Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
tinggal,pengucilan “mandurui”, bisa berarti dijauhi orang’pasiding-siding”. Dalam konteks yang lebih luas, dan dalam kasus yang lebih parah, seorang
penjahat bisa dibuang dan diusir dari kampung atau dibuang. Jadi semenjak dahulu, paksaan yang dilatarbelakangi seperti ini, menandai pemenuhan
kewajiban yang dibebankan ke pundak si pelanggar, yang harus ditunaikannya itulah hukumanya, ”uhumna’. Sesuai dengan pertimbangan hukuman dijatuhkan
kepadanya. Jika tidak pelanggaran sepenuhnya terjadi dalam ruang lingkup masyarakat yang menjadi tempat tinggal si pelanggar dan masa seterusnya akan
dihabiskan di situ, panopotionna akan disertai permohonan ampun serta janji bahwa untuk seterusnya dia akan menjauhkan diri dan dia akan jera. Inilah yang
dialami si pelanggar.
25
Suku bangsa Batak Toba menarik garis keturunan melalui garis ayah atau patrilineal satu kelompok kerabat dihitung dari satu ayah “sa ama”, satu
nenek moyang “sa ompung” dan kekerabatan yang terkecil atau kelurga batih disebut ripe. Istilah ripe dapat juga disebut untuk menyebut keluarga luas
Patrilineal. Sa ompu dapat disebut klen. Tetapi istilah itu dipakai juga untuk menyebut kerabat yang terikat dalam satu nenek moyang sampai generasi ke
duapuluh. Hubungan kekerabatan yang timbul sebagai akibat dari penarikan garis
C. Kewenangan Dalihan Natolu Menyelesaikan Tindak Pidana Adat dan Proses Penyelesaiannya
1. Dalihan Natolu Sebagai Sistem Kemasyarakatan Batak Toba
25
Ibid hal.392
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
keturunan itu mempunyai nilai yang sangat penting, karena dalam urutan generasi setiap ayah yang mempunyai anak laki-laki menjadi bukti nyata dari silsilah
kelompok Patrilinealnya. Dari seorang ayah lahir dua akan melahirkan pula dua atau lebih kelompok keturunan yang masing – masing mempunyai identitas
sendiri.
26
Apabila mereka berkumpul maka menyebut ayah tadi “Ompu Parsadaan”, ompu berarti kakek moyang lelaki, sada adalah satu, jadi merupakan titik temu
mereka. Mereka yang berasal dari nenek moyang yang satu nasa ompu dari satu generasi ke generasi berikutnya akan menjadi satu marga. Dengan kata lain bahwa
marga itu merupakan suatu pertanda bahwa masih mempunyai kakek atau percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek menurut garis Patrilineal.
Sehubungan dengan ini, laki-laki mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam meneruskan silsilah dengan keturunannya atau setiap anak yang dilahirkan
baik laki – laki maupun perempuan selalu mencantumkan marga ayahnya dan bukan ibunya.
27
Masyarakat Batak Toba menurut keturunan dalam kebudayaannya harus selalu mempunyai rasa kekeluargaan yang senantiasa tetap terpupuk bukan saja
terhadap keluarga dekat tetapi juga terhadap keluarga jauh yang semarga. Namun panggilan seseorang adalah nama marganya bukan nama pribadinya. Jadi apabila
orang Batak Toba bertemu maka yang pertama ditanya adalah marganya dan bukan nama atau tempat asal. Dengan mengetahui marga, mereka akan mengikuti
26
Lubis Swardi, Komunikasih antar Budaya, Study kasus Etnik Batak Toba dan etnik Cina : Medan, USU Press, 1999 hal. 112
27
Ibid hal. 112
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
proses penyelusuran silsilah untuk mengetahui hubungan kekerabatan di antara mereka. Proses seperti ini disebut “martarombo”, sehingga dengan demikian
mereka mengetahui kedudukan masing – masing dan hal yang tabu dapat dihindarkan seperti ungkapan bahwa “jolo tinittip sanggar asa binahen huru-
huruan, jolo sinungkun marga asa binoto partuturan”. Artinya untuk membuat sangkar haruslah terlebih dahulu menyediakan kerangkanya, dengan demikian
orang yang saling berkenalan itu dapat mengetahui apakah ia mempunyai hubungan keluarga satu sama lainnya, dengan terlebih dahulu menanyakan marga,
sehingga dapat ditentukan kedudukan dalam hubungan tersebut.
28
1. Hula-hula Pemberi gadis,
Di samping hubungan marga secara garis keturunan antara marga – marga juga mempunyai hubungan lain fungsional, karena suatu marga itu mempunyai
hubungan atau fungsi tertentu terhadap marga lain yang terjadi akibat adanya perkawianan. Hubungan fungsional ini mengakibatkan adanya penggolongan
marga di dalam kaitannya dengan marga yang lain, yang menimbulkan suatu sistem kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba yang disebut Dalihan Natolu.
Dan bicara mengenai Dalihan Natolu sudah disebutkan artinya pada bab sebelumnya yaitu unsur - unsurnya.
Adapun unsur-unsur tersebut yaitu :
2. Boru Penerima Gadis, dan
3. Dongan Tubu dongan sabutuha Teman Semarga.
28
Ibid hal. 113
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Somba marhula-hula maksudnya insan suku Batak harus hormat kepada hula - hulanya, kelompok kerabat hula - hula, Tulang termasuk kepada semua
marga yang dikategorikan olehnya sendiri, termasuk dalam kelompok hula- hulanya. Biarpun di dalam suatu kejadian kelompok hula-hula ada yang bersifat
kasar adalah kewajiban seseorang yang menganggap yang bersifat kasar tadi itu hula - hulanya dengan cara lemah lembut, hormat dan penuh sopan santun bahwa
meskipun perbuatan hula - hulanya tidak baik. Pada umumnya hula - hula akan sadar bahwa perbuatannya dan kembali seperti biasa. Seorang hula – hula telah
bersifat kasar di hadapan borunya. Jika seorang hula - hula tidak malu berbuat demikian pada hari - hari lain dia akan tersingkirkan oleh kerabatnya sendiri.
Somba atau sembah artinya sudah jelas bagi kita bagaimana sifat perilaku seseorang terhadap hula - hulanya di samping tangan turut menyembah yang
dilaksanakan penuh hormat dan kesopanan. Mengapa sampai demikian penghormatan ini berlebih - lebihan terhadap hula – hula kelompok hula – hula
adalah berdasarkan pandangan bahwa hula - hula itu merupakan Tuhan yang nampak di dunia ini bahwa kelompok hula - hula itu adalah merupakan wakil
Tuhan bagi boru di dunia ini. Pandangan suku Batak ini adalah gambaran seseorang Batak betapa cintanya, sayangnya hormatnya ia terhadap ibunya sendiri
dan penghormatan orang Batak terhadap wanita. Menyembah kepada hula - hula pihak saudara laki-laki ibu berarti adalah gambaran sayang pada ibu. Memang
dalam kehidupan sehari - hari demikianlah adanya itu dapat dilihat dari lagu-lagu
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Batak lebih banyak kata Inang ibu dari kata Amang Ayah di dalam lirik lagu.
29
Boru atau elek Marboru maksudnya sikap seseorang haruslah persuasif terhadap borunya. Didalam kehidupan sehari - hari sikap seorang hula - hula
haruslah selalu lemah lembut terhadap borunya. Penuh bujuk dan ceria pada setiap perjumpaan antara Boru dengan hula - hulanya. Sikap tersebut senantiasa
penuh rasa persaudaraan satu sama lain disertai kata - kata yang lemah lembut. Pembicaraan agak bebas keluar dari lubuk hati, bersikap terbuka disertai kata -
kata yang penuh kelembutan. Dapatlah dikatakan segala usaha dilakukan hula - hula agar hati borunya tetap tenang, segala sesuatu yang melukai hati borunya
haruslah disingkirkan jauh - jauh. Dengan demikian suasananya akan penuh persaudaraan saling menghormatinya. Hubungan kekerabatan demikian adalah
terjadi berdasarkan pandangan suku Batak bahwa wibawa sahala hula - hula itu kuat, berkat kekuatan borunya. Boru menganggap hula - hulanya sebagai Tuhan
yang dilihat untuk memberkatinya, sebab itu boru harus menyembah dan memberikan sesuatu demi wibawa hula - hulanya. Hula - hula menyadari itu
sebabnya hati boru harus senantiasa senang, tidak boleh tersinggung dan ia harus bersikap bujuk. Sudah kita jelaskan pada bab sebelumnya bahwa hak dan
kewajiban kelompok suku Batak, borulah yang menjadi tiang beban pelaksanaan suatu acara baik formal maupun informal. Bukan saja hanya bantuan tenaga dan
pikiran tetapi terutama dalam bantuan material. Malahan menurut prinsip masyarakat Batak Toba korban jiwa pun demi hula - hula sering dilakukan. Jika
29
DJ. Gultom Raja Marpodang, Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan : CV. Armanda,1987 hal. 122
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
terjadi suatu kejadian pada masyarakat Batak Toba, seperti tindak pidana, dongan tubu sering meminta pendapat atau saran dari boru. Pendapat boru ini sangat
penting, karena apa saja keputusan sidang, pelaksananya adalah boru. Dengan demikian wajarlah hati boru ini dibujuk oleh hula - hulanya dan segala silang
sengketa harus dijauhkan dari boru. Kaitan pandangan suku Batak Toba sangat erat dengan kelahiran. Itulah sebabnya suku Batak Toba mengharapkan kelahiran
anak laki-laki di dalam kehidupan setiap keluarga. Nampaknya belumlah sempurna satu-satu keluarga itu apabila belum melahirkan anak laki-laki dan
perempuan. Karena ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
30
Dongan tubu sering disebut dengan dongan sabutuha, dengan semboyan manat mardongan tubu, yaitu agar di dalam hubungan sehari-hari maupun acara
formal, setiap yang bersaudara laki-laki haruslah bersikap hati-hati terhadap sesamanya. Hati-hati maksunya adalah was-was pada sikap tingkah laku satu
sama lain agar wawasan kekeluargaan tetap utuh dalam kelompok kekerabatan. Pada pembicaraan adalah sangat terbuka dan bebas, tetapi di dalam kebebasan itu
harus ada saringan atau tatakrama dalam pembicaraan agar yang lain jangan tersinggung. Apabila sempat tersinggung keretakan akan timbul ibarat kebakaran
yang sulit dipadamkan. Sebab itu pembicaraan harus bebas dan demokrasi demi kelompok kekerabatan. Mengapa harus hati-hati terhadap sesama saudara dan
semarga? Di mana mereka semarga dan disatukan oleh pertalin darah. Dan dalam melakukan kegiatan merekalah yang menjadi pusat kegiatan disebut “suhut”.
31
30
Ibid hal.123
31
Ibid hal.123
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
Dalihan Natolu sebagai salah satu lembaga adat dalam masyarakat Batak Toba, dapat dilihat dengan keluarnya suatu lembaga ciptaan UU No. 5 Tahun
1974 dengan nama LKMD Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, yang dibentuk guna menampung aspirasi Desa untuk mendukung program pemerintah
daerah. Maka pada tahun 1990 yaitu untuk masyarakat Batak Toba yang mana kabupaten Toba Samosir pada saat masih berada pada Kabupaten Tapanuli Utara
sebelum dimekarkan, di mana pernah diterbitkan Perda Nomor 10 Tahun 1990, tentang lembaga adat Dalihan Natolu, yaitu suatu lembaga adat yang dibentuk
Pemda TK II di seluruh Kecamatan dan Desa, sebagai suatu lembaga musyawarah yang mengikut sertakan penatua adat yang benar-benar memahami, menguasai
dan menghayati adat istiadat dilingkungannya Pasal 5 dan Pasal 8 di bidang Perda 10 Tahun 1990.
Status lembaga adat Dalihan Natolu ini dapat ditemukan dalam Pasal 39 ayat 2 dan Pasal 41 PP. Nomor 76 Tahun 2001 tentang pedoman umum
pengaturan mengenai desa. Pasal 6 Perda Nomor 10 Tahun 1990 memuat isi Lembaga adat Dalihan Natolu LADN untuk menggali, memelihara,
melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan daerah yang menyangkut adat istiadat dan kesenian dalam sifat yang konsultatif tehadap pemerintah. Misi
LADN tersebut juga ditemukan dalam Pasal 40 dan 42 dalam PP Nomor 76 Tahun 2001. fungsi LADN, diatur dalam Pasal 7 PERDA Nomor 10 Tahun 1990
dalam empat bidang yaitu: 1.
Untuk menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat menyangkut kebudayaan dibidang adat istiadat dan kesenian.
2. Memajukan kebudayaan dibidang adat istiadat dan kesenian daerah dalam
menunjang kelancaran pembangunan.
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
3. Mengatur, menyusun dan menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan adat
istiadat, kepentigan umum, perturan perundang-undangan. 4.
Mencari penyelesaian perkara yang berkaitan dengan adat istiadat. Uraian tentang status dan fungsi lembaga adat LADN di Daerah Tapanuli,
itu didukung peraturan perundang-undangan sebagaimana diuraikan diatas. Peranan LADN, telah ditingkatkan sehubungan dengan adanya dukungan Undang
-undang yaitu UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman dalam pasal 3 ditentukan bahwa penyelesaian sengketa dapat diselesaikan melalui
proses mediasi. Contoh konkret dapat dilihat tentang keberhasilan Lembaga adat untuk penyelesaian sengketa di desa, yaitu dari kegiatan Kerapatan Adat Negeri
KAN di Ranah Minang adalah unit kerja Lembaga Adat Kerapatan Minangkabau LAKM dibentuk berdasarkan PERDA Propinsi Sumatera Barat.
Lembaga KAN sudah berperan aktif sejak tahun 1980-an di seluruh Propinsi Sumatera Barat, dan hal itu terlaksana karena Pemprop. Sumatera Barat sudah
sejak lama menempatkan para penatua adat ninik mamak yang berada di Minangkabau maupun yang berada di perantauan. Dan hukum adat tersebut ikut
juga dalam hal memajukan pembangunan di kampung halamannya. Sebagai contoh: Pembangunan biasanya bisa berhasil 300. 100 dari pemerintah, 100
dari masyarakat yang tinggal di kampung halamannya dan 100 lagi dari para perantaunya.
32
Dalam Dalihan Natolu terkandung makna yang tidak dapat digantikan oleh budaya asing seperti pada zaman penjajahan walaupan Sisingamangraja XII
telah gugur, tetapi falsafah hidup Dalihan Natolu itu tidak akan pernah
32
Majalah Horas, Edisi Ulang Tahun; Juni, 2006. hal. 50.
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
ditaklukkan oleh penjajah. Pola kebudayaan Dalihan Natolu adalah salah satu akar falsafah Pancasila. Falsafah Dalihan Natolu khususnya berlaku dalam
masyarakat Batak, dimana dikenal sistem marga yaitu identitas orang - orang yang mempunyai garis keturunan yang sama menurut garis Bapak Patrilineal.
Hubungan yang terjalin antara setiap anggota masyarakat didasarkan atas persaudaraan yang kuat. Apabila dua orang atau lebih anggota masyarakat Batak
berjumpa untuk pertama kali dan ingin berkenalan maka yang ditanyakan yang pertama sekali adalah marga dari orang yang bersangkutan bukan namanya.
Apabila orang yang berjumpa ini kebetulan semarga kelompok marga yang sama, jelas ada ditentukan panggilan yang akan digunakan satu sama lain.
Memahami kebudayaan Batak khususnya Batak Toba, yang berdasarkan falsafah Dalihan Natolu sebagai bagian dari kebudayaan nasional, tidak saja
memperluas wawasan tentang pluralisme suku Indonesia akan tetapi justru lebih penting untuk dapat memahami segi-segi positif budaya. Dalihan Natolu yang
mendukung interaksi sosial, serta kehidupan masyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara.
Adat berfungsi sebagai pedoman dan tata pergaulan terutama dalam lingkungan kekerabatan, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Secara
khusus adat Dalihan Natolu berperan untuk : 1
Menetapkan kedudukan fungsional individu dan kelompok dalam sistem kekerabatan.
2 Mengatur pola hubungan kekerabatan antara individu dengan kelompok
kekerabatan. 3
Mengatur hak dan kewajiban setiap orang dalam setiap kegiatan.
Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008.
USU Repository © 2009
4 Menjadi norma atau pedoman perilaku setiap orang dalam sistem
kekerabatan dalam kehidupan sehari-hari. 5
Menjadi sarana bagi semua anggota untuk mewujudkan rasa saling kasih- mengasihi.
6 Menyediakan tempat bagi anggota masyarakat yang merasa tersendiri dan
terasing, terutama dalam masyarakat kota yang pluralistis dan individualistis 7
Memberikan identitas.
33
Jika dilihat keberadaan Lembaga adat LADN, sebagai salah satu Lembaga adat khususnya untuk daerah Tingkat II di Tapanuli termasuk Kabupaten Toba
Samosir, Kecamatan Borbor maka PERDA 10 Tahun 1990 sebagai landasan yuridis, sudah seyogianya didukung oleh:
1. Program kerja sesuai situasi dan kondisi setempat,
2. Sarana gedung pertemuan yang secara khusus, dan
3. Partisipasi anak rantau.
Terlaksananya peranan Dalihan Natolu sebagai Lembaga Adat LADN, mendukung program pemerintah otonomi daerah tidak hanya efektif di bidang
adat budaya, tetapi juga di bidang pembangunan ekonomi pelaksanaan proyek desa atau bantuan warga desa dan juga warga perantauan, dan juga untuk
penanganan sengketa-sengketa adat perdata dan pidana sesuai dengan adat istiadat masyarakat Batak Toba guna tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur sesuai dengan cita-cita nasional bangsa Indonesia.
34
33
Majalah Horas Edisi; No. 51 18-30 November 2005. hal. 54-55.
34
Majalah Horas edisi ulang tahun op. cit. hal.51.
2. Proses Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba.