Hula-hula Dongan tubu Boru

Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Dalihan Natolu

Dalihan Natolu sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba, dan ini merupakan tradisi yang turun temurun. Untuk dapat mengetahui apakah yang dimaksud dengan Dalihan Natolu, lebih dahulu kita lihat unsur-unsurnya, yang dalam bahasa Indonesia jika kata dalihan natolu diartikan maka artinya adalah “tiga tungku”. Adapun yang menjadi unsur-unsur. Dalihan Natolu adalah terdiri dari tiga 3 unsur yaitu:

a. Hula-hula

Somba marhula-hula yaitu harus hormat dan sungkem kepada pihak keluarga marga asal istri

b. Dongan tubu

Manat mardongan tubu yaitu cermat dan penuh kehati-hatian menjaga keselarasan hubungan dengan saudara-saudara dan semoyang menurut garis keturunan ayahpatrilineal.

c. Boru

Elek marboru yaitu harus bersikap mengayomi terhadap keluarga dan marga dari yang memperistri anak perempuan menantu laki-laki. Dengan demikian unsur-unsur Dalihan Natolu yang telah disebutkan tadi, menjadi unsur yang tidak akan bisa dilupakan oleh setiap masyarakat Batak Toba. Dan apabila hal tersebut tidak dilaksanakan oleh seseorang masyarakat adat akan Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 disebut tidak beradat. Bahkan bukan tidak mungkin akan dikenakan sanksi adat terutama jika dilanggar. 6 a. Tindak pidana Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2.Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana atau peristiwa pidana adalah sebagai terjemahan dari istilah Belanda”strafbaar feit’atau “delict” .Dalam bahasa Indonesia di samping istilah ”peristiwa pidana’ untuk terjemahan “strafbaar feit’ atau ‘delict” itu sebagaimana yang dipakai R Tresna dan Utrecht dikenal pada terjemahan yang lain seperti: b. Perbuatan Pidana Mulyatno, pidato Dies Natalis Universitas Gajah Mada VI tahun 1955 di Yogyakarta. c. Pelanggaran pidana Tirta Mijaya, pokok-pokok hukum pidana, Penerbit Frasco 1955. d. Perbuatan yang boleh dihukum Karni, Ringkasan tentang hukum Pidana, Penerbit balai buku, Jakarta 1959. e. Perbuatan yang dapat dihukumUndang-undang 12 Drt tahun 1951, Pasal 3 tentang mengubah ordonantietijdelijkbijzondere straf bepalingen. Di antara beberapa istilah tersebut, yang paling tepat untuk dipakai adalah istilah peristiwa pidana, karena yang diancam dengan pidana adalah bukan saja yang berbuat atau bertindak tetapi juga yang tidak berbuat. Beberapa sarjana telah berusaha memberikan perumusan tentang pengertian peristiwa pidana itu. 6 Toba Samosir Masa kini dan Masa mendatang, kerjasama dengan badan perencanaan pembangunan Daerah Tingkat II Toba Samosir, Balige: BPS Kabupaten Tap. Utara, 2000 hal. 5 Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 Diantara sarjana tersebut adalah:

a. Menurut D. Simons