Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
ini juga melayani bimbingan sosial dan psikologi sehingga ada 1 buah ruangan untuk psikologi, apotik 1 buah, mesjid 1 buah, dapur masak 1 buah, ruang control 1 buah, mesin
setrika 1 buah, mesin cuci 1 buah, dan peralatan lainnya seperti meja-meja dan kursi yang tidak dapat dihitung jumlahnya karena kursi-kursi yang rusak langsung diganti.
Rumah sakit jiwa pada tahun 1981-1990 tidak mengalami penambahan fasilitas yang terlalu penting karena dana yang kurang sehingga fasilitas yang sudah ada, itulah
yang mereka pakai. Fasilitas yang disediakan oleh pihak rumah sakit ini dinilai masih kurang. Masih banyak sekali yang harus ditambahkan. Misalnya saja mobil ambulance
agar dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
BAB IV PERANAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
4.1 Dalam Bidang Kesehatan
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Peranan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh pasiennya saja tetapi masyarakat umum. Penanganan rumah
sakit sebagai tempat rehabilitasi bagi penderita gangguan jiwa sangat membantu penderita gangguan jiwa. Melihat jumlah pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa ini
dari tahun 1981-1990, bukan tidak mungkin penderita gangguan jiwa akan semakin banyak jumlahnya jika tidak ditanggulangi. Rumah sakit jiwa pada umumnya berusaha
untuk mengobati para penderita gangguan jiwa dengan bantuan para dokter jiwa. Untuk menyembuhkan pasien maka diperlukan proses rehabilitasi. Ada tiga permasalahan
pokok yang dihadapi, yaitu:
25
2. Menyediakan wahana yang terapeutis bila mereka sedang dalam remisi tidak kambuh. Dalam menyediakan wahana tersebut tenaga pelaksana harus turut membantu
mengarahkan para pasien, namun tetap dilihat dari kondisi mental pasien. Setiap kegiatan
dalam wahana ini merupakan proses yang berkesinambungan, dilaksanakan oleh berbagai macam tenaga pelaksana fungsional dan struktural yang bekerjasama dalam satu team-
work 1. Mencegah kekambuhan atau paling tidak memperpendek proses rehabilitasi
tersebut
agar
pasien dapat dipulangkan atau disalurkan ke masyarakat, sehingga untuk memperpedek proses rehabilitasinya dilakukan berbagai pendidikan dan latihan serta
penyuluhan dan bimbingan kejuruan; termasuk di sini pendidikan dan latihan agar dapat hidup mandiri, mengurus diri, mobilitas dan komunikasi, serta juga untuk mendapat
ketrampilan kerja tertentu kerajinan, pertukangan, pertanian, industri dan lain-lain.
25
Kusumanto Setyonegoro , Tinjauan Kesehatan Jiwa Mengenai Disabilitas Psikososial dan Rehabilitasinya, Simposium Rehabilitasi, Palembang, 1981. hal 24
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
3. Kesibukan atau pekerjaan yang teratur yang membebaskan mantan penderita tersebut dari keadaan sakit. Dalam proses rehabilitasi pasien perlu melakukan kesibukan
atau kegiatan-kegiatan yang kecil agar dapat melatih kemampuan mental mereka. Jika mereka tidak melakukan kegiatan maka mereka akan lebih banyak diam dan merenung
yang justru akan memperparah keadaan,sehingga dengan adanya kesibukan para penderita ganguan jiwa dapat mengurangi rasa sakit dalam diri mereka.
Melihat dari permasalahan yang dihadapi maka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara berusaha memberikan yang terbaik untuk melindungi para
pasien. Dimana, dari setiap bidangnya pihak rumah sakit harus memberikan sesuatu yang maksimal. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah melihat hal-hal yang
dianggap penting untuk sebuah rumah sakit dan untuk kesembuhan pasien. Oleh sebab itu sejak berdirinya Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, ada beberapa fungsi
yang bisa kita lihat, antara lain:
26
pemulangan pasien, penyiapan bimbingan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis, penyiapan bimbingan pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengembangan pemeliharaan mutu pelayanan dan penerapan Melaksanakan pelayanan medis: dimana fungsinya adalah pengoordinasian
penyusunan kebutuhan tenaga medis, paramedis perawatan dan paramedis non perawatan, serta non medis, alat, dan obat-obatan untuk pelayanan medis, penyusunan
kebutuhan penyediaan tenaga dan fasilitas, pelayanan medis, pendidikan, pelatihan, penerapan, standar dan akreditasi, penelitian dan pengembangan, serta pemantauan dan
pengawasan penggunaannya, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penerimaan dan
26
Wawancara dengan Saridanur pada tanggal 31 Oktober 2008
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
standar pelayanan kesehatan jiwa. Melaksanakan pelayanan penunjang medis : fungsinya yaitu pengoordinasian
penyusunan kebutuhan tenaga dan fasilitas pelayanan penunjang, penyiapan bimbingan pelaksanaan kegiatan, pemantauan, pengendalian dan pengawasan pada pelayanan
penunjang. Pemantauan, pengendalian dan pengawasan pemanfaatan fasilitas pelayanan penunjang. Pemeliharaan mutu pelayanan penunjang, pemenuhan standar, dan
pelaksanaan upaya menjaga mutu. Dan non medis: dalam hal ini adalah menyediakan obat-obatan.
Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan, dimana fungsinya adalah penyusunan rencana kebutuhan tenaga keperawatan untuk pelaksanaan kegiatan pada
seluruh instalasi, pelaksanaan kegiatan penyusunan program asuhan dan pelayanan keperawatan, logistik keperawatan, pelaksanaan etika profesi keperawatan serta
pemeliharaan mutu keperawatan, penyusunan standar asuhan dan pelayanan keperawatan, logistik keperawatan, pembinaan etika profesi dan mutu keperawatan. Pelaksanaan
bantuan pendidikan dan pelatihan di bidang keperawatan dan bimbingan pelaksanaan pemantauan, pengawasan, dan penilaian. Melaksanakan pelayanan rujukan, dimana
fungsinya adalah sebagai wadah bagi rumah sakit lain yang ada di provinsi Sumatera Utara.
Melaksanakan pendidikan pelatihan dan penelitian pengembangan: dimana fungsinya adalah mengoordinasikan penyiapan bimbingan pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis; baik untuk mendukung kegiatan proses belajar klinik atau praktek belajar lapangan terstruktur dari berbagai
institusi pendidikan, maupun pelatihan kerja bidang teknis fungsional. Melaksanakan
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
pengelolaan administrasi dan keuangan dimana fungsinya adalah mengoordinasikan pengelearan dan pemasukan yang ada di Rumah sakit Jiwa tersebut, sehingga dapat
dikelola dengan baik. Seperti yang kita ketahui bahwa penderita gangguan jiwa mendapat perlakuan
yangtidak baik dari lingkungan masyarakat dahulu. Asumsi yang ada pada saat itu bahwa penyakit jiwa adalah penyakit yang datang akibat kutukan. Mereka terasing dari
masyarakat, dikucilkan dan dibenci. Masyarakat tidak peduli denganpenderita gangguan jiwa. Tidak jarang masyarakat menemukan penderita di jalan raya, tempat-tempat umum
dengan penampilan yang kotor dan banyak yang kelihatannya melanggar norma. Hal itu sangat wajar bila melihat kondisi mental mereka yang buruk. Mereka juga sering
diperlakukan secara tidak manusiawi. Akibat kurangnya tempat untuk penderita gangguan jiwa maka dibangun rumah sakit jiwa di Sumatera Utara sebagai wujud nyata
perhatian terhadap penderita gangguan jiwa. Fasilitas yang disediakan oleh pihak rumah sakit ini dinilai masih kurang. Masih
banyak yang harus ditambahkan. Misalnya saja penyediaan mobil ambulance agar dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Hal ini dianggap perlu mengingat jarak rumah
sakit yang jauh dari jalan raya dan tidak ada angkutan umum ke daerah rumah sakit tersebut. Ada banyak aspek yang dapat dipakai untuk menilai mutu pelayanan kesehatan.
Misalnya dapat dinilai dari “struktur” pelayanan itu sendiri dan bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan. Ada tiga aspek penilaian mutu pelayanan, yaitu aspek
pendekatan, aspek tehnik dan aspek kriteria yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
27
27
Tjandra Yoga Aditama, opcit., hal.175
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 4.1 Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
Mutu pelayanan kesehatan selalu merupakan bahan kajian dan perhatian para ahli di beberapa negara. Pada hakikatnya, rumah sakit adalah salah satu jenis industri jasa,
dalam hal ini industri jasa kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus patuh pada kaidah-kaidah bisnis dengan berbagai peran fungsi manajerialnya. Akan tetapi, harus
diakui bahwa pada kenyataannya rumah sakit mempunyai beberapa ciri khas yang membedakannya dengan industri lainnya. Karenanya, rumah sakit memerlukan
pendekatan yang berbeda pula. Kenyataan bahwa ”bahan baku” dari industri jasa kesehatan adalah manusia.
Unsur manusia perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab utama pengelola rumah
LUAS
Morbidilitas- mortalitas
Kepuasan
Biaya
PENGERTIAN
PENILAIAN CIRI KHAS
Bahan baku
Pelanggan = pengguna
pelayanan
Peran profesional
Tergantung kacamata
pelanggan
Standar profesipelayanan
Pendekatan, teknik
kriteria Struktur,
proses
hasil
MUTU PELAYANAN
RS
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
sakit. Perbedaan ini mempunyai dampak penting dalam manajemen, khususnya menyangkut pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia. Kedua, kenyataan bahwa
dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi,
kadang-kadang bukan mereka sendiri yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus dirawat. Ketiga, kenyataan menunjukkan bahwa pentingnya peran para profesional,
termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi, ahli gizi dn lain-lain. Para profesional ini jumlahnya sangat banyak. Proporsi antara tenaga profesional dengan pekerja biasa di
rumah sakit, lebih banyak dibanding organisasi lainnya. Berdasarkan aspek pendekatan dapat dilakukan pendekatan secara umum dan
secara khusus. Pendekatan umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit dan membandingkannya dengan standar yang ada, sedangkan pendekatan secara khusus yaitu
hubunganinteraksi antara pasien dengan pemberi pelayanan di rumah sakit. Dari aspek tehnik dapat dilakukan penilaian tiga komponen, yaitu struktur, proses dan hasil.
Komponen struktur, menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan fisik, struktur organisasi, dan staf rumah sakit. Komponen proses menilai apa yang terjadi antara
pemberi pelayanan dengan pasiennya. Tegasnya, menilai bagaimana aktivitas dokter dan petugas kesehatan lainnya dalam menangani pasien. Sedangkan komponen hasil menilai
hasil pengobatan. Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status kesehatan dan kepuasan penderitanya. Aspek kriteria misalnya aturan bahwa setiap
dokter harus menulis nama terang setiap selesai menulis status. Setiap bidang dalam Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
mempunyai prosedur masing-masing, hal itu dilakukan agar pelayanan di Rumah Sakit
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara semakin terarah dalam melayani pasiennya. Adapun prosedur tetap yang dilakukan oleh masing-masing bidang adalah sebagai
berikut:
28
- Sore
: pukul 14.00 sd 21.00 Prosedur tetap jamkesmas dapat kita lihat melalui berbagai tahap. Dimana ketika
pasien ingin berobat ada tahap yang harus dijalani, yaitu pada saat pasien datang di antar keluarga setelah itu pasien diseleksi oleh team verifikasi dan kemudian team verifikasi
akan mengeluarkan SKP surat keabsahan peserta, selanjutnya pasien mengikuti Prosedur tetap rawat jalan dan rawat inap.
Untuk Prosedur tetap keperawatan ada waktu bertugas yang sudah ditentukan, dimana jam bertugas:
- Malam
: pukul 21.00 sd 08.00 -
Hari libur : pukul 08.00 sd 14.00 dan tugas keperawatan ini adalah mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap
seluruh ruangan, bertanggungjawab terhadap makanan pasien, bertanggungjawab terhadap pemberian obat pasien, bertanggungjawab dan mengkoordinasikan pasien
masuk dan keluar, di luar jam kerja dan membuat laporan jaga secara tertulis.
Prosedur Unit Pelaksana Fungsional rawat jalan mempunyai tugas untuk menangani pasien rawat jalan dimana tahap yang dilakukan adalah pasien yang datang
dan membeli karcis dapat mengambil status, kemudian pasien dibawa ke ruangan poliklinik, setelah itu penyakit pasien diperiksa di laboratorium dengan indikasi tertentu,
28
Wawancara dengan Sahriwirda pada tanggal 31 Oktober 2008 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Dalam pemeriksaan ini pemeriksaan awal dilakukan oleh dokter muda atau dokter umum selama 30 menit, kemudian pemeriksaan lanjutan oleh dokter jiwa 10 menit, setelah
diperiksa pasien pulang diberi suntik dan obat dari apotik, dalam pemeriksaan tersebut tidak semua pasien dapat pulang, ada pasien yang membutuhkan perawatan sehingga
harus di opname. pasien yang di opname dapat melalui UGD atau langsung ke kelas, setelah itu pasien harus membayar seluruh biaya pada kasir, kecuali ditetapkan sebagai
peserta jamkesmas. Dalam prosedur tetap Unit Pelaksana Fungsional rawat inap: Pasien dari
poliklinik atau UGD, diperiksa ulang kelengkapan administrasi terutama surat pernyataan bahwa pasien ingin menginap, kemudian barang-barang pasien seperti barang berharga
diserahkan kepada keluarga dengan berita acara tertulis, setelah itu pasien diperiksa ulang menyangkut status pasien dan melengkapi data-data yang masih kurang, setelah tahap
tersebut selesai UPF rawat inap melaksanakan instruksi dokter yang tertera di dalam status, dan menganjurkan keluarga menjenguk pasien secara rutin pada jam tamu yang
telah ditentukan Prosedur tetap rekam medis untuk pasien rawat jalan: Pasienkeluarga mengambil
status dengan menunjukkan karcis, kemudian melaksanakan prosedur pasien rawat jalan. Setelah petugas UPF rawat jalan membuat pencatatan, status dikembalikan ke rekam
medis, kemudian petugas rekam medis melakukan pencatatan, setelah itu status disimpan pada tempatnya.
Prosedur tetap jaga ruangan mempunyai jam bertugas yaitu: - pagi
: pukul 08.00 sd 14.00 - sore
: pukul 14.00 sd 21.00
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
- malam : pukul 21.00 sd 08.00
dan tugas mereka adalah menjaga kebersihan ruangan dan pasien, memberikan makanan pasien-pasien, memberikan pasien makan obat, dan dalam menjalankan tugasnya jika
terjadi hal-hal di luar wewenang, petugas jaga ruangan langsung melapor kepada suvervisor. Setelah itu membuat laporan jaga secara tertulis, membuat berita acara serah
terima dengan jaga berikutnya dan kemudian membuat buku tamu di ruangan. Prosedur tetap observasivisum: dimana pasien ditempatkan di ruangan khusus
tersendiri, dengan di jaga petugas dari instansi yang bersangkutan, dan bagi keluarga pasien yang ingin bertamu harus seizin dokter, dilarang memberi obat-obatan apapun
kepada pasien, mengamati pasien selama 24 jam dalam hal tingkah laku, pola tidur, pola makan, dan interaksi dengan lingkungan, observasi dianggap selesai bila diagnosa
ditegakkan oleh sokter yang bertugas untuk itu, Selanjutnya pasien diperlakukan seperti pasien biasa lainnya
Prosedur tetap terapi kejang listrik mempunyai persiapan peralatan seperti tempat tidur dengan alas yang keras, kemudian menyiapkan alat terapi kejang listrik
ditempatnya, karet spatel yang tersedia, oksigen tersedia. Setelah persiapan peralatan kemudian persiapan pasien yaitu: pasien di bawa ke ruangan khusus terapi kejang listrik
dan pasien dipuaskan sejak pukul 22.00, pasien urineren dan BAB lebih dahulu, kemudian melonggarkan semua pakaian pasien, kalau ada gigi palsu dilepaskan tidurkan
pasien ditempat tidur yang tersedia Dalam pelaksanaannya pasien harus melakukan sesuai dengan prosedur dan
pasien yang melakukan terapi kejang listrik harus ditangani langsung oleh dokter,
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
sesudah selesai pasien dikembalikan ke ruangan dengan kereta pasien sesudah itu pasien dapat makan kembali.
Untuk prosedur tetap UGD: Pasien UGD berasal dari poliklinik yang gaduh gelisah, diluar jam poliklinik, pasien gaduh gelisah dari ruangan. Tahap yang harus
dilakukan adalah: segera mengatasi gaduh gelisah sesuai dengan prosedur tetap dan petunjuk dokter kemudian dirawat dengan lama rawatan maksimal 2x24 jam, oxygen
dan peralatan P3K lainnya harus tersedia di tempat, Obat-obatan yang wajib disediakan: Haldol decanoat inj,Modecate inj,Klorpromazine inj,Diazepam inj,Delladrryl inj,Obat-
obatan oral, Olanzapine inj. Jika pasien dari UGD lari maka yang bertugas untuk menangani kasus tersebut adalah prosedur tetap pasien lari, dan setelah dirawat pasien
diwajibkan membayar administrasi. Administrasi biaya perawatan di bayar 10hari, kecuali peserta jamkesmas askes.
Prosedur tetap gaduh gelisah: Setiap pasien gaduh gelisah harus dimasukkan kembali ke UGD, kemudian diberikan injeksi antipsikotik dan sedative setelah itu
mengamati tanda-tanda vital
12
jam,bagi pasien yang terlampau gaduh gelisah ataupun cenderung mencelakakan dirinya sendiri dapat ditangani lebih lanjut.
Prosedur tetap pasien pulang: bagi pasien yang ingin pulang harus atas saran dan izin dokter dan dokter wajib membuat diagnosa terakhir setelah itu pasien harus
melengkapi administrasinya yang meliputi rincian segala tindakan yang telah dilakukan di ruangan Lab, obat, lama dirawat, dan lain-lain, kemudian mengantarkan keluarga ke
kasir untuk melunasi biaya perawatan pasien. Setelah keluarga menunjukkan tanda bukti pelunasan, pasien dapat dibawa pulang, status pasien dalam waktu 2x24 jam sudah harus
di rekam medis
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
Prosedur tetap pasien meninggal: Perawat lapor dokter untuk membuat kronologis kematian kemudian membuat surat keterangan kematian, keluarga segera dihubungi
sesuai prosedur, dalam waktu 1 x 24 jam sudah harus di bawa ke kamar, diluar jam kerja yang bertanggungjawab adalah supervisor dan dokter jaga dan bagi pasien dengan
identitas tidak jelas, diusahakan penguburannya sesuai dengan prosedur. Prosedur tetap pasien cenderung bunuh diri: Pasien ditempatkan di ruangan yang
dapat diamati secara langsung oleh petugas selama 24 jam sehari, menyingkirkan benda- benda yang mungkin dipakai untuk melakukan tindakan bunuh diri seperti : pisau, tali,
alat listrik dan lain-lain, segala tindakan pasien untuk bunuh diri segera dilaporkan kepada dokter ruangan untuk diambil tindakan selanjutnya, membuat laporan pengamatan
lengkap selama 24 jam seharinya. Prosedur tetap pasien meninggal karena bunuh diri: Jangan merubah posisi letak
tubuh mayat dan benda-benda di sekitar mayat . kasus gantung diri jangan membuka melepaskan simpul tali gantungan, segera membuat laporan tertulis kepada polisi, dokter
ruangan jaga membuat laporan kronologi kejadian, dengan disaksikan oleh polisi mayat dapat diturunkan, membuat berita acara kematian dan ditandatangani oleh polisi dan
dokter ruanganjaga, hubungi keluarga yang bersangkutan se segera mungkin, di luar jam kerja yang bertanggungjawab adalah dokter jaga dan supervisor.
Prosedur tetap rekam medis untuk pasien rawat inap: Pasien ditentukan untuk rawat inap oleh dokter yang bertugas di Poli atau UGD, status dibawa kembali ke rekam
medis untuk pengisian, menentukankelas dan memverifikasi surat perjanjian, setelah menyelesaikan administrasi di kasir, status dan pasien diantarkan ke ruangan yang
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
dimaksud, setelah pasien pulang, status dalam waktu 2x24 jam sudah harus berada di rekam medis untuk pencatatan
Prosedur tetap pasien lari: perawat ruangan yang bersangkutan bersama dengan satpam mencari pasien di sekitar rumah sakit jiwa, bila pasien tidak dapat, segera
membuat laporan tertulis kepada bidang perawatan, rekam medik dan arsip ruangan, bidang perawatan segera membuat surat pemberitahuan kepada keluarga pasien yang
melarikan diri tersebut dan kepada polisi, bila dalam waktu 14 hari tidak ada tanggapan dari pihak keluarga, pasien dikeluarkan dari rawatan rumah sakit jiwa, khusus di luar
hari kerja, supervisor bertanggungjawab untuk membuat laporan yang ditandatangani dokter, membuat surat kepada polisi dan keluarga pasien dalam waktu x24 jam.
Prosedur tetap UPF rahabilitasi rawat inap: Pasien dikirim dari ruangan atas izinanjuran dokter, di ruang rehabilitasi dilakukan terapi kelompok, terapi okupasi
danlain-lain sesuai dengan indikasi, sebelum makan siang pasien dikembalikan lagi ke ruangan
Prosedur tetap rawat jalan day care: Pasien dikirim dari poliklinik atau langsung ke ruang rehab, setelah membeli karcis, dilakukan terapi kelompok, okupasi dan lain-lain
sesuai dengan indikasi, pasien dipulangkan sebelum selesai jam kerja siang. Prosedur tetap permintaan barang:Membuat permintaan pada formulir yang telah
ditentukan dan disampaikan kepada Kepala seksi yang diteruskan ke Kepala bidang masing-masing yang kemudian diserahkan kepada Kepala seksi bagian penunjang medis
untuk diteliti dan juga ditandatangani oleh Kepala bidang penunjang medis, melalui bendahara materi disampaikan kepada Kepala bagian sekretariat, formulir permintaan
sampai ke gudang dan barang yang dimaksud dapat diambil, permintaan hanya dilayani
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
dari tanggal 1 sd 15 setiap bulannya, setiap pengambilan barang, harus disertai dengan pengembalian barang yang telah rusak sebagai buktinya, dan bila bukti tidak ada diganti
dengan surat pernyataan yang bersangkutan. Prosedur tetap perbaikan gedung: menginventarisasikan setiap kerusakan dengan
lengkap pada formulir yang tersedia, meneruskannya kepada Kepala bidang amsing- masing, diteruskan ke penunjang medis, dan disampaikan ke sekretariat, dan sekretariat
akan menginstruksikan IPRS Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit untuk melakukan perbaikan atau pergantian.
Prosedur tetap farmasi: 1.
Unit Pelaksana Fungsional rawat jalan, resep dari poliklinik dibawa ke apotik untuk ditaksir harganya, resep dibawa oleh keluarga pasien ke kasir
untuk dibayarkan, resep kembali ke apotik untuk dibuatracik sesui dengan resep tersebut, obat diberikan kepada keluarga pasien untuk dibawa pulang
2. Unit Pelaksana Fungsional rawat inap: prosedur sama, hanya yang
membawa resep ke apotik harus petugas dari bangsal Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhannya. Pedoman organisasi rumah sakit umum menyatakan bahwa rumah sakit umum harus melaksanakan beberapa fungsi, satu
diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik. Dalam hal penunjang medik maka salah satu pelayanan penting di dalamnya
adalah pelayanan farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya
kepada pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
Fitri Afriani S. : Rumah Sakit Jiwa Daerah Provins Sumatera Utara 1981-1990, 2009. USU Repository © 2009
serta bertanggungjawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien.
Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien meliputi: pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas baik,
harga yang kompetitif, adanya kerjasama dengan unsur lain di rumah sakit, seperti dokter dan perawat, faktor-faktor lain seperti lokasi apotik, kenyamanan, dan keragaman
komoditi. Standar Pelayanan Rumah Sakit yang dikeluarkan Departemen Kesehatan tahun
1990 menyebutkan bahwa sasaran pelayanan farmasi di rumah sakit diselenggarakan dan diatur untuk terselenggaranya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu berdasarkan
fasilitas dan standar yang ada. Untuk memenuhi standar pelayanan, maka rumah sakit juga harus memiliki
apotik. Adapun pelayanan apotik yang diberikan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Pasien non ASKES, termasuk di dalamnya pasien
yang tidak tertampung di ASKES, pasien ASKES yang terdiri dari ASKES PNS dan Askeskin
Dengan adanya Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara maka penderita gangguan jiwa dapat dirawat dan disembuhkan, sehingga mereka bisa kembali
kepada keluarganya masing-masing dan masyarakat tidak perlu cemas dengan mereka.
4.2. DALAM BIDANG PENDIDIKAN