Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu interaksi sosial, baik dalam hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, bahkan masyarakat. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi Mulyana, 2007:6. Demikian pula komunikasi mengambil banyak peran di dalam dunia pendidikan. Disetiap proses pembelajaran bagi peserta didik maupun pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau guru, komunikasi sebagai dasar di dalam penyampaian ide dan gagasan. Berbagai bentuk komunikasi yang terjadi serta dengan konteks dan fungsi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Seperti contoh, komunikasi organisasi di antara guru dan staff di dalam aktivitas administrasi sekolah, komunikasi kelompok di antara guru dan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, serta komunikasi antarpribadi di antara guru dan siswa, guru BK dan siswa, maupun seorang siswa dengan siswa lainnya yang berada di dalam lingkungan sekolah. Edgar Dalle 1946 menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat melakukan peranan dalam berbagai lingkungan secara tetap untuk masa yang akan datang http:www.dharmasanjaya. blogdetik.com20130319pengertian pendidikan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program pengajaran, bimbingan, dan latihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral- sprital, intelektual, emosional, maupun sosial. Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara Universitas Sumatera Utara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Hurlock 1986 mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak siswa, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh Havighurst 1961 bahwa sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa yang berusia remaja untuk mecapai tugas perkembangannya Yusuf, Nurihsan, 2005:2-3. Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dikarenakan individu remaja sedang berada pada masa transisi yaitu masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang dialami atau dalam keadaan transisi dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk Syah, 2010:51. Menurut Syamsu dan Juntika 2005 bahwa dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku baik dalam kogntif, afektif, maupun psikomotorik, untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien Yusuf, Nurihsan, 2005:222. Berbagai metode maupun cara dilakukan guna mencapai perkembangan positif peserta didik seperti pemberian materi mata pelajaran, tugas dan latihan, serta mengadakan tes atau ujian. Namun, semua hal tersebut membuat guru aktif dan sesungguhnya sebagian besar merupakan faktor penentu dalam proses belajar. Hal tersebut sebagian besar ditujukan untuk memaksa siswa Universitas Sumatera Utara belajar. Walaupun demikian, siswa acap dipandang masih lambat, sulit memahami, bahkan kurang tertarik untuk belajar Sukardi, 1988:21. Pada dasarnya, anak memerlukan motivasi di dalam kegiatan belajarnya. Pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi perbuatan belajar atau seluruh aktivitas dalam belajar Uno, 2008:23. Wlodkowsi 1985 menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah direction serta ketahanan persistene Siregar,Nara, 2010:49. Motif merupakan suatu tenaga potensial untuk terjadinya perilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan proses pengerahan dan penguatan motif itu untuk diaktualisasikan dalam perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perilaku, maka motif dalam motivasi itu tidak terpisah, sehingga pada gilirannya konsep motivasi telah mencakup motif dan penguatannya. Tidak terkecuali dalam belajar, motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar dan menentukkan ketekunan belajar Uno, 2008:27. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung, dan kegiatan belajar yang menarik. Namun, harus dipahami bahwa, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat Uno, 2008:23. Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sering sekali dipakai di dalam mendukung proses pengajaran maupun pembelajaran di setiap lembaga pendidikan. Komunikasi interpersonal juga lebih efektif untuk memotivasi peserta didik secara personal agar dapat memahami dirinya dan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Hardjana 2007:85 mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal interpersonal communication atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan Universitas Sumatera Utara penerima dapat menanggapi secara langsung pula. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi mempunyai peranan yang cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama sharing proses Wiryanto, 2004:37. Komunikasi secara interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang juga terdapat pada metode pengembangan potensi siswai yang melibatkan konselor dan siswai dalam pertemuan tatap muka. Metode tersebut lazimnya disebut dengan bimbingan konseling. Bimbingan konseling adalah salah satu metode yang telah lama ada dan yang pada saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan guna membantu siswa atau peserta didik untuk mengembangankan potensi dasar yang dimiliki siswa, yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan sesuai kurikulum Sukardi, 1988:20. Rochman Natawidjaja 1987 mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Sedangkan Robinson 1950 mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya Hallen, 2005:5,10. Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal, terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain- lain. Salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di Kota Medan adalah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan PG-SD-SMP-SMA, sekolah ini telah memiliki akreditasi serta prestasi akademik siswa yang baik, bahkan masyarakat Kota Medan juga memberikan perhatian khusus kepada sekolah ini sebagai sekolah yang unggul dalam prestasi akademiknya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai prestasi-prestasi yang telah diraih oleh siswa-siswi Yayasan Universitas Sumatera Utara Perguruan Sutomo I Medan dalam ajang kompetisi akademik tingkat lokal dan nasional. Di dalam perjalanannya, sekolah ini telah beberapa kali memenangkan medali dan penghargaan dalam olimpiade-olimpiade ilmiah dengan meraihkan medali emas gold medal, medali perak silver medal dan medali perunggu bronze medal pada Olimpiade Siswa Nasional OSN yang diadakan di kota Yogyakarta, Balikpapan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar, Jakarta, Medan dalam beberapa kategori-kategori serta olimpiade lainnya pada tingkat nasional dan internasional. Namun tidak semua siswai tersebut memiliki motivasi dan prestasi akademik yang sama. Terdapat siswai yang memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas belajarnya dan juga terdapat siswai yang dipandang masih belum memiliki motivasi yang kuat untuk belajar serta mengalami berbagai kesulitan dalam proses pembelajarannya. Terlepas dari bentuk atau metode pengajaran yang ada dan yang telah lama diterapkan di dalam mendukung pengembangan potensi siswai Yayasan Perguruan Sutomo I Medan, yayasan ini juga memberikan salah satu fasilitas bimbingan konseling guna membantu proses pengembangan potensi siswai yaitu melalui pertemuan tatap muka percakapan bersama konselor yang professional. Komunikasi cukup banyak mengambil peran di dalam seluruh proses pertemuan tatap muka tersebut diantara siswai dan konselor atau yang disebut dengan bimbingan konseling. Tanpa dapat dipungkiri setiap interaksi yang terdapat pada bimbingan konseling tersebut, tidak terlepas dari berbagai bentuk komunikasi yang dipakai termasuk komunikasi antarpribadi. Fasilitas bimbingan konseling ini diperuntukan bagi seluruh siswa Yayasan Perguruan Sutomo I Medan guna mendukung program pengembangan siswai tersebut. Adapun konselor yang profesional tersebut merupakan seorang ahli dalam konseling yang memiliki latar pendidikan dari jurusan psikologi, sehingga kredibilitas serta pengalamannya tidak diragukan lagi di dalam menangani klien siswa yang datang menemuinya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa-siswi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan khususnya pada tingkat SMA Sekolah Menengah Atas. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu: “Sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan terhadap motivasi belajar siswai Yayasan Perguruan Sutomo I Medan?

1.3 Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

2 46 109

Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)

14 103 130

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antarpribadi Dan Pengembangan Kompetensi Belajar Siswa

3 63 150

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

7 51 139

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

0 0 7

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) SKRIPSI

0 0 11