Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
anak. Hasil penelitian ini mendukung teori John Stuart Mill yang menekankan pentingnya pendidikan dalam pembangunan ekonomi sebab dengan pendidikan
dapat mempertinggi pengetahuan tehnis masyarakat dan pengetahuan umum masyarakat, pendidikan dapat juga menciptakan pandangan-pandangan dan
kebiasaan yang lebih modern. Hal ini juga sejalan dengan teori Becker yang mengemukakan bahwa pendidikan mampu memberikan dampak non-materi yaitu
turut mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku dalam kehidupannya. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan dan mempertinggi
rasionalitas pemikiran kepala keluarga, dengan demikian memungkinkan kepala keluarga mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau mengambil
keputusan. Salah satunya adalah keputusan untuk membekali anak-anaknya
dengan pendidikan yang memadai agar nantinya dapat mandiri. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini merupakan jumlah total
pendapatan pokok responden, pendapatan sampingan responden, pendapatan istri dan pendapatan anggota keluarga lainnya yang bekerja adik, kakak, anak, dll
dalam satu bulan kemudian dikalikan 12 bulan sehingga diperoleh pendapatan per tahun. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pendapatan keluarga per tahun
adalah Rp. 29.862.352,94 atau Rp. 2.488.529,41 per bulan. Pendapatan keluarga yang paling tinggi adalah Rp. 98.400.000,00 per tahun atau Rp. 8.200.000,00 per
bulan, sedangkan terendah Rp. 4.800.000,00 per tahun atau Rp. 400.000,00 per bulan. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi atau
p value untuk variabel Pendapatan Keluarga adalah 0.039 atau lebih kecil dari 0.05 yang artinya yang artinya ada pengaruh positif dan signifikan variabel
Pendapatan Keluarga terhadap Investasi Pendidikan. Pendapatan keluarga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi pendidikan bagi anak. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin besar pula investasi pendidikan
bagi putra-putrinya disebabkan semakin mampu keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Keluarga dengan pendapatan tinggi
akan lebih mencurahkan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas anak, yang tercermin dari besarnya investasi pendidikan yang dialokasikan bagi
putra-putrinya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Umu Rosidah, Hartoyo,
Istiqlaliyah Muflikhati 2012, yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga berpengaruh terhadap perilaku investasi untuk anak.
Jumlah tanggungan keluarga pada penelitian ini mayoritas sebesar 3 orang yaitu pada 33 keluarga 38,82 . Jumlah tanggungan keluarga terbesar terdapat
pada 3 keluarga 3,53 yaitu sebanyak 6 orang, sedangkan jumlah tanggungan keluarga terkecil terdapat pada 27 keluarga 31,76 yaitu sebanyak 2 orang.
Jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini berpengaruh negatif, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin kecil investasi
pendidikan. Nilai probabilitas signifikansi atau p value untuk variabel Jumlah Tanggungan Keluarga adalah 0.129 atau lebih besar dari 0.05 yang artinya
variabel Jumlah Tanggungan Keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Investasi Pendidikan. Hal ini disebabkan mayoritas kepala keluarga
dalam penelitian ini 38,82 memiliki tanggungan keluarga dalam kategori sedikit yaitu 3 orang, dan biaya sekolah untuk anak yang masih SD atau SMP
gratis dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah BOS. Penyebab lainnya adalah adanya program Bantuan Siswa Miskin BSM yang bersifat bantuan
langsung kepada siswa dan bukan merupakan beasiswa, karena berdasarkan kondisi ekonomi siswa dan bukan berdasarkan prestasi. Dana BSM diberikan
kepada siswa mulai dari tingkat dasar dengan besaran sebagai berikut : 1. BSM SD MI sebesar Rp 225.000 per semester atau Rp 450.000 per tahun.
2. BSM SMPMTs sebesar Rp 375.000 per semester atau Rp 750.000 per tahun 3. BSM SMASMKMA sebesar Rp 500.000 per semester atau Rp 1.000.000 per
tahun. Variabel jenis kelamin anak digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan perlakuan investasi pendidikan pada anak laki-laki dan anak perempuan. Pada penelitian ini jenis kelamin anak meliputi 43 laki-laki dan 42
perempuan. Hasil uji statistik secara parsial memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi atau p value untuk variabel Jenis Kelamin Anak adalah
0.360 atau lebih besar dari 0.05 yang artinya hipotesis keempat ditolak dimana hipotesis keempat menyatakan ada pengaruh perbedaan Jenis Kelamin Anak
terhadap Investasi Pendidikan di Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kecamatan
Prajekan. Perbedaan jenis kelamin anak tidak
berpengaruh signifikan terhadap besarnya investasi pendidikan. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tri Wahyono 2010 yang menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan sudah cukup baik, terbukti dari hasil
penelitian ini bahwa investasi pendidikan bagi anak perempuan tidak signifikan perbedaannya dengan investasi pendidikan bagi anak laki-laki.
Variabel jenis sekolah anak digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perlakuan investasi pendidikan pada anak yang bersekolah di SMA
dengan SMK. Pada penelitian ini jenis sekolah anak meliputi 51 anak bersekolah di SMA dan 34 anak bersekolah di SMK. Nilai probabilitas signifikansi atau p
value untuk variabel Jenis Sekolah adalah 0.001 atau lebih kecil dari 0.05 yang artinya hipotesis kelima dapat diterima dimana menyatakan ada pengaruh
pemilihan Jenis Sekolah terhadap Investasi Pendidikan di Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kecamatan Prajekan. Pemilihan jenis sekolah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap investasi pendidikan bagi anak. Hal ini berarti bahwa anak yang bersekolah di SMK, investasi pendidikannya lebih tinggi dibanding dengan
anak yang bersekolah di SMA. Ini dikarenakan proses pembelajaran di SMK lebih menekankan pada praktek sesuai dengan tujuan pendidikan di SMK yaitu
menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan program studinya sehingga siap terjun ke masyarakat bekerja sesuai dengan
bidang keahliannya. Berbeda dengan proses pendidikan di SMA yang lebih menekankan pada penguasaan materi sesuai jurusan yang dipilihnya IPA atau
IPS, sehingga siswa siap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan biaya pendidikan di SMA lebih rendah, dibandingkan
dengan SMK, apalagi untuk kebutuhan buku pelajaran siswa tidak perlu membeli karena disediakan oleh sekolah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah
BOS. Berdasarkan hasil analisis secara simultan yang dilakukan terhadap data
penelitian terlihat bahwa secara serempak terdapat pengaruh signifikan variabel Pendidikan Kepala Keluarga, Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan
Keluarga, Jenis Kelamin Anak dan Jenis Sekolah terhadap investasi pendidikan di
Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kecamatan Prajekan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kustitik 2013 bahwa ada pengaruh
kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap keputusan investasi melalui pendidikan.