Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena kerja angin, maka di lapisan teratas
sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat sekitar 28
o
C yang homogen. Karena adanya pengaruh arus dan pasang-surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi Nontji, 1993, Hlm: 56.
Menurut Barus 2004, hlm: 45, pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan
udara disekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi.
4.4.2 Intensitas Cahaya
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa intensitas cahaya terendah pada stasiun 2 yaitu 1047 perb.1 Candela dan tertinggi pada stasiun 1 yaitu 1383 perb.10 Candela.
Hal ini disebabkan karena pada stasiun 1 memiliki banyak kandungan substrat, dan tidak banyak terdapat tumbuhan vegetasi yang terdapat disekitar daerah pengamatan
selain itu juga dapat dipengaruhi waktu pengukuran yang dilakukan pada siang hari yang cerah, sedangkan pada stasiun 2 hanya terdapat sedikit substrat, namun bnanyak
terdapat vegetasi tumbuhan disekitar stasiun pengamatan ditambah lagi waktu pengukuran yang dilakukan pada pagi hari. Menurut Goldman Horne, 1983, hlm:
76, bahwa cahaya merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ikan dan berperan secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya dibutuhkan ikan untuk
mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator dan dalam perjalanan menuju suatu tempat. Hanya beberapa spesies ikan yang beradaptasi untuk hidup di tempat
yang gelap. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari bagi kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan.
4.4.3 Penetrasi cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya terendah dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat pada stasiun 2 aktivitas yaitu 3 meter, sedangkan pada stasiun 1 terdapat
hingga 4 m. Hal ini disebabkan pada stasiun 1 kedalaman yang terendah 2 m dan selanjutnya membentuk curam yang terjal, walaupun demikian tingkat penetrasi dapat
Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
dihasilkan lebih besar dibandingkan stasiun 2 karena pada stasiun 1 lebih banyak terdapat organisme air yang terdistribusi sehingga membutuhkan cahaya matahari
yang banyak dalam melakukan fotosintesis, sedangkan pada stasiun 2 organisme air yang membutuhkan cahaya matahari hanya sedikit karena terumbu karang yang
merupakan tempat habitat telah mengalami degradasi, dan juga memiliki kedalaman terendah 3 m dalam keadaan datar pada sepanjang garis transek pengamatan sejajar
garis pantai. Berdasarkan yang terdapat dalam Brower et al., 1990, hlm: 62 Kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga akan
mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air dibadan perairan.
4.4.4 pH Derajat Keasaman
Pada stasiun 1 didapat nilai pH Derajat Keasaman yang tertinggi yaitu 7,4 sedangkan nilai pH terendah diperoleh pada stasiun 2, dengan nilai 6,5. Rendahnya
nilai pH pada stasiun 2 dikarenakan banyaknya aktivitas dari manusia, meskipun dikatakan sebagai Taman Laut, namun daerah pengamatan yaitu stasiun 2 termasuk
daerah yang sudah banyak mengalami degradasipengrusakan efek dari kegiatan manusia seperti snorkelingdiving, alat transportasi, pertambakan, dll, sedangkan pada
stasiun 1 dapat diperoleh nilai pH yang tinggi karena pada daerah tersebut tidak terdapat aktivitas manusia. Namun bila dilihat lagi nilai pH yang didapat pada setiap
stasiun, dapat dikatakan perairan ini masih dalam keadaan baik, yaitu berkisar 6,5-7,4. Seperti yang diketahui bahwa nilai pH yang normal dalam suatu perairan berkisar
antara 6-8. Menurut Baur, et al dalam Barus, 2004, Hal: 61 bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya adalah terdapat antara 7-8,5.
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium.
4.4.5 DO Disolved Oxygen.