Gambaran Umum Mengenai Hukum Pidana Adat

Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009

B. Gambaran Umum Mengenai Hukum Pidana Adat

Hukum adat tidak mengadakan pemisahan antara masalah pidana maupun perdata. Di mana tidak mengadakan pemisahan antara pelanggaran hukum yang mewajibkan tuntutan memperbaiki kembali hukum di lapangan hukum pidana dan pelanggaran hukum yang hanya dapat dituntut di lapangan perdata. Oleh karenanya maka sistem hukum adat hanya mengenal satu prosedur dalam hal penuntutan. Satu macam prosedur baik untuk penuntutan secara perdata maupun penuntutan secara pidana. Ini berarti bahwa petugas hukum yang berwenang untuk mengambil tindakan- tindakan konkrit reaksi adat guna membetulkan hukum yang telah dilanggar itu, adalah tidak seperti pada hukum barat hakim pidana untuk perkara pidana dan hakim perdata untuk perkara perdata, melainkan satu pejabat saja yakni kepala adat. Pembetulan hukum yang dilanggar sehingga dapat memberikan kembali keseimbangan yang semula ada itu, dapat berupa sebuah tindakan saja tetapi kadang –kadang mengingat sifatnya pelanggaran perlu diambil beberapa tindakan. 16 2. Yang pembetulan keseimbangannya diperlukan beberapa tindakan seperti melarikan gadis pada suku dayak di Kalimantan, perbuatan ini selain Sebagai berikut: 1. Yang pembetulan keseimbanganya hanya berwujud satu tindakan saja. Hutang uang dan pada waktunya tidak membayar kembali. Tindakan atau koreksinya adalah hanya membayar pinjaman itu saja. 16 Soerojo Wignjodipuro, pengantar dan azas- azas hukum adat ; Jakarta, Haji Mas Agung, 2004,hal. 229-230. Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 mencemarkan kesusilaan masyarakat yang bersangkutan, juga mencemarkan kehormatan keluarga si gadis tersebut. Untuk memulihkan keseimbangan hukum diperlukan 2 macam upaya yaitu pembayaran denda kepada keluarga korban, serta penyerahan seekor binatang korban pada kepala persekutuan untuk membuat supaya masyarakat adat serta lingkungan adat menjadi bersih dan suci kembali. 17 Berbicara mengenai hukum adat maupun pidana adat tidak bisa lepas dari pembicaraan aspek kebudayaan bangsa Indonesia. Oleh karena hukum dan juga hukum pidana adat merupakan perwujudan dari kebudayaan bangsa Indonesia. Pada hakekatnya kebudayaan itu mempunyai 3 perwujudan yaitu: Pertama wujud kebudayaan sebagai suatau kompleks ide – ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma peraturan dan sebagainya. Kedua kebudayaan dapat mewujudkan diri sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat dan ketiga kebudayaan dapat berwujud sebagai benda – benda hasil karya manusia. Wujud yang pertama terdapat dalam ide dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup. Kebudayaan ini merupakan kebudayaan idiil yang dapat kita sebut adat tata kelakuan, yang bermaksud menunjukkan bahwa kebudayaan biasanya juga berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat. 18 Sistem nilai - nilai budaya bangsa dengan demikian terdiri dari konsep – konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar yang merupakan dari 17 Ibid hal. 230 18 Nyoman serikat Putra Jaya. Op. cit hal. 31-32 Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 kebudayaan yang bersangkutan, yang mengenai hal-hal yang mereka anggap penting dan bernilai dalam hidup. Karena itu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman untuk berbuat. Yang penting yaitu sebagai sistem yang mengontrol atas perbuatan – perbuatan manusia dalam masyarakat. Di dalam mengontrol ini masyarakat mempunyai suatu pola untuk mengukur apakah sesuatu perbuatan itu baik atau buruk, diperbolehkan atau tidak oleh masyarakat di mana pelaku perbuatan tadi hidup dan menjadi anggota masyarakat yang bersangkutan. Hukum atau norma hukum sebagai pedoman bagi manusia untuk berbuat atau tidak berbuat mempunyai akibat hukum apabila normanya tidak ditaati atau dilanggar. Tiap - tiap bangsa mempunyai hukumnya sendiri sebagaimana halnya dengan bahasa maka hukum pun merupakan hal yang diciptakan masyarakat itu dan menjadi kehidupan bangsa itu sendiri. 19 Teer Haar mengatakan bahwa yang dianggap suatu pelanggaran delik ialah setiap gangguan terhadap keseimbangan dan setiap penubrukan pada barang material dan inmaterial orang seseorang atau orang- orang yang banyak merupakan satu kesatuan gerombolan. Tindakan sedemikian itu menimbulkan suatu reaksi yang sifat besar dan kecilnya diterapkan oleh hukum adat adat reactie, karena reaksi maka keseimbangan harus dipulihkan kembali kebanyakan dengan jalan pembayaran pelanggaran berupa barang – barang atau uang, dengan demikian untuk disebut tindak pidana adat, perbuatan itu harus mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyarakat. Kegoncangan itu tidak hanya terdapat apabila peraturan hukum dalam suatu masyarakat dilanggar, tetapi 19 Ibit hal. 32. Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009 juga apabila norma – norma kesusilaan keagamaan dan sopan santun dalam masyarakat, yang selalu dipatuhi. Sementara menurut Soepomo juga mengatakan bahwa di dalam hukum adat segala perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum adat dan perbuatan illegal dan serta hukum adat juga mengenal pula ikhtiar–ikhtiar untuk memperbaiki hukum jika telah diperkosa. 20 Apabila diikuti pendapat – pendapat para sarjana tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pada satu tindakan pidana adat itu merupakan tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat yang bersangkutan. Guna memulihkan kembali ketentraman dan keseimbangan itu maka terjadi reaksi – reaksi adat. Dan reaksi – reaksi adat ini merupakan tindakan yang bermaksud mengembalikan ketentraman magis yang diganggu dan meniadakan atau menetralisasikan suatu keadaan yang ditimbulkan oleh pelanggaran adat. Hukum pidana adat adalah hukum yang hidup dalam masyarakat living law dan akan terus hidup selama ada kebudayaan manusia ia tidak akan dapat dihapus dengan perundang- undangan. Andai kata diadakan juga undang – undang yang menghapuskanya akan percuma juga. Malahan hukum pidana perundang – undangan akan kehilangan sumber kekayaanya oleh karena hukum pidana adat itu sendiri lebih erat hubungannya dengan antropologi dan sosiologi. 21 20 Ibit hal. 33 21 Ibit hal. 34 Tota Pasaribu : Kewenangan Dalihan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Secara Hukum Adat Batak Toba Studi Di Kec. Borbor,Kab. Toba Samosir, 2008. USU Repository © 2009

BAB III HUKUM PIDANA ADAT DAN KEWENANGAN DALIHAN