Menurut D. Simons Menurut Van Hamel MenurutWiryono Projodikoro

Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 Diantara sarjana tersebut adalah:

a. Menurut D. Simons

Pertama kita mengenal perumusan yang dibuat oleh Simons, peristiwa pidana itu adalah “Een strafbaargestelde, onrecmatige, met schuld in verband staande handelingen van een toerekening svat baar persoon”. Terjemahannya adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh seorang yang mampu bertanggung jawab. 7 Perumusan sarjana ini sebenarnya sama dengan perumusan simons, hanya Van Hamel satu syarat lagi perbuatan itu harus pula patut dipidana.

b. Menurut Van Hamel

8 Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana.

c. MenurutWiryono Projodikoro

9 Berbicara mengenai hukum adat maupun hukum pidana adat, tidak bisa lepas dari aspek kebudayaan Indonesia. Oleh karena hukum adat maupun pidana adat merupakan perwujudan dari kebudayaan Indonesia. Pada hakekatnya kebudayaan itu mempunyai 3 tiga perwujudan yaitu: pertama wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua kebudayaan dapat mewujudkan diri sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Dan ketiga dapat berwujud sebagai benda–benda sebagai hasil karya manusia. Hukum atau 3.Pengertian Hukum Pidana Adat 7 C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta:2004 hal 36-38. 8 Ibid hal. 36-38 9 Ibid hal. 36-38. Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 norma hukum sebagai pedoman bagi manusia untuk berbuat atau tidak berbuat, mempunyai akibat hukum apabila normanya tidak ditaati atau dilanggar. Tiap– tiap bangsa mempunyai hukum sendiri dan sebagaimana halnya dengan bahasa, maka hukum juga hidup dan diciptakan masyarakat dari bangsa itu sendiri. Dengan melihat hal tersebut maka dapat diketahui bahwa yang dinamakan hukum pidana adat adalah hukum yang hidup The living law, diikuti dan ditaati oleh masyarakat adat secara terus menerus, dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pelanggaran terhadap aturan tata tertib tersebut dipandang dapat menimbulkan goncangan dalam masyarakat karena dianggap menganggu keseimbangan masyarakat. Oleh sebab itu bagi si pelanggar diberikan reaksi adat, koreksi adat, atau sanksi adat oleh masyarakat melalui penatua adatnya. Pengertian ini mengandung tiga hal pokok yaitu : pertama rangkaian peraturan tata tertib, yang dibuat diikuti dan ditaati adat bersangkutan. Kedua pelanggaran terhadap tata tersebut dapat menimbulkan kegoncangan karena dianggap menggangu keseimbangan masyarakat, perbuatan melanggar tata tertib ini dapat disebut delik adat. Ketiga pelaku yang melakukan pelanggaran tersebut dapat dikenai sanksi oleh masyarakat yang bersangkutan. 10

a. Menyeluruh dan menyatukan