis data

4. Pengujian data

5. Pembuatan Laporan

1.7.Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas pada penyusunan laporan hasil penelitian ini, maka penulis menjabarkan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada Bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, metodologi, tempat dan waktu penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori dasar dalam penelitian yang mendukung penulisan Tugas Akhir, mencakup defenisi variabel, teori tentang permasalahan, metoda atau teknik yang digunakan, uraian tentang metode yang digunakan, dan kerangka penyelesaian masalah.

BAB 3 : ANALISIS KEBUTUHAN

Bab ini berisi penjelasan tentang hasil pendefinisian kebutuhan permasalahan dan penjelasan mengenai tempat dimana penelitian ini dilakukan yang dijadikan topik penelitian ini.


(16)

BAB 4 : PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang teknik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang didapat dan diteruskan dengan pengujian data hasil analisis dengan data tabel.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini merupakan Bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI LAMPIRAN


(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi Variabel

Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat tahun 2005-2010 ini, penulis menggunakan beberapa variabel yang penulis gunakan sebagai faktor penentu, yaitu:

a) Variabel luas lahan

Menurut Dokuchaiev, lahan merupakan likungan fisis dan biotik yang berkatian dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief atau topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia (Dra. Romenah, ”Lahan Potensial dan Lahan Kritis”, Hal:5).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel luas lahan yaitu besarnya lahan panen yang digunakan oleh warga di Kabupaten Langkat untuk bercocok tanam padi sawah dengan kondisi lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan dan dan kondisi yang berbeda-beda di tiap daerahnya.

b) Variabel pupuk

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, Hal:1).


(18)

Pupuk sudah membudaya pada petani. Petani dan pupuk seakan sudah menyatu. Sehingga tak perlu heran kalau banyak petani yang merasa enggan menanam sesuatu tanpa memberi pupuk. Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengn meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45% - 46%, jadi setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara Nitrogen (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, Hal:19).

Pada penelitian ini, penulis membatasi variabel pupuk hanya pada pupuk yang sering digunakan oleh petani yang berada di Kabupaten Langkat yaitu pupuk jenis UREA bersubsidi dari pemerintah untuk tanaman pangan dan hortikultura. Pupuk urea termasuk pupuk nitrogen yang dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% yang termasuk pupuk higroskopis atau mudah menarik uap air. Pada kelembapan 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dari udara sehingga pupuk urea ini mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, Hal:22-23).

c) Variabel curah hujan

Curah hujan adalah banyaknya debit air hujan yang turun pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu di setiap musimnya. Pada daerah tropis seperti Indonesia, curah hujan sangat berpengaruh terhadap kesuburan suatu tanaman.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel curah hujan sebagai salah satu variabel bebas, yaitu banyaknya tingkat debit air hujan yang turun di daerah Kabupaten Langkat dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

d) Variabel Produktifitas Padi Sawah

Produktifitas padi sawah adalah banyaknya hasil produksi di sektor padi sawah. Hasil produksi padi sawah tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor,


(19)

diantaranya luas lahan, pupuk, curah hujan, hama, bibit yang digunakan, dan banyak faktor pendukung lainnya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel produktifitas padi sawah sebagai variabel takbebas atau prediktor, yaitu produktifitas padi sawah di daerah Kabupaten Langkat tiap tahunnya.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Teknik Analisis yang Digunakan

Adapun teknik analisis statistik penulis gunakan dalam melakukan pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik analisis korelasi ganda dan analisis regresi ganda. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai teknik analisis data tersebut.

2.2.1.1 Analisis Korelasi

Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis korelasi ganda yang merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara lebih dari dua variabel. Korelasi ganda tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi ganda dapat berupa hubungan linier positif dan linier negatif. Interpretasi koefisien korelasi ganda akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi ganda didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 sampai dengan 1. Untuk melihat signifikansi hubungan digunakan


(20)

angka signifikansi/probabilitas/alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi ganda yang menunjukkan positif atau negatif. Koefisien korelasi ganda dapat ditentukan dengan mengakarkan koefisien determinasi ganda.

koefisien diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi r2 ini dijadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.

Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas/X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. Jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam contoh kasus misalnya, jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel tergantung/response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas/explanatory), sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui atau variabilitas yang inheren. Rumus untuk menghitung koefisien determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%. Variabilitas mempunyai makna penyebaran/distribusi seperangkat nilai-nilai tertentu. Dengan menggunakan bahasa umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya 20% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dalam hubungannya dengan korelasi, maka r2 merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan response (Y). Dengan menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefisien korelasi yang dikuadratkan. Oleh karena itu, penggunaan koefisien determinasi dalam korelasi


(21)

tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua variabel maka pengaruh variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana pengaruh itu terjadi dan ada atau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.

Dengan demikian jika kita menggunakan korelasi sebaiknya jangan menggunakan koefisien determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena korelasi hanya menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.

Rumus umum untuk mendapatkan koefisien determinasi ganda adalah:

Dimana R2 = Koefisien determinasi ganda JKreg = Jumlah kuadrat-kuadrat regresi

Σyi2 = Kuadrat selisih variabel terikat dikurang rata-rata

Dengan rumus untuk JKreg adalah:

koefisien korelasi ganda ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua atau lebih variabel. Besarnya koefisien korelasi ganda berkisar antara +1 s/d -1. koefisien korelasi ganda menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan


(22)

arah hubungan dua atau lebih variabel acak. Jika koefisien korelasi ganda bernilai positif, maka variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi ganda bernilai negatif, maka variabel-variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).

Secara umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan 0,1. Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.

Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sampel) yang akan digunakan dalam riset. Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sampel yang besar. Sebaliknya jika ukuran sampel semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.

Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:

- Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka hubungan kedua variabel signifikan.

- Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05; maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.


(23)

a. Interpretasi Korelasi

Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:

1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan.

2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat.

3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah.

4. Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.

5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

b. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk korelasi digunakan uji t. Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding t tabel dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika t hitung > t tabel, H0 ditolak; H1 diterima

2. Jika t hitung < t tabel, H0 diterima; H1 ditolak

Disamping menggunakan cara diatas, cara kedua ialah menggunakan angka signifikansi. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka H0 ditolak.


(24)

2.2.1.2 Analisis Regresi

Dalam penelitian ini, salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2 peubah. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut :

Persamaan tersebut diduga oleh persamaan di bawah ini :

Menentukan b0, b1, b2, …, bk dapat menggunakan metode kuadrat terkecil melalui apa

yang disebut dengan persamaan normal seperti di bawah ini :

Bentuk persamaan matriks di atas termasuk ke dalam suatu sistem persamaan linier. Mencari atau menentukan b0, b1, b2, b3, …, bn berarti mencari atau menentukan

solusi dari sistem persamaan linier (SPL). Mencari solusi SPL ada berbagai macam cara, diantaranya ialah Metode Eliminasi Gauss, Metode Invers (Metode Matriks yang diperbesar dan Metode Matriks Adjoin), dan Metode Cramer.

Metode Cramer merupakan metode yang paling populer dalam menentukan suatu solusi SPL (Sistem Persamaan Liniear) karena sifatnya yang mudah dipelajari dan sederhana. Menurut Cramer jika kita punya SPL (Sistem Persamaan Liniear) sebagai berikut :


(25)

Maka x1, x2, x3, …, xn dapat langsung dicari dengan membagi determinan

matriks Aj dengan determinan matriks koefisien A. Dimana :

a. Pengaruh Simultan

Uji simultan atau uji F, bertujuan untuk mengetahui pengaruh gabungan variabel-variabel X terhadap variabel-variabel Y. Nilai F hitung dapat ditentukan dengan formula :

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

n = Banyaknya sampel


(26)

Apabila hasil perhitungan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak sehingga dapat

dikatakan bahwa variabel bebas regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi berganda tidak mampu menjelaskan variabel terikat.

b. Pengaruh Parsial

Untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial digunakan uji t. Nilai t dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut :

keterangan :

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya sampel

Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dengan demikian variabel bebas

dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh di antara dua variabel yang diuji. Untuk mencari besarnya r2, di mana r2 adalah satu dikurangi rasio antara besarnya deviasi Y observasi dari garis regresi dengan besar deviasi nilai Y observasi dari rata-ratanya. Secara matematis dapat ditulis dengan formula sebagai berikut:


(27)

Keterangan :

r2 = Besarnya koefisien determinasi

Y = Nilai variabel Y

Ŷ = Nilai estimasi Y


(28)

BAB 3

ANALISIS KEBUTUHAN

3.1 SEJARAH SINGKAT KABUPATEN LANGKAT 3.1.1 Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang

Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :

1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892

2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927 3. Sultan Mahmud 1927-1945/46

Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada didesa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja di daerahnya.


(29)

Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak

1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :

o Kejuruan Selesai

o Kejuruan Bahorok

o Kejuruan Sei Bingai o Distrik Kwala o Distrik Salapian

2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu :

o Kejuruan Stabat o Kejuruan Bingei o Distrik Secanggang o Distrik Padang Tualang o Distrik Cempa

o Distrik Pantai Cermin

3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.

o Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji. o Distrik Pulau Kampai

o Distrik Sei Lepan

Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945.


(30)

3.1.2 Masa Kemerdekaan

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.

Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu :

1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai

2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura 3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir.

Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:


(31)

1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974 2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979 3. R. Mulyadi 1979 – 1984

4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989 5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994 6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998

7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999 8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009

9. Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang

Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah pembangunan.

1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi

o Kecamatan Bahorok dengan 19 desa o Kecamatan Salapian dengan 22 desa o Kecamatan Kuala dengan 16 desa o Kecamatan Selesai dengan 13 desa o Kecamatan Binjai dengan 7 desa o Kecamatan Sei Bingai 15 desa

2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliput

o Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 kelurahan o Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa

o Kecamatan Hinai dengan 12 desa

o Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa

o Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan 3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi

o Kecamatan Gebang dengan 9 desa o Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa

o Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan

o Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan o Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan o Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan 3 kelurahan


(32)

Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati. Dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan.

3.1.3. Kondisi Wilayah

1. Geografi. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara, serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut:

o Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh o Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo.

o Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang

o Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)

2. Topografi. Daerah Tingkat II Langkat dibedkan atas 3 bagian

o Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 – 4 m diatas permukaan laut o Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut o Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut

3. Jenis – jenis Tanah

o Sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah ALLUVIAL, yang sesuai

untuk jenis tanaman pertanian pangan.

o Dataran rendah dengan jenis tanah GLEI HUMUS rendah, Hydromofil kelabu dan plarosal.

o Dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning.

4. Aliran Sungai. Daerah Kab. Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan dan lain-lain.

5. Wisata. Di daerah Kab. Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang sebagai obyek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hujan trofis, dibukit Lawang


(33)

ini terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas) yang dikelola oleh WNF Taman Nasional gunung Leuser merupakan asset Nasional terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamiang juga terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis species tumbuh-tumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia.

6. Industri dan Pertambangan. Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada di kota Pangkalan Berandan yang menghasilkan: a. Kapasitas CDU (MBCD) - Actual 0,51 (510 Barrel/hari) - Discharged 0,50 (500 Barrel/hari)

b. Kapasitas CDU-II (MBCD) - Actual 4,69 (4690 Barrel/hari) - Discharged 4,50 (4500 Barrel/hari)

c. Aspal di Pangkalan Susu - Actual 400 Mm3/hari (400.000m3/hari) - Discharged 850 Mm3/hari (850.000 m3/hari)

Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat Industri Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan tambang yang belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa dan lain-lain (BPS

Kab. Langkat

Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan sektor penopang perekonomian Indonesia, khususnya daerah Kabupaten Langkat. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap total pendapatan daerah regional bruto / PDRB Kabupaten Langkat atas dasar harga berlaku / ADHB dalam kurun waktu lima tahun terakhir nilainya selalu mencapai angka sekitar 50%. Tahun 2008 kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB Kabupaten Langkat sebesar 48,70 %. Setelah subsektor perkebunan, subsektor tanaman bahan makanan merupakan penopang terbesar kedua terhadap total pembentukan nilai tambah sektor pertanian tersebut. Kontribusi yang disumbangkan sebsektor tanaman bahan makanan sebesar 28,09% terhadap total nilai tambah sektor pertanian Kabupaten Langkat.


(34)

3.1.4 Penduduk

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen.

Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk periode 2005-2010.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per km2.

Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.

Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen) (Sumber: BPS Kab. Langkat. http://www.langkatkab.go.id/page.php?id=203).


(35)

3.1.5 Iklim Dan Wilayah 3.1.5.1 Iklim

Iklim di wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim sebagai berikut :

• Musim Kemarau : Februari s/d Agustus

• Musim Hujan : September s/d Januari

• Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun

• Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius

3.1.5.2 Wilayah

Kabupaten Langkat terletak antara : 3o 14` 00" - 4o 13` 00" Lintang Utara 97o 52` 00" - 98o 45` 00" Bujur Timur. Luas areal : 6.263,29 Km2 (626.326 Ha)

Letak di atas permukaan laut : 1. Kec. Babalan : 4 meter 2. Kec. Tanjung Pura : 4 meter 3. Kec. Binjai : 28 meter 4. Kec. Selesai : 30 meter 5. Kec. Salapian : 100 meter

6. Kec. Bahorok : 105 meter

Batas-batas :

1. Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Sela Malaka 2. Timur : Kabupaten Deli Serdang

3. Selatan : Kabupaten Karo

4. Barat : Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas


(36)

Luas Daerah Menurut Kecamatan

Tabel 3.1: Luas Daerah di Kabupaten Langkat menurut Kecamatan.

No. Kecamatan Luas (Km2) Rasio terhadap Total (%)

1 Bahorok 884,79 14,13

2 Serapit 96,27 1,54

3 Salapian 280,78 4.48

4 Kutambaru 182,02 2,91

5 Sei. Bingei 331,75 5,30

6 Kuala 188,23 3,01

7 Selesai 148,60 2,37

8 Binjai 48,60 0,78

9 Stabat 85,25 1,36

10 Wampu 203,21 3,24

11 Batang Serangan 993,04 15,85

12 Sawit Seberang 264,06 4,22

13 Padang Tualang 281,38 4,49

14 Hinai 112,98 1,80

15 Secanggang 243,78 3,89

16 Tanjung Pura 165.78 2,65

17 Gebang 186,74 2,98

18 Babalan 110,99 1,77

19 Sei. Lepan 440,54 7,03

20 Brandan Barat 71,53 1,14

21 Besitang 557,67 8,90

22 Pangkalan Susu 188,16 3,00

23 Pematang Jaya 197,15 3,15

Jumlah 6263,29 100,00


(37)

Wilayah kabupaten Langkat meliputi:

• Kawasan hutan lindung seluas +- 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan lahan budidaya seluas +- 360.097 Ha (57,49 %).

• Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas +- 213.985 Ha.

• Kawasan Timur Laut seluas +- 9.520 Ha.

• Kawasan Penyangga seluas +- 7.600 Ha.

• Kawasan Hutan Bakau seluas +- 20.200 Ha dan kawasan lainnya +- 14.927 Ha.

(Sumber: BPS Kab. Langkat. http://www.langkatkab.go.id/page.php?id=149).

3.2 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.2.1 Sejarah Hari Statistik

Sejarah hari statistik terjadi diantaranya sebagai berikut:

• Untuk memenuhi rekomendasi PBB kepada setiap Negara, agar seluruh anggotanya dapat menyelenggarakan sensus penduduk secara serentak. Sehingga pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang sensus sebagai pengganti dari Volkstelling Ordonnantie tahun 1930.

• Dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi penyusunan perencanaan

Pembanguna Semesta Berencana, pada tanggal 26 September 1960 Pemerintah RI mengesahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik sebagai pengganti Statistiek Ordonnantie tahun 1934. Undang-undang tersebut secara terperinci mengatur penyelenggaraan statistik dan organisasi Biro Pusat Statistik (BPS).

• Presiden RI pada bulan Agustus tahun 1996 menetapkan tanggal di sahkannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1960 tentang Statistik tersebut sebagai “Hari Statistik”, karena hari kelahiran Undang-undang Nomor 7 tahun 1960 tersebut merupakan titk awal perjalanan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengisi kemerdekaan di bidang statistik yang selama ini diatur berdasarkan sistem


(38)

perundang-undangan kolonial. Kemudian, Pemerintah RI menetapkan Undang-undang nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, sebagai pengganti undang-undang Nomor 8 dan 7 tahun 1960.

3.2.2 Periode-Periode Badan Pusat Statistik 3.2.2.1 Periode 1920-1942, Masa Hindia-Belanda

• Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea dan Cukai, dan bernaung dibawah Departemen Landbouw Nijverheid en Handel.

• Tanggal 24 Sepetember 1924 pusat kegiatan pindah dari Bogor ke Jakarta dengan nama Centraal Kantoor voor de Stastiek (CKS).

3.2.2.2 Periode 1942-1945, Masa Pemerintahan Jepang

• CKS beralih ke Pemerintahan Militer Jepang. Kegiatannya diarahakan untuk memenuhi kebutuhan data yang berkatian dengan Pemerintah Militer Jepang. Bernaung dibawah Gubernur Militer (Gunsekanbu) denga Nama Chosasitsu Gunseikanbu.

3.2.2.3 Periode 1945-1950, Masa Pemerintahan RI

• Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 Chosasitsu Gunseikanbu diubah menjadi Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI), yang dipimpin oleh Abdul Karim Pringgodigdo.

• Pada awal 1946, KAPPURI pindah ke Yogyakarta. Saat itu KAPPURI dipimpin oleh Semaun. Sementara itu di Jakarta Pemerintah Federal (Belanda) menghidupak kembali CKS.


(39)

3.2.2.4 Periode 1950-1957

• Berdasarkan surat edaran Kementrian Kemakmuran 12 Juni 1950 No.219/SC, kedua kantor tersebut dilebur menjadi satu dengan nama “Kantor Pusat Statistik” dibawah naungan Kementrian Kemakmuran.

3.2.2.5 Periode 1957-1997

• Berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 172/1957, Kantor Pusat Statistik (KPS) diubah menjadi “Biro Pusat Statistik” (BPS), dan langsung berada dibawah Perdana Menteri.

• Pada tangal 24 September 1960 dengan Undang-undang No.6 tahun 1960 tentang Sensus dan tentang Statistiktanggal 26 September 1960 dengan Undang-undang No.7 tahun 1960 ditetapkan bahwa “Biro Pusat Statistik” (BPS), ditugasi sebagai penyelenggara Sensus (Pasal 2 UU No.6 Tahun 1960) dan BPS berada di lingkungan Kabinet Perdana Menteri sebagai Pusat Penyaluran Statistik (Pasal 2 UU No. 7 tahun 1960).

• Tahun 1961, untuk yang pertama kalinya BPS menyelnggarakan Sensus Penduduk sejak masa kemerdekaan RI. Setiap kantor Gubernur (Propinsi), Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan dibentuk bagian yang mengurus pelaksanaan Sensus Penduduk.

• Tahun 1965, dengan Keputusan Presidium Kabinet No. Aa/C/9 Bagian Sensus di tiap Kantor Gubernur dan Kabupaten/Kotamadya tersebutditetapkan menjadi Kantor Sensus dan Statistik.

• Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1968, yang mengatur Organisasi dan Tata Kerja BPS (di Pusat dan Daerah).

• Tahun 1980, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980, tentang Organisasi BPS sebagai Pengganti PP No. 16/1968. Berdasarkan PP No.6/1980 disetiap propinsi terdapat kantor statistik dengan nama Kantor Statistik Propinsi dan begitu juga disetiap Kabuapten dan Kotamadya terdapat Kantor Statistik dengan nama Kantor Statistik Kabupaten/Kotamadya.

• Tahun 1992, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1992, tentang Organisasi BPS sebagai pengganti PP No.6/1980. Kedudukan, tugas, fungsi,


(40)

susunan organisasi, dan tata kerja Biro Pusat Statistik Selanjutnya diatur dengan Keputusan Presiden.

• Berdasarkan KEPPRES No.6/1992 organisasi BPS terdiri dari Kepala, Wakil Kepala, Deputi Administrasi, Deputi Perencanaan dan Anasisi Statistik, Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan, Deputi Statistik Distribusi dan Neraca Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatiah Statistik, perwakilan BPS Daerah dan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).

3.2.2.6 Periode 1997-Sekarang

Sebagain pengganti UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik, ditetapkan UU NOmor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Bada Pusat Statistik.

Materi yang merupakan mutatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997, antara lain :

• Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, Organisasi, perorangan, dan atau unsure masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.

• Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.

• Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.

• Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat statistik, yng bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada BPS.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997, pernana yang harus dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :


(41)

• Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder.

• Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi lainnya, dalam membangu sistem perstatistikan nasional.

• Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik,

dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.

Membangun kerjasama dengan isntitusi internasional dan Negara lain untuk kepentingan perkembanga statistik Indonesia.

3.3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN LANGKAT

3.3.1 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas: lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan bagi pengguna data. Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi upaya perumusan kebijakan dalam menyusun perencanaan, melakukan pemantauan dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan, diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan efektif.

Dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 ditetapkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum Tahun 2009. Dengan demikian, Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang disusun Kementerian/Lembaga harus mangacu kepada RPJM Nasional 2010-2014. Perpres No.5 Tahun 2010 juga mengatur kewajiban Kementerian/Lembaga untuk menyusun Rencana Strategis 2010-2014 dengan menyusun visi dan misi Kementerian/Lembaga yang diselaraskan dengan visi dan misi RPJMN 2010-2014. Dengan adanya Renstra


(42)

sebagai dasar menyusun rencana kerja tahunan Kementerian/Lembaga maka pelaksanaan program dan kegiatan akan menjadi lebih terarah, efektif, dan efisien.

3.3.2 Kondisi Umum

Sejalan dengan penerapan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, langkah penguatan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan menjadi pilihan strategis. Proses perencanaan memerlukan data dan informasi statistik yang berkualitas. Oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi statistik yang andal merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data dan informasi statistik berkualitas tidak saja menjadi rujukan pemerintah tetapi juga dibutuhkan oleh kalangan swasta dan masyarakat untuk pengembangan usaha dan beragam kebutuhan lainnya.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi statistik dan amanat UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, BPS telah menerbitkan Surat Keputusan Kepala BPS Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sistem Statistik Nasional (SSN). Tujuan diterbitkannya SK Kepala BPS tersebut antara lain:

a) Agar para penyelenggara kegiatan statistik memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal;

b) Menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi kegiatan oleh para penyelenggara statistik; dan

c) Agar tercipta suatu Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.

Salah satu upaya BPS untuk mewujudkan SSN antara lain melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan masyarakat, baik di pusat maupun daerah, serta dengan lembagalembaga internasional. Koordinasi dan kerjasama dimaksud dilaksanakan atas dasar kemitraan dengan tetap mengantisipasi serta menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jejaring tersebut merupakan kekuatan yang terus dikembangkan dalam rangka pembangunan nasional di bidang statistik.


(43)

3.3.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Kedudukan

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah, BPS Kabupaten Langkat merupakan Instansi vertikal yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPS dan melaksanakan koordinasi dengan Bupati sebagai Kepala Daerah setempat.

Tugas Pokok

BPS Kabupaten Langkat menurut KepPres Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001 Pasal 22, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintah dibidang perstatistikan di wilayan Kabupaten Langkat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPS Kabupaten Langkat menyelenggarakan fungsi:

 Pengkajian, Penyusunan, dan Perumusan kebijakan dibidang statistik;  Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional;

 Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar;

 Pembinaan dan fasilitas terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kegiatan statistik; dan

 Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan, dan rumah tangga.


(44)

Kewenangan

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat mempunyai kewenangan:

 Penyusunan rencana daerah di BPS Kabupaten Langkat secara makro di bidang statistik;

 Perumusan kebijakan di bidang statistik untuk mendukung pembangunan daerah di Kabupaten Langkat;

 Penetapan sistem informasi statistik;

 Penetapan dan penyelenggaraan Statistik Nasional di Kabupaten Langkat;  Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, yaitu perumusan dan pelakasanan kebijakan tertentu di bidang kegiatan statistik dan penyusunan pedoman penyelenggaraan survei statistik sektoral.

3.3.4 Landasan Hukum

Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat dilindungi oleh perangkat hukum, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menjamin kepastian hukum bagi penyelenggara dan pengguna statistik baik pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya Undang-undang Statistik maka kepentingan masyarakat pengguna statistik akan terjamin terutama atas nilai infomasi yang diperolehnya.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.

3. Kepututsan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang menetapkan kedudukan BPS sebagai lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.


(45)

4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.

3.3.5 Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja tersebut, sesuai Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah, telah ditentukan struktur Organisasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat yang terdiri dari:

1. Kepala BPS Kabupaten Langkat 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 3. Kepala Seksi Statistik Produksi 4. Kepala Seksi Statistik Sosial 5. Kepala Seksi Statistik Distribusi 6. Kepala Seksi Statistik Nerwilis 7. Kepala Seksi IPDS

8. Staf Administrasi dan Tehnis 9. Tenaga Fungsional/KSK

Jumlah Staf di Kabupaten sebanyak 8 orang terdiri dari 1 orang bendaharawan dan 7 orang staf administrasi dan tehnis. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) sebanyak 17 orang dan 8 orang diantaranya merupakan pejabat fungsional statistisi. Secara rinci struktur organisasi BPS Kabupaten Langkat terdapat di Lampiran 1b.

3.3.6 Wilayah Administrasi Kerja BPS Kabupaten Langkat

Wilayah administrasi kerja BPS Kabupaten Langkat yang menjadi tanggung jawab pengawasan dan pembinaan dalam penyelnggaraan kegiatan statistik sebanyak 23


(46)

Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan. Adapun nama-nama Kecamatan tersebut adalah:

Tabel 3.2: Daftar Desa dan Kelurahan ditiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Langkat

No. Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

1. Bahorok 18 1 19

2. Serapit 10 0 10

3. Salapian 16 1 17

4. Kutambaru 8 0 8

5. Sei Bingai 13 1 14

6. Kuala 14 2 16

7. Selesai 12 1 13

8. Binjai 6 1 7

9. Stabat 6 6 12

10. Wampu 13 1 14

11. Batang Serangan 7 1 8

12. Sawit Seberang 6 1 7

13. Padang Tualang 11 1 12

14. Hinai 12 1 13

15. Secanggang 16 1 17

16. Tanjung Pura 18 1 19

17. Gebang 10 1 11

18. Babalan 4 4 8

19. Sei Lepan 9 5 14

20. Brandan Barat 5 2 7

21. Besitang 6 3 9

22. Pangkalan Susu 9 2 11

23. Pematang Jaya 8 0 8


(47)

3.4 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN LANGKAT 2010-2014

3.4.1 Visi dan Misi

3.4.1.1 Visi BPS Kabupaten Langkat

Visi BPS 2010-2014 dibangun dengan memperhatikan berbagai kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan tantangan yang dihadapi dari pihak luar dengan landasan pemikiran proaktif. Pembangunan nasional di bidang statistik diarahkan agar mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang berkembang, seperti reformasi yang mendukung keterbukaan informasi, otonomi daerah yang mengandung tantangan keragaman data dan informasi statistik pada tingkatan wilayah kecil, perkembangan teknologi informasi yang mengarah kepada peningkatan kemudahan akses masyarakat akan data dan informasi, serta memperhatikan kesiapan SDM penyelenggara statistik dan kecenderungan pembatasan akses terhadap data dari responden/obyek kegiatan statistik.

Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, maka Visi BPS 2010-2014 disepakati sebagai berikut:

“Pelopor data statistik terpercaya untuk semua” “The Agent of trustworthy statistical data for all”

BPS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok menyediakan dan melakukan koordinasi ketersediaan data dan informasi statistik pada lingkup nasional maupun daerah. Kata “pelopor” mempunyai makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik terpercaya, sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata “data statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kata “untuk semua” dimaksudkan bahwa semua pihak mempunyai hak yang sama untuk mengakses data BPS (impartial).


(48)

3.4.1.2 Misi BPS Kabupaten Langkat

Pernyataan misi merupakan penjabaran serta rencana pelaksanaan program dan kegiatan agar mampu mencapai visi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan visi BPS, maka misi pembangunan nasional statistik Indonesia mencakup:

1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien;

2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia;

3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik;

4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak;

5. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.


(49)

BAB 4

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4.1 PENGOLAHAN VARIABEL 4.1.1 Variabel Luas Lahan

Data tabel mengenai variabel luas lahan panen yang digunakan para petani untuk digunakan sebagai lahan bercocok tanam padi sawah. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel luas lahan sebagai variabel bebas pertama (X1).

Tabel 4.1: Luas lahan panen padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.

No. Tahun Luas lahan panen (Ha) / X1

1. 2005 69.177

2. 2006 80.167

3. 2007 79.573

4. 2008 82.447

5. 2009 85.227

6. 2010 67.115

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat

4.1.2 Variabel Pupuk

Data tabel mengenai variabel pupuk jenis UREA bersubsidi untuk tanaman pangan dan hortikulutra yang digunakan oleh petani di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel pupuk sebagai variabel bebas kedua (X2).


(50)

Tabel 4.2: Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan Dan Hortikultura di Kabupaten Langkat Tiap Tahun.

No. Tahun Jumlah Pupuk (Ton)

1. 2005 8.423,5

2. 2006 8.817,5

3. 2007 10.335,0

4. 2008 9.599,0

5. 2009 13.972,5

6. 2010 14.476,0

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat

4.1.3 Variabel Curah Hujan

Data tabel mengenai jumlah curah hujan yang terjadi tiap tahun di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel jumlah curah hujan sebagai variabel bebas ketiga (X3).

Tabel 4.3: Jumlah dan rata-rata curah hujan yang turun didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.

No. Tahun Curah Hujan (mm)

Jumlah Rata-rata

1. 2005 2.548,90 212,40

2. 2006 3.164,00 263,67

3. 2007 2.587,83 215,65

4. 2008 2.205,43 183,79

5. 2009 2.641,07 220,09

6. 2010 2.628,50 255,55


(51)

4.1.4 Variabel Produktifitas Padi Sawah

Data tabel hasil produksi padi sawah di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel hasil produksi padi sawah sebagai variabel terikat (Y).

Tabel 4.4: Hasil produksi padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.

No. Tahun Hasil Produksi Padi Sawah (Ton)

1. 2005 372.371

2. 2006 432.451

3. 2007 433.423

4. 2008 448.825

5. 2009 468.322

6. 2010 394.401

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat

4.2 ANALISIS VARIABEL

Tabel 4.5: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas Padi

Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2005-2010.

TAHUN LUAS LAHAN

(X1)

PUPUK (X2)

CURAH HUJAN (X3)

PRODUKTIFITAS PADI SAWAH (Y)

2005 69.177 8.423,5 2.548,90 372.371

2006 80.167 8.817,5 3.164,00 432.451

2007 79.573 10.335,0 2.587,83 433.423

2008 82.447 9.599,0 2.205,43 448.825

2009 85.227 13.972,5 2.641,07 468.322


(52)

Besarnya hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah didaerah Kabupaten Langkat dapat digambarkan sebagai berikut:

• Luas lahan = X1

• Pupuk = X2

• Curah hujan = X3

• Produktifitas padi sawah = Y

Gbr 4.1: Desain kerangka analisis simultan/gabungan dan partial/bagian dalam penelitian.

Pada penelitian ini, penulis melakukan koding pada data yang didapat guna mempermudah dalam perhitungan dan penganalisisan data. Data yang dikoding pada penelitian ini adalah dibagi dengan 1000 (seribu) sehingga data penelitian akan berbentuk dalam ribuan. Berikut adalah tabel data setelah dilakukan koding dalam ribuan.

Keterangan:

Analisis Simultan / Gabungan

Analisis Partial / Bagian.

Luas Lahan (X1)

Curah Hujan (X3)

Pupuk (X2)

Produktifitas Padi Sawah(Y)


(53)

Tabel 4.6: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas Padi

Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2005-2010 (setelah di koding dalam Ribuan).

TAHUN LUAS LAHAN

(X1)

PUPUK (X2)

CURAH HUJAN (X3)

PRODUKTIFITAS PADI SAWAH (Y)

2005 69,18 8,42 2,55 372,37

2006 80,17 8,82 3,17 432,45

2007 79,58 10,34 2,59 433,42

2008 82,45 9,60 2,21 448,83

2009 85,23 13,97 2,64 468,32

2010 67,12 14,48 2,63 394,40

4.2.1 Uji Normalitas

Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan terhadap data pada masing-masing variabel untuk melihat tingkat kenormalan data tersebut. Uji normalitas yang sering digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program pengolah data SPSS Statistics 19 untuk melakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

Dan output yang dihasilkan dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.7: Output SPSS Untuk Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Luas Lahan ,289 6 ,129 ,873 6 ,238

Pupuk ,256 6 ,200* ,842 6 ,136

Curah Hujan ,323 6 ,050 ,877 6 ,254

Produktifitas Padi Sawah ,250 6 ,200* ,946 6 ,707

a. Lilliefors Significance Correction


(54)

Dari output yang dihasilkan, dapat dilihat nilai signifikansi/ Sig. pada uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov tersebut, data dari variabel akan dikatakan normal apabila nilai Sig. > 0,05 dan data dari variabel akan dikatakan tidak normal apabila nilai Sig. < 0,05. Dari output SPSS tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki Sig. > 0,05. Sehingga data dari variabel tersebut dikatakan normal, dan data dari variabel tersebut dapat dilakukan sebagai variabel dalam analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.

4.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah dilakukan uji normalitas dan data telah dikatakan normal, maka selanjutnya adalah dilakukan analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Cramer untuk mendapatkan determinan matriks, yang kemudian determinan tersebut digunakan untuk menentukan fungsi regresi linear berganda.

x =

A x B = C

Untuk memenuhi persyaratan pada metode Cramer, diperlukan harga-harga tambahan pada tabel untuk perhitungan matrik.


(55)

Tabel 4.8: Harga-harga yang digunakan dalam perhitungan matriks dengan metode Cramer.

TAHUN X1 X2 X3 Y X12 X22 X32 X1X2 X1X3 X2X3 X1Y X2Y X3Y

2005 69,18 8,42 2,55 372,37 4.785,87 70,90 6,50 582,50 176,41 21,47 25.760,56 3.135,36 949,54

2006 80,17 8,82 3,17 432,45 6.427,23 77,79 10,05 707,10 254,14 27,96 34.669,52 3.814,21 1.370,87 2007 79,58 10,34 2,59 433,42 6.332,98 106,92 6,71 822,86 206,11 26,78 34.491,56 4.481,56 1.122,56

2008 82,45 9,60 2,21 448,83 6.798,00 92,16 4,88 791,52 182,21 21,22 37.006,03 4.308,77 991,91

2009 85,23 13,97 2,64 468,32 7.264,15 195,16 6,97 1.190,66 225,01 36,88 39.914,91 6.542,43 1.236,36 2010 67,12 14,48 2,63 394,40 4.505,09 209,67 6,92 971,90 176,53 38,08 26.472,13 5.710,91 1.037,27 Jumlah 463,73 65,63 15,79 2.549,79 36.113,33 752,60 42,03 5.066,53 1.220,41 172,39 198.314,71 27.993,24 6.708,52 Rata-rata 77,29 10,94 2,63 424,97 6.018,89 125,43 7,01 844,42 203,40 28,73 33.052,45 4.665,54 1.118,09

Dari daftar tabel diatas, dengan menggunakan metode Cramer, didapat matriks sebagai berikut:

x =

A x B = C

Dari matriks diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 (tiga) buah matriks, yaitu matriks A,B dan C. Dengan metode Cramer, maka langkah pertama adalah mencari nilai determinan untuk matriks A.


(56)

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A yaitu sebesar 26.738,52, lalu tentukan determinan matriks A1, dengan mengganti kolom pertama pada matriks A

dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A1 adalah:


(57)

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A1 yaitu sebesar 735.706,00, lalu

tentukan determinan matriks A2, dengan mengganti kolom kedua pada matriks A

dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A2 adalah:

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A2 yaitu sebesar 124.441,49, lalu

tentukan determinan matriks A3, dengan mengganti kolom ketiga pada matriks A


(58)

Sehingga didapat determinan untuk matriks A3 adalah:

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A3 yaitu sebesar 100.022,48, lalu

tentukan determinan matriks A4, dengan mengganti kolom keempat pada matriks A

dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A4 adalah:


(59)

Setelah didapat determinan matriks A1, A2, A3, dan A4 dapat langsung dibagi

dengan determinan matriks A untuk mendapatkan nilai b0, b1, b2, dan b3. Sehingga

didapat persamaan regresi linear bergandanya. Untuk nilai b0, b1, b2, dan b3 adalah

sebagai berikut:

Setelah didapat b0, b1, b2, dan b3, maka akan didapat persamaan regresi linear

berganda dengan rumus Ŷ=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ε. Yaitu menjadi:

Ŷ = 27,515 + 4,654 X1 + 3,741 X2 – 1,204 X3 + ε

Dengan menggunakan program SPSS, dapat dilihat output untuk analisis regresi linear bergandanya adalah sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.9: Output SPSS Untuk Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 27,515 44,552 ,618 ,600

Luas Lahan 4,654 ,414 ,970 11,233 ,008

Pupuk 3,741 1,164 ,278 3,213 ,085

Curah Hujan -1,204 9,924 -,010 -,121 ,915

a. Dependent Variable: Produktifitas Padi Sawah

Dari tabel output SPSS diatas, terdapat kolom B pada Unstandardized Coefficients, yang merupakan nilai koefisien untuk persamaan regresi linear berganda nya. Pada tabel, b0 dinyatakan pada baris Constant, b1, b2, dan b3, dinyatakan dalam

variabel masing-masing. Dari tabel output SPSS tersebut, dapat dilihat bahwa b0 =

27,515; b1 = variabel luas lahan = 4,654; b2 = variabel pupuk = 3,741; dan b3 =

variabel curah hujan = –1,204. Sehingga model persamaan regresi linear berganda

menurut output SPSS adalah : Ŷ = 27,515 + 4,654 X1 + 3,741 X2 – 1,204 X3+ε.

4.2.3 Uji Signifikansi / Uji Kelinearan (Uji F)

Setelah model persamaan regresi linear berganda didapat, maka perlu dilakukan pengujian pada model persamaan regresi linear berganda tersebut, apakah model persamaan regresi linear berganda tersebut bisa diterima atau tidak. Pengujian model regresi linear berganda tersebut dapat dilakukan dengan uji kelinearan (uji F). Pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS untuk melakukan uji signifikansi atau uji kelinearan.

Hipotesis :

H0 : Model regresi linear berganda telah signifikan (terdapat hubungan yang

linear).

H1 : Model regresi linear berganda tidak signifikan (tidak terdapat hubungan


(61)

Untuk pengujian hipotesis pada tabel ANOVA, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dan dengan membandingkan taraf signifikansi (Sig.) hitung dengan taraf signifikansi (Sig.) α = 5% (0,05).

Kriteria pengujian:

a. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila Fhitung< Ftabel

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila Fhitung> Ftabel

b. Membandingkan taraf Sig.hitung dengan taraf Sig.0,05

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila Sig.hitung> Sig.0,05

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila Sig.hitung< Sig.0,05

Berikut adalah tabel ANOVA hasil output SPSS.

Tabel 4.10: Tabel ANOVA Output SPSS Untuk Uji Signifikansi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6183,985 3 2061,328 44,246 ,022a

Residual 93,175 2 46,588

Total 6277,160 5

a. Predictors: (Constant), CurahHujan, LuasLahan, Pupuk b. Dependent Variable: ProduktifitasPadiSawah

a. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Dari tabel ANOVA, dapat dilihat Fhitung yang dihasilkan dari output

SPSS adalah sebesar 44,246 yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftabel yang diambil dari daftar tabel distribusi F yang memiliki ketentuan

signifikansi α = 5% (0,05); dk1 = k = 3; dan dk2 = n-k-1 = 2. Dimana:

k = banyak variabel bebas, n = banyak pengamatan, maka didapat nilai Ftabel sebesar 19,16.


(62)

Dari perbandingan nilai tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Fhitung =

44,246 > Ftabel = 19,16. Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

model regresi linear berganda telah signifikan atau terdapat hubungan yang linear.

b. Membandingkan taraf Sig.hitung dengan taraf Sig.tabel

Dari tabel ANOVA, dapat dilihat taraf Sig.hitung yang dihasilkan oleh

output SPSS adalah sebesar 0,022 < taraf Sig.0,05 = 0,05. Sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima yang berarti model regresi linear berganda telah signifikan

atau terdapat hubungan yang linear.

4.2.4 Analisis Korelasi Ganda

Setelah regresi linear ganda dihitung, selanjutnya adalah menentukan derajat hubungan antara variabel luas lahan, pupuk dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah. Derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan analisis korelasi ganda. Interval koefisien dari korelasi nilai R pada korelasi ganda, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11: Interval Tingkat Hubungan pada Analisis Korelasi Pearson (R)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,00 Sangan Kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup Kuat

0,20 – 0,39 Lemah

0,00 – 0,19 Sangat Lemah

Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) pada analisis korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:


(63)

Dimana: R2 : Koefisien Determinasi

JKreg : Jumlah Kuadrat-kuadrat Regresi

Nilai koefisiean korelasi Pearson (R) pada korelasi linear ganda dapat diambil dari hasil pengakaran nilai koefisien determinasi ganda (R2).

Dalam analisis korelasi linear berganda, diperlukan beberapa harga-harga tambahan pada tabel 4.5 agar memenuhi syarat analisis korelasi linear ganda. Berikut adalah tabel yang telah memenuhi syarat analisis korelasi linear ganda:


(64)

Tabel 4.12: Harga-Harga Yang Diperlukan Dalam Analisis Korelasi Linear Berganda

No. X1 X2 X3 Y

x1 x2 x3 y

x1y x2y x3y y2

1 69,18 8,42 2,55 372,37 -8,11 -2,52 -0,08 -52,60 426,46 132,45 4,30 2.766,23

2 80,17 8,82 3,17 432,45 2,88 -2,12 0,54 7,49 21,57 -15,86 4,03 56,03

3 79,58 10,34 2,59 433,42 2,29 -0,60 -0,04 8,46 19,38 -5,06 -0,35 71,49

4 82,45 9,60 2,21 448,83 5,16 -1,34 -0,42 23,87 123,18 -31,94 -10,06 569,54

5 85,23 13,97 2,64 468,32 7,94 3,03 0,01 43,36 344,31 131,44 0,36 1.879,66

6 67,12 14,48 2,63 394,40 -10,17 3,54 0,00 -30,57 310,80 -108,25 0,05 934,22

Jumlah 463,73 65,63 15,79 2.549,79 - - - - 1.245,69 102,78 -1,68 6.277,16

Rata-rata 77,29 10,94 2,63 424,97 - - - - 207,62 17,13 -0,28 1.046,19

JKreg = b1Σx1y + b2Σx2y + b3Σx3y

= 4,654 (1.245,69) + 3,741 (102,78) – 1,204 (–1,68) = 5.797,44 + 384,50 + 2,02

= 6.183,96


(65)

Jadi, hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat pada penelitian ini dapat dijelaskan sebesar 0,985 atau 98,51%, sisanya sebesar (100% - 98,51%) 1,49% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.

besarnya tingkat koefisien korelasi ganda yang dinyatakan oleh R adalah sebesar (R = √R2 = √0,985) 0,993 dan bernilai positif yang berarti hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah adalah sangat kuat dan searah, yakni apabila jumlah pada variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan bertambah tinggi, maka jumlah pada variabel produktifitas padi sawah juga akan bertambah tinggi.

Pada output SPSS, besarnya nilai koefisien korelasi ganda (R) dan koefisien determinasi ganda (R2) terdapat pada tabel output Model Summary yang dihasilkan dari analisis regresi, Output SPSS tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13: Output SPSS Untuk Analisis Korelasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,993a ,985 ,963 6,82551

a. Predictors: (Constant), Curah Hujan, Luas Lahan, Pupuk

Dari output tersebut diatas, dapat kita lihat besarnya tingkat koefisien korelasi ganda yang dinyatakan oleh R adalah sebesar 0,993 dan bernilai positif yang berarti hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah adalah sangat kuat dan searah, yakni apabila jumlah pada variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan bertambah tinggi, maka jumlah pada variabel produktifitas padi sawah juga akan bertambah tinggi.

Dan dari output SPSS diatas, dapat kita lihat pula besarnya tingkat koefisien determinasi ganda yang dinyatakan dengan R Square (R2), yaitu sebesar 0,985, maka:

Koefisien Determinasi Ganda (KD) = R2 x 100% = 0,985 x 100% = 98,5%


(66)

Yang berarti besarnya tingkat produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat dapat dijelaskan sebesar 98,5% dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk, dan curah hujan secara simultan/gabungan. Dan sisanya, yaitu sebesar (100% – 98,5%) 1,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi.

4.2.5 Uji Koefisien Regresi Ganda (Uji t) dan Uji Multikolinearitas

Uji koefisien regresi ganda digunakan untuk menguji adanya keberartian pada setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dalam regresi linear ganda yang dibandingkan dengan tabel distribusi Student t dengan taraf signifikansi (α = 5% = 0,05) dan derajat kebebasan dk=(n–k–1) adalah sebesar 4,303. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan program SPSS dalam pengujian koefisien regresi ganda (uji t) untuk setiap variabel.

Uji multikolinearitas regresi ganda digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya hubungan multikolinearitas pada suatu model regresi, dapat dilihat dari hubungan antara variabel bebas yang lebih besar dari pada 0,85. Pada program SPSS, salah satu cara yang dilakukan untuk uji multikolinieritas adalah dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF), terjadi multikolinearitas apabila nilai VIF > 5.

Tabel output SPSS untuk uji koefisien regresi ganda (uji t) dan uji multikolinearitas untuk setiap variabel adalah sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

(4)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155 Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

Medan, Maret 2011

Nomor : /H5.2.1.8/SPB/2011 Lampiran : 1 Lembar

Perihal : Pengumpulan Data Riset Mahasiswa Program Studi D3 Statistika

FMIPA USU

Kepada Yth : Bapak Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Sumatera Utara Di -

tempat

Dengan hormat,

Bersama ini kami mohon kesediaan Bapak untuk menerima mahasiswa Program Studi Diploma (D3) Statistika FMIPA USU, untuk melakukan penelitian/pengumpulan data atas nama:

No. Nama NIM

1. Surya Winata 082407103

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir Mahasiswa yang berjudul “ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIFITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2005 – 2010”, untuk studi kasus pada mahasiswa Diploma (D3) Statistika FMIPA USU.

Demikian kami sampaikan, atas kerjasama dan bantuannya diucapkan terima kasih.

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP. 19611115 198803 2 002

Tembusan :

1. Yth. Ketua Program Studi D3 Statistika 2. Arsip


(5)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155 Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

Nama Mahasiswa : SURYA WINATA

Nomor Induk Mahasiswa : 082407103

Judul Tugas Akhir : Analisis Pengaruh Luas Lahan, Pupuk, dan Curah Hujan Terhadap Produktifitas Padi Sawah di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2010

Dosen Pembimbing : Dra. Mardiningsih, M.Si Tanggal Mulai Bimbingan : Desember 2010 Tanggal Selesai Bimbingan : Mei 2011

*Kartu ini harap dikembalikan ke Jurusan Matematika bila bimbingan mahasiswa telah selesai.

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D Dra. Mardiningsih, M.Si No TANGGAL ASISTEN BIMBINGAN PEMBAHASAN PADA ASISTENSI MENGENAI, PADA BAB PARAF DOSEN PEMBIMBING KETERANGAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.


(6)

SURAT KETERANGAN

Hasil Uji Program Tugas Akhir

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa Mahasiswa Tugas Akhir Program Diploma (D3) Statistika:

Nama : Surya Winata

NIM : 082407103

Program Studi : Diploma (D3) Statistika

Judul Tugas Akhir : Analisis Pengaruh Luas Lahan, Pupuk, dan Curah Hujan Terhadap Produktifitas Padi Sawah di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2010

Telah melaksanakan test program tugas akhir Mahasiswa tersebut diatas pada tanggal Mei 2011.

Dengan hasil: Sukses/Gagal

Demikian diterangkan untuk digunakan melengkapi syarat pendaftaran Ujian Meja Hijau Tugas Akhir Mahasiswa bersangkutan di Departemen Matematika FMIPA USU Medan.

Medan,

Dosen Pembimbing/Kepala Lab,

Komputer Program DIII Ilmu Komputer / Statistika

Dra. Mardiningsih, M.Si NIP. 196 304 051 988 112 001